Bunga Kehidupan sebuah blog membahas tentang pernik pernik kehidupan yang terfokus pada masalah pendidikan (The life flower one blog discussed about something that was interesting to the world of education)

The Secret, Motivator yang Tidak Mendidik

The Secret, Motivator yang Tidak Mendidik

The Secret, Motivator yang Tidak Mendidik

Dewasa ini banyak orang berpegang pada pandangan bahwa "yang sama menarik yang sama". Pandangan ini yang juga diusung oleh buku The Secret telah mengangkat buku ini menjadi best seller di Toko Gramedia Matraman selama beberapa minggu. Pandangan dalam buku ini telah menjadi morfine bagi pembacanya yang mengharapkan supaya segala keinginannya tercapai secara instan. Di satu sisi buku ini bisa dikategorikan sebagai buku motivator yang baik, tapi justru di sisi lain buku ini menjadi suatu motivator yang tidak mendidik. Beberapa orang menyukai buku ini, dan menjadikan buku ini layaknya kitab suci kedua.
Artikel yang saya tampilkan kali ini adalah sebuah tanggapan kritis atas buku The Secret yang saya tulis 2 tahun lalu, ketika buku ini sedang hangat2nya. Artikel ini sudah pernah saya publikasikan di milis "buku kita" pada tahun yang sama. Silahkan dikritisi bersama.

The Secret, Motivator yang Tidak Mendidik


The Secret, Selayang Pandang

Ada baiknya kita membahas isi buku The Secret secara garis besar, sebagai permulaan artikel ini.

The Secret berkata bahwa kekuatan yang paling kuat dan paling berpengaruh di dunia ini adalah daya gravitasi, alias gaya tarik menarik. Gaya ini bisa kita kendalikan dengan menggunakan pikiran kita, dengan selalu mengharap, dengan selalu memikirkan sesuatu hingga suatu hal yang kita pikirkan itu datang sendiri dan tertarik kepada kita. Singkat kata tetap aja berharap nanti juga datang sendiri! tak secara eksplisit dikatakan, namun jelas mengandung arti bahwa The Secret tidak mengkui kehadiran Yang Ilahi, yang kita kenal sebagai Tuhan, dalam setiap langkah hidup kita. Yang ada hanyalah “gaya tarik itu”. Juga secara implisit dikatakan bahwa tak dibutuhkan kerja keras untuk mendapatkan sesuatu, yang dibutuhkan hanyalah pengharapan.

Kedua, dari pengertian pribadi saya tentang The Secret itu, perkenankan saya untuk menyatakan argumen saya, yang akan memperkuat pernyataan saya pada judul di atas.

Dalam hidup ada tiga hal penting yang mesti kita perhatikan agar kehidupan kita seimbang antara kehidupan rohani dan kehidupan jasmani.

Yaitu Iman, Harapan, dan Kasih.

Iman, disinilah Tuhan nyata dan sangat berperan dalam hidup kita, disinilah kita mengajak Tuhan untuk hadir dalam segala peristiwa hidup kita, disinilah letak dialog kita dengan Tuhan pencipta kita. Tuhan menyatakan dirinya kepada manusia, dan manusia menanggapinya dalam rupa iman. Wujud iman bisa bermacam-macam dalam kegiatan rohani menurut ajaran agama yang dipercayai tiap pribadi.

Harapan, hampir mirip dengan yang ditawarkan oleh The Secret bahwa untuk mendapatkan sesuatu seseorang harus yakin dan terus berharap, namun bedanya keyakinan itu harus berdasarkan pada keimanan akan Tuhan. Maksudnya seseorang harus berharap pada Tuhan untuk mendapatkan sesuatu, jangan berharap pada hal lain, misalnya pada benda, atau pada semesta, seperti yang banyak disebut oleh The Secret.

Kasih, layaknya empat sehat lima sempurna, iman, dan harapan belum lengkap jika tidak dilengkapi dengan kasih yang tampak dalam perbuatan. Selain dengan beriman, dan berharap pada Tuhan, kita wajib untuk bertindak aktif untuk mendapatkan sesuatu yang kita inginkan. Mungkin dengan kerja keras, mungkin dengan memperhatikan sesama yang menderita, atau
mungkin dengan hal lain. Ingatlah Tuhan memberikan sesuatu dengan cuma-Cuma asal manusia mau berusaha. Kalau Allah seorang penderma yang melihat seorang pengangguran di pinggir pantai, ia tidak memberikan ikan untuk bertahan hidup, tapi ia memberikan pancing dan jaring. Ia memberikan modal pada kita bukan hasil.

Walaupun di halaman 42 The Secret membahas mengenai cinta, menurut saya cinta di sana terkesan adalah cinta yang pasif, cinta hanya sebagai kekuatan, cinta tidak dipergunakan sebagai perbuatan, cinta hanya dalam tataran pemikiran, bukan sebagai aksi nyata bahwa seseorang sungguh punya cinta pada sesuatu.

Walaupun di halaman 51 The Secret menyebut bahwa, “proses penciptaan yang digunakan dalam rahasia ini, yang diambil dari Perjanjian Baru di Alkitab…”, saya merasa tetap saja, ia tak menyinggung Tuhan dan pekerjaan Tuhan dalam hidup kita. Tidak sama sekali bernafaskan Kristiani, dan Alkitab hanya dijadikan sebagai buku bacaan biasa yang dijadikan sebagai acuan, bukan sebagai sebuah refleksi iman.

Kesimpulan

Dari sana dapat kita simpulkan bahwa, The Secret secara tersamar telah menghilangkan dua unsur penting dalam hidup manusia, yaitu iman, dan kasih. Ia melupakan sama sekali peran Tuhan sebagai Sang Pencipta dan sebagai pembimbing kita. Tak pernah sedikitpun The Secret menyinggung Tuhan, atau peran agama. Ia menggantikan posisi Tuhan dengan Semesta dengan huruf S besar. The Secret tampak sebagai pencampuran ajaran-ajaran filsafat tentang “monadologi” dari Leibniz, ajaran tentang “gravitasi” menurut Newton, ajaran
Plato tentang “ide”, ajaran Empedokles tentang “yang sama mengenal yang sama”, dan pemikiran filsafat lainnya. Ia juga mencampurkan ajaran-ajaran kebijaksanaan dari timur, dari guru-guru kebijaksanaan, dari dari guru-guru spiritual, yang katanya modern namun mengajarkan “rahasia-rahasia” klasik. The Secret adalah sebuah ajaran yang mencampuradukkan berbagai pemikiran filsafat dan berbagai ajaran kebijaksanaan, namun tidak sekalipun mengakui peran Tuhan dalam hidup.The Secret tak lebih dari sekedar buku yang ingin menyebarluaskan ajaran New Age, dengan mencampur adukkan ajaran-ajaran agama yang ada di dunia, dengan tujuan supaya ia pun bisa diterima oleh para penganut agama.

Penutup

Yang terpenting yang ingin saya sampaikan disini adalah bahwa The Secret tidak mengajak kita untuk berkembang dan tidak mendidik kita, untuk maju dalam iman (karena memang bukan buku bacaan rohani), dan perbuatan (seperti layaknya buku motivator lain). Tetapi saya mengakui jika The Secret memang mengajak kita untuk maju dan berkembang dalam hal pikiran, dengan mengajak kita untuk selalu berfikir positif.

Saya lebih setuju dengan perkataan Stephen Covey dalam 7 Habit of Highly Effective People, bahwa tak ada jalan pintas menuju kesuksesan, tak ada jalan pintas menuju keberhasilan, tak ada jalan pintas menuju kebahagiaan, tak ada jalan pintas menuju kekayaan, tak ada jalan pintas menuju kesehatan. Semua kenikmatan dalam hidup harus dimulai dari hal yang sederhana, harus dengan proses, didukung dengan kerja keras, dan pengharapan pada Tuhan, dan tak lupa adalah kehidupan yang teratur dengan kasih terhadap sesama.



Oleh: Emanuel Triadmojo Suryokusumo (Mahasiswa STF Driyarkara-Jakarta) 2007


Posted by Health Care , Published at 3:17 AM and have 0 comments

Tidak ada komentar :