1. Waktu Luang
"Mama, kok, sibuk terus, sih? Memangnya kerja enggak ada liburnya?" protes Tesa suatu hari pada sang mama.
Ya, boleh-boleh saja Anda sibuk berkarier di luar rumah, karena tujuan bekerja pasti untuk anak juga. Namun, anak pun menginginkan Anda memiliki waktu luang baginya. Jadi, Anda harus pintar me-manage waktu. Yang pasti, Anda harus menetapkan hari libur yang tak boleh lagi diusik dengan pekerjaan. Pergunakanlah waktu libur bersama anak.
2. Kasih Sayang
Kebutuhan anak tak hanya kebutuhan fisik. Hal ini seringkali tidak disadari para orang tua yang sibuk berkarier. Mereka berpikir, melimpahi anak dengan harta benda sudah cukup.
Padahal tidak, kasih sayang dan perhatian Andalah yang paling penting untuk anak. Bentuk perhatian tidak melulu harus hadiah, tetapi dengan menemaninya belajar ataupun bermain, sudah cukup membuat anak senang.
3. Tidak Bertengkar
Orang tua kadangkala tidak menyadari, saat emosi mereka memuncak, masalah anak dikesampingkan. Cekcok di depan anak lalu tak lagi jadi masalah, tidak peduli apakah anak merasa tertekan atau tidak, yang penting amarah itu bisa terlampiaskan.
Cara ini jelas salah. Boleh-boleh saja Anda dan pasangan bertengkar, tetapi janganlah di depan anak. Secara psikologis, ini tidak baik untuk perkembangan anak. Jiwanya akan tertekan dan ia akan bingung, siapa yang harus dibela dan disalahkan. Ayahnya-kah atau ibunya-kah? Nah, jika persoalan muncul, sebaiknya selesaikan saat anak tidak di rumah atau sedang tidur, sehingga ia tidak melihat atau mendengar orang tuanya tengah 'berantem'.
4. Tidak Pilih Kasih
Ninies mempunyai 2 anak. Tesa dan Oiya. Nah, si kecil Oiya diberi perhatian yang lebih dibandingkan Tesa. Pikirnya, si kakak juga akan mengerti bahwa adiknya itu bungsu. Jadi, wajar saja jika ia berlaku demikian.
Padahal, cara ini jelas salah dan tidak mendidik. Jangan sekali-sekali membedakan kasih sayang antara anak yang satu dengan anak yang lain. Jelas ini akan membuat anak yang dinomorduakan cemburu. Jangan pernah membuat batasan, yang bungsu harus lebih disayang daripada yang besar.
5. Ramah
"Mama jahat, Mama judes! Tesa benci sama Mama!", protes Tesa suatu hari pada sang Mama. Pasal kekesalannya, karena ketika temannya berkunjung ke rumah, mamanya tidak bersikap ramah. Memang, sih, ia tidak memberitahukan teman-teman sekolahnya akan datang, sehingga merepotkan mamanya menyiapkan makanan.
Sikap orang tua yang tidak bersahabat pada teman-teman si kecil jelas akan membuat anak merasa tidak nyaman. Dan ini sangat sering terjadi. Saat orang tua bete dan tidak siap menerima kedatangan teman anaknya, timbullah sikap tidak bersahabat. Untuk itu, meski suasana hati sedang tidak nyaman, cobalah tetap bersikap ramah pada teman-teman si kecil. Ingat, anak tak siap menerima perlakuan seperti itu dan akan berontak jika orang tuanya mempermalukannya.
6. Menepati Janji
Janji adalah utang yang harus ditepati. Hal ini seringkali terlupakan para orang tua. Mereka menganggapnya sepele dan merasa tidak perlu harus selalu menepati janjinya pada si kecil. Bisa jadi, orang tua memang lupa, tapi sebaiknya hindari ingkar janji.
Ninies misalnya. Ketika Tesa sakit dan sulit minum obat, ia menjanjikan akan memberikan hadiah tas baru kalau mau minum obat. Namanya anak, diiming-iming dapat hadiah jelas saja bersemangat. Setelah sembuh, janji itu ditagih. Ternyata janji tinggal janji. Jelas saja si anak kecewa yang berujung dengan aksi ngambek dan nangis.
Sebaiknya, jangan pernah memberikan janji pada anak, jika hal itu hanya Anda maksudkan bercanda atau tidak sungguh-sungguh. Anda tidak mau, kan, dicap anak sebagai orang tua pembohong? Jika Anda sudah telanjur janji, sebaiknya ditepati.
7. Pintar
Hal lain yang perlu Anda ketahui, anak ternyata juga menginginkan punya orang tua yang pintar dan cekatan. Tidak harus menjadi seorang profesor, tetapi setiapkali ia bertanya, Anda bisa menjawabnya.
Berikan jawaban yang masuk akal. Sebaiknya, berikan jawaban yang simpel dan tidak terlalu rumit, karena justru akan membuat anak bingung. Dalam hal pelajaran misalnya, Anda bisa mengikuti perkembangan belajar anak dari hari ke hari dan membaca buku pelajarannya. Dengan demikian, Anda akan mendapatkan solusi saat si anak mengalami kesulitan dalam belajar.
8. JADI TEMAN
Hubungan antara orang tua dan anak seringkali tidak harmonis, karena orang tua membuat batasan, tidak mau mengakrabkan diri pada anak dengan alasan agar anak segan. Padahal, sebagai anak, mereka juga menginginkan orang tua tidak saja menjadi tempat untuk meminta ataupun berlindung, melainkan juga bisa diajak berbagi alias curhat.
Nah, inilah yang terkadang tidak disadari para orang tua. Sulit membaur dalam kehidupan anak,
membuat jarak, dan tidak mau tahu masalah yang dihadapi anak. Mulai sekarang, cobalah menata kembali hubungan Anda dan anak agar lebih akrab. Sehingga posisi Anda tak hanya sebagai orang tua, tetapi juga bisa sebagai teman.
9. Mampu Mengatasi Masalah
Seringkali, orang tua tidak menyadari sikapnya, dan mengeluh di depan anak. Keluhan Anda pun bermacam-macam, dari masalah keluarga sampai urusan pekerjaan yang membuat bingung si kecil. Mau tidak mau, ini melibatkan anak untuk turut berpikir dalam persoalan yang Anda hadapi. Padahal, itu tidak perlu. Kenapa harus berbagi masalah dengan anak? Apa yang dapat Anda harapkan dari seorang anak yang masih kecil dan pola pikirnya belum luas? Kalaupun anak memberikan pendapat, pasti Anda tidak puas karena tidak sesuai dengan yang Anda harapkan. Jadi, bicarakan masalah Anda dengan pasangan ataupun orang yang lebih tua dan memahami masalah tersebut.
ke-hidup-an.blogspot.com
Posted by
5:43 PM
and have
0
comments
, Published at
Tidak ada komentar :
Posting Komentar