Guru SDIT Nur Al-Rahman Cimahi, Jabar
Dewasa ini, pendidikan kita telah melahirkan siswa yang tak kenal kearifan lokal daerahnya. Sebaliknya, mereka lebih kenal dan bangga dengan budaya luar. Ini terlihat mulai dari cara mereka berbicara, berpakaian, berpola pikir, dan sederet gaya hidup lainnya. Akibatnya, terjadi pergeseran nilai yang begitu hebat. Sebuah fenomena yang harus segera disikapi.
Untuk mengatasinya, sekolah dituntut untuk mampu menginternalisasikan kurikulum berbasis budaya. Yaitu, sebuah desain kurikulum yang berorientasi pada penyiapan lulusan yang berbudaya. Artinya, setiap lulusan mampu menampilkan perilaku sesuai nilai-nilai kemanusiaan yang berkembang di masyarakat.
Kurikulum berbasis budaya, dapat juga dipahami sebagai suatu bentuk inovasi kurikulum yang ingin mengedepankan pengembangan potensi peserta didik, secara beradab dan bermartabat. Dan, kurikulum ini, perlu dikaitkan dengan tatanan nilai-nilai kemanusiaan yang berlaku di tengah masyarakat.
Selain itu, banyaknya materi pelajaran bukan lagi menjadi prioritas pengembangannya. Namun, lebih menekankan pada bagaimana mengembangkan dimensi-dimensi kurikulum yang mampu membuka pengekangan-pengekangan, yang menghalangi perkembangan potensi para peserta didik (Tilaar, 1999).
Ada sejumlah ciri yang melekat pada kurikulum berbasis budaya, yaitu berorientasi pada pembentukan manusia berbuda ya dan bermartabat, materi pembelajarannya dikembangkan dari berbagai sumber, menekankan pada pembudayaan segenap potensi peserta didik, dan sistem penilai an nya menekankan dimensi proses dan hasil.
Dengan demikian, sebenarnya kurikulum berbasis budaya sangat relevan diterapkan dalam sistem pendidikan nasional kita. Dari sisi filosofis, kurikulum berbasis budaya sesuai dengan hakikat proses pendidikan untuk memanusiakan peserta didik. Sebab, proses pendidikan merupakan upaya pembudayaan peserta didik.
Jika ditinjau dari sisi sosiologis, kurikulum berbasis budaya sesungguhnya merupakan suatu rancangan kurikulum yang menyiapkan masyarakat, menghargai nilainilai budaya yang berkembang di masyarakat. Para lulusan dari sebuah jenjang pen didikan, diharapkan tidak terasing dengan lingkungannya.
Dari sisi psikologis, kurikulum berbasis budaya mengutamakan pengembangan potensi peserta didik yang manusiawi. Lalu, bagaimana implementasinya dengan desain kurikulum yang sedang berjalan? Apabila kita sepakat bahwa desain kurikulum berbasis budaya sebagai alternatifnya, hal ini bukan berarti bahwa desain kurikulum yang ada dianggap tidak berlaku sama sekali.
Di sini, perlu ada berbagai modifikasi ter hadap berbagai komponen kurikulum, ter utama yang berkaitan dengan imple mentasi kurikulum. Pola pengembangannya bersifat terintegrasi. Dalam penerap annya, ada dua pola penerapan kurikulum berbasis budaya, yaitu mengembang kan rancangan kurikulum dan silabus atau sa tu an pelajaran dengan berwawasan budaya.
Artinya, aspek-aspek kurikulum yang terkait dalam desain kurikulum dikembangkan dengan mengacu pada wawasan budaya bangsa. Misalnya, pengembangan materi pembelajaran, dikaitkan dengan nilai-nilai luhur yang berlaku di masyarakat. Konsekuensinya, dalam implementasinya tentu menggunakan model-model pembelajaran berbasis budaya.
Pola penerapan lainnya, menggunakan rancangan kurikulum berbasis budaya dalam implementasi kurikulum yang sedang berjalan. Hal yang perlu ditekankan adalah penggunaan model pembelajaran berbasis budaya dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari. Model-model yang bisa digunakan adalah pembelajaran pemecahan masalah, inkuiri, dan kontekstual.
Alhasil, desain kurikulum berbasis buda ya dapat dijadikan desain kurikulum alternatif, untuk semakin mempercepat terwujudnya masyarakat dan bermartabat. Dengan desain kurikulum berbasis budaya, diharapkan lulusan memiliki wawasan pengetahuan luas, namun tetap bermartabat dan beradab sesuai nilai-nilai yang berlaku di Indonesia.
Pola pelaksanaannya, dapat dilakukan sejak pengembangan silabus. Bisa juga pada satuan rencana pembelajaran dan dapat pula dilakukan dalam implementasi kurikulum sedang berjalan.
Posted by
5:25 PM
and have
0
comments
, Published at
Tidak ada komentar :
Posting Komentar