Menurut Psikiater dr Endah Rono Wulan, garis besar dari Peterpan Syndrom adalah keengganan untuk bertanggung jawab. Di perkotaan, kecenderungan itu muncul melalui beragam soal dan kasus, diantaranya makin banyaknya orang yang mengejar kedudukan, materi dan mengabaikan keharusan menikah.
"Jadi semakin seseorang takut untuk memiliki tanggung jawab yang lebih besar, maka disitulah sebenarnya syndrom Peterpan ini sudah ada dalam dirinya. Biasanya ini berawal dari pola asuh orangtua yang terlalu protektif, meskipun soal genetik dan lingkungan juga punya pengaruh," kata dr Endah.
Dikatakan juga, mereka yang punya Peterpan Syndrom dalam dirinya bisa terlihat dari keengganan untuk hidup sendiri, tidak berani mengambil keputusan dan menanggung resiko. Mudah sakit hati dan tidak bisa menerima kritikan,kurang percaya diri, terlalu narsis, menolak berhubungan dengan lawan jenis, pemberontak, pemarah, manipulativeness, dependency dan merasa diatas aturan dan norma-norma masyarakat. Yang jelas pengidap sindrom ini menolak untuk menjadi dewasa karena ingin menghindari tanggung jawab sebagai manusia biasa. Dia ingin tetap asyik dengan dunia kanak-kanaknya, karena dunia ini begitu jujur dan pure... persis dengan Peter pan dan Neverland-nya.
Ya narcist selain mengagumi atau bahkan terobsesi dengan diri sendiri asal dalam batasan yang wajar masih normal. Toh itu adalah sejenis defense mechanism dalam menghadapi perkembangan kepribadian, yang pada fase tertentu dalam psikoanalisis ketika sudah masuk dalam wilayah super ego manusia akan menemukan dilema. Karena dalam perkembangan kehidupannya ia akan bertemu dengan nilai-nilai masyarakat dan seringkali ia akan mengalami pembelahan kepribadian. Asalkan sekedar membuat kita nggak minder di tengah masyarakat... it's ok! Tapi narcist juga efek sampingnya membuat kita nggak peka dengan sekitar bahkan parahnya nggak peduli.
Syndrom ini bukan jenis penyakit kejiwaan, tapi merupakan jenis atau profil karakter yang terkait dengan ciri tertentu.
Team BK TArLim
Posted by
1:04 PM
and have
0
comments
, Published at
Tidak ada komentar :
Posting Komentar