Bunga Kehidupan sebuah blog membahas tentang pernik pernik kehidupan yang terfokus pada masalah pendidikan (The life flower one blog discussed about something that was interesting to the world of education)

Enam Jurus Dasar dalam Mendisiplinkan Anak

Enam Jurus Dasar dalam Mendisiplinkan Anak

 Oleh: Ramadion

Keluhan yang sering diberikan orang tua yang minta diberitahukan cara mendidik anaknya pada saya (dan tentu saja saya usulkan cara reward-dan-punishment*) adalah, ‘caranya tidak ampuh’. Anak mereka masih tetap “nakal”, atau reward-nya “tidak memberikan efek”. Inilah dukanya memberikan saran melalui internet, saya tidak bisa mengontrol apakah orang yang mendapatkan saran dari saya sudah menjalankannya dengan benar atau tidak.

Mungkin Anda juga mengalami hal yang kurang lebih sama. Anda menonton acara Nanny 911 atau Super-Nanny, dan mencoba menerapkannya pada anak Anda. Tapi, hasilnya seperti para orang tua tadi.

Sebenarnya, cara reward-dan-punishment tidak sekedar: sekonyong-konyong menjalankan sistem yang baru, memberikan pujian saat anak berlaku baik dan memberikan hukuman jika anak memperlihatkan perilaku yang tidak kita suka, lalu berharap si anak mengerti bagaimana mereka harus berperilaku. Jika kita lihat, Nanny 911 juga tidak serta merta memberikan reward-dan-punishment. Tapi karena batasan durasi jam tayang di televisi, mereka tidak dapat menjelaskan semuanya.

Nah, karena ruangpsikologi.com tidak punya durasi, maka saya akan menjelaskan enam jurus dasar untuk mendukung program pendisiplinan anak atau adik Anda agar program tersebut efektif. Oh ya, enam jurus dasar ini juga berlaku walau pun Anda tidak menggunakan cara reward-dan-punishment.

Jurus 1: Pilih Satu Perilaku yang akan Diperbaiki

Saya bertanya pada orang tua yang mengeluh bahwa saran saya tidak berjalan, ‘Memang, “nakal”-nya seperti apa, tante?’ Jawaban yang kemudian keluar biasanya adalah kombinasi dari beberapa perilaku, misalnya, ‘Ya, nakal. Suka mengganggu adiknya. Tidak mau disuruh membereskan mainan. Kalau minta sesuatu maunya main paksa…”

Biasanya saya akan menyetop si orang tua. Saya mengajak orang tua menyadari bahwa perilaku “nakal” anak bukan sesuatu yang bersifat jahat dan harus dientaskan dalam sekali gebuk. Anak berperilaku “nakal” karena pembelajaran mereka tak sempurna tentang perilaku mana yang baik dan mana yang tak baik.

Maka, orang tua harus mengajarkan pada anak seperti apa perilaku yang baik. Agar pembelajaran jadi efektif, jangan mengajarkan banyak hal sekaligus. Jika anak diajarkan untuk tidak menganggu adiknya, membereskan mainan, dan tidak memaksa dalam satu waktu, anak pasti bingung. Oleh karena itu, perbaikilah perilaku anak satu demi satu.

Pilih satu perilaku dan perbaiki dulu hal ini. Baik, bagi para orang tua, sekarang berhenti dulu membaca. Buatlah daftar dari perilaku anak yang mau diperbaiki (atau ditingkatkan). Lalu pikirkan, perilaku mana yang paling mengganggu atau perilaku mana yang paling mudah diperbaiki. Setelah itu, pilih salah satu perilaku yang akan diperbaiki dalam bulan ini.

Sudah? Mari kita lanjutkan ke jurus berikutnya.

Jurus 2: Buat Penjelasan dari Perilaku yang akan Diperbaiki

Masalah lainnya adalah, orang tua kadang-kadang lebih ingat untuk memarahi anak saat mereka berperilaku yang tak disukai dan lupa memberi pujian saat anak berperilaku baik. Ini wajar saja. Karena yang biasanya mengganggu adalah perilaku yang tak disukai.

Tapi, jika anak hanya dimarahi saat berperilaku buruk, maka anak tak tahu ia harus berperilaku seperti apa. Misalnya, anak hanya tahu bahwa berkelahi dengan adik itu tak baik. Otak anak yang masih sederhana itu juga harus diajarkan kalau ia harus berperilaku baik pada adik.

Jurus berikutnya adalah: Anda harus tahu apa yang harus dilihat. Buat penjelasan dari perilaku yang mau diperbaiki dalam bentuk “harus lebih banyak” dan “harus lebih berkurang”. Contoh, Anda mau agar anak Anda untuk tidak berkelahi dengan adiknya. Maka tulis bahwa dia “harus lebih berkurang” merebut mainan dari adiknya dan “harus lebih banyak” mengalah pada adiknya atau bermain bersama adiknya.

Jika anak Anda tahu bahwa Anda akan memujinya pada saat ia melakukan hal yang baik, ia akan lebih termotivasi untuk melakukan hal yang baik itu.

Jurus 3: Ajak Anak untuk Bekerja Sama dalam Melakukannya

Sekarang Anda sudah tahu apa perilaku yang harus lebih banyak dilakukan dan perilaku apa yang harus lebih sedikit dilakukan. Langkah berikutnya adalah duduk bersama anak Anda.Jelaskan bahwa Anda dan anak Anda akan bekerja sama menyelesaikan suatu masalah.

Misalkan, perilaku yang mau diperbaiki adalah membereskan mainan setelah bermain. Maka, beritahukan bahwa kamar yang berantakan akan membuat mainan cepat hilang atau rusak. Beritahukan bahwa Anda akan bekerja sama dengan anak untuk membereskannya. Tugas Anda adalah memberitahukan bagaimana cara untuk membereskannya.
Pada beberapa kali pertama dalam bekerja sama dengan anak, Anda harus ikut turun tangan. Setelah itu, sedikit demi sedikit anak diminta untuk melakukannya sendiri. Tentu dengan ganjaran reward (pujian atau hadiah). Anda juga bisa menanyakan apa reward yang diinginkan oleh anak, agar anak jadi lebih termotivasi.

Ada baiknya juga jika Anda mensosialisasikan program yang sedang Anda kerjakan dengan orang-orang disekitar anak. Hal ini agar anak melihat bahwa semua orang secara konsekuen melakukan kerja sama yang sedang berjalan.

Oh ya, perhatikan juga tanggapan anak Anda pada saat Anda berbicara padanya. Bisa saja anak Anda “nakal” karena sebenarnya anak mencari perhatian Anda. Jika ini kasusnya, sebelum Anda memberikan perhatian yang cukup pada anak, dihukum seberat apa pun, anak tak akan mengubah perilakunya.

Jurus 4: Berikan Reward dan Punishment yang Jelas

Lihat daftar yang telah Anda buat di Jurus 2. Sekarang, buat reward-dan-punishment yang akan Anda berikan.

Reward harus sesuatu yang disukai anak. Misalnya, pujian atau pelukan. Bisa juga reward diberikan dalam bentuk stiker atau bintang buatan tangan Anda. Lalu, jika stiker ini sudah mencapai jumlah tertentu, anak dapat menukarkannya dengan sesuatu yang disukai (misalnya, es krim atau jalan-jalan berdua dengan Anda). Pastikan setiap kali anak melakukan hal pada Jurus 2, ia segera mendapatkan reward-nya agar perilaku itu bertahan.

Punishment harus sesuatu yang tak disukai anak, tapi jangan sampai menyakitinya. Misalnya, Anda akan menyimpan Nintendo DS-nya selama 3 jam jika ia melakukan hal yang harus dikurangi pada jurus 2.

Jurus 5: Syukuri tiap Kemajuan yang Dilakukan Anak

Orang tua pernah mengeluh pada saya, “hal yang harus lebih banyak dilakukan, kok, tidak terlihat?” Permasalahan yang saya temukan adalah, biasanya orang tua mengharapkan terlalu banyak.

Saran saya kemudian adalah, catat tiap perkembangan anak dan syukuri kemajuannya sekecil apa pun. Jika anak sering menangis di pusat perbelanjaan jika mainan yang ia inginkan tidak dibelikan, coba catat berapa lama ia menangis. Jika setelah menjalankan program, lama anak Anda menangis berkurang satu menit, maka Anda harus mensyukurinya.

Cara pencatatan ini disesuaikan dengan perilaku anak. Jika masalahnya adalah mengompol, catat berapa hari anak mengompol dan berapa hari anak tidak mengompol. Atau, catat apakah luas daerah ompolan berkurang? Jika Anda tahu bahwa ada kemajuan, maka Anda akan mendapat tambahan tenaga karena tahu bahwa program berjalan.

Jurus 6: Konsisten dalam Menjalankan Program

Jurus terakhir adalah, sabar. Jika cara yang Anda lakukan belum berjalan pada 1-2 hari pertama, mungkin anak belum menangkap program yang dijalankan. Jika peningkatan belum banyak terjadi dalam 2-3 minggu, jangan buru-buru menghentikan program. Evaluasilah program Anda, mungkin ada penyesuaian yang harus dilakukan. Anak memiliki kecepatan masing-masing dalam mengubah perilaku. Jangan terlalu mendorong anak untuk berubah terlalu cepat.

*cat.: Bahasa psikologi dari reward-dan-punishment adalah reinforcement theory. Maksud dari reward-dan-punishment adalah: memberi reward pada saat anak melakukan perilaku yang kita suka sehingga perilaku tersebut menetap, dan memberikan punishment pada saat anak melakukan perilaku yang tidak kita suka sehingga perilaku tersebut menghilang.

Sumber:
Garber, S.W., Garber, M.D., & Spizman, R.F. (1993). Good Behavior Made Easy Handbook. Glastonbury: Great Pond Publishing.




Posted by Health Care , Published at 5:57 PM and have 0 comments

Tidak ada komentar :