IKLAN-iklan menggambarkan bahwa rokok, khususnya bagi kaum pria,
melambangkan kejantanan dan sportivitas. Rokok menjadi gaya hidup dan
citra diri seseorang yang sehat, sukses, dan dinamis. Dalam usahanya
memperluas pasar bagi produknya, perusahaan rokok, bahkan menjadikan
remaja sebagai target utama mereka. Mengingat kebiasaan merokok di
masa remaja akan terbawa terus sampai kita dewasa, image yang terus-
menerus ditanamkan di benak kita oleh para produsen rokok ini sudah
saatnya kita cermati dan kaji ulang.
Kita tentunya sudah lama tahu bahwa merokok dapat mempertinggi risiko
seseorang untuk terkena kanker paru-paru, serangan jantung, stroke,
kanker mulut dan tenggorokan. Hal inilah yang membuat iklan rokok
yang menggambarkan kemenangan para atlet lomba dayung, terasa
menggelikan. Betapa tidak, untuk menjuarai olahraga apa pun (mungkin
kecuali catur dan bridge) diperlukan kekuatan fisik, yang jelas tidak
mungkin dimiliki oleh para perokok yang sering kehabisan napas.
Iklan rokok juga sering menampilkan pria yang macho atau jantan.
Padahal, ternyata, penelitian menunjukkan sebaliknya. Karena
mengandung mutagen dan karsinogen, rokok mempunyai dampak yang buruk
terhadap kesehatan reproduksi pria. Selain mengurangi mutu sel sperma
dan menurunkan kemampuannya untuk membuahi sel telur, rokok juga
dapat merusak organ reproduksi pria seperti testis dan merusak
spermatogenesis. Dari sini kita tentu bisa mempertanyakan kembali
citra yang diiklankan oleh produsen rokok tadi. Di mana letak
kejantanannya, kalau ternyata rokok menyebabkan pria sulit
mendapatkan keturunan atau bahkan impoten?
Sementara itu, bahaya rokok bagi wanita sudah lama diketahui orang.
Banyak sekali bukti yang menunjukkan bahwa merokok berbahaya bagi
kesuburan wanita. Wanita perokok berisiko mengalami menopause
(berhenti menstruasi) dini, dengan komplikasi berupa osteoporosis dan
penyakit jantung. Selain itu, merokok bisa meningkatkan risiko
infertilitas (ketidaksuburan), karena kerusakan serviks dan saluran
indung telur, menyebabkan aborsi spontan dan bahkan mempersulit
kemungkinan memperoleh anak melalui program bayi tabung.
Selain berbahaya bagi perokok, asap rokok juga berbahaya bagi orang
yang berada di sekitarnya, yaitu yang dikenal dengan sebutan perokok
pasif. Perokok pasif mempunyai risiko yang sama dengan perokok aktif.
Hal inilah yang menyebabkan ruang gerak perokok makin dibatasi. Di
negara-negara maju, merokok di tempat umum dilarang dan dianggap
mengganggu kenyamanan masyarakat umum dan pelakunya dapat didenda.
Banyak kantor yang menyatakan diri sebagai daerah bebas rokok.
Bahkan, tidak jarang kantor-kantor ini mempersyaratkan tidak merokok
dalam proses seleksi calon karyawannya. Sekali lagi, citra eksekutif
muda sukses yang digambarkan produsen rokok dipertanyakan. Bagaimana
seorang perokok mau sukses kalau cari pekerjaan saja sulit?
Kalau kita sudah tahu bahayanya, mengapa sih kita sulit berhenti
merokok? Nikotin yang terkandung pada rokok merupakan salah satu zat
adiktif yang dapat menyebabkan kecanduan. (Perusahaan rokok besar di
Amerika Serikat coba menutupi hal ini, namun akhirnya berhasil
diungkap oleh "orang dalam". Kalian bisa menyaksikan hal ini dalam
film kisah nyata The Insider yang dibintangi Russel Crowe). Karena
itu, tidak heran bahwa perokok sulit meninggalkan kebiasaannya itu.
Apalagi bila kebiasaan ini dimulai pada saat kita masih remaja.
Memang, hasil studi menunjukkan bahwa perokok berat telah memulai
kebiasaannya ini sejak berusia belasan tahun, dan hampir tidak ada
perokok berat yang baru memulai merokok pada saat dewasa. Karena
itulah, masa remaja sering kali dianggap masa kritis yang menentukan
apakah nantinya kita menjadi perokok atau bukan.
Mengatasi "peer pressure"
Namanya remaja, tentu enggak bebas dari peer pressure atau tekanan
teman sebaya. Kebanyakan remaja memulai kebiasaan merokok karena ikut-
ikutan teman, selain karena terpengaruh oleh image yang diciptakan
oleh produsen rokok (misalnya, dengan menggunakan idola remaja
sebagai bintang iklan) atau karena punya orangtua perokok.
Mengatakan "tidak" pada ajakan untuk merokok memang bukan hal yang
mudah, apalagi kalau semua teman kita merokok. Akan tetapi, dengan
mengingat bahwa sekali merokok, kemungkinan besar kita jadi perokok
untuk seterusnya yang berarti memikul risiko seperti yang sudah kita
bahas tadi, kita bisa lebih "tabah" dan tetap berkata tidak.
Selain itu, gambaran bahwa merokok menunjukkan pribadi yang cool atau
keren juga sudah saatnya direvisi. Gimana mau keren kalau ternyata
rokok bikin napas dan baju kita berbau tak sedap, yang berakibat
dijauhi oleh cewek atau cowok yang kita taksir? Rokok juga bikin gigi
dan ujung jari berwarna kekuning-kuningan. Hal ini tentunya
menghancurkan penampilan karena membuat senyum jadi enggak cemerlang
dan cutex jadi enggak kelihatan cantik. Selain itu, yang sudah pasti,
rokok juga bikin bokek. Mendingan duitnya dipakai beli kaset atau
nonton atau untuk traktir cem-ceman kita daripada dibakar begitu saja
kan?
Kalau kita merokok, bagaimana cara berhenti?
Pikirkan alasan-alasan kenapa kita mau berhenti merokok. Misalnya,
karena dengan tidak merokok kita bisa:
Berpenampilan lebih rapi dan wangi
Menikmati melakukan olahraga dan aktivitas lain
Menghemat uang jajan
Mengurangi risiko terkena kanker, sakit jantung, dan stroke
Hidup lebih lama daripada teman-teman yang merokok
Konsultasi dengan dokter. Dokter akan dapat memberikan saran apa yang
harus kita lakukan pada saat-saat ketika kita merindukan rokok
Tetapkan waktu untuk berhenti merokok. Pilih saat yang santai atau
pada saat kita tidak sedang stres.
Kenali hal-hal yang menjadi pemicu yang membuat kita ingin merokok.
Minta dukungan dari keluarga dan teman
Mulai berolahraga atau melakukan aktivitas yang menyenangkan untuk
menghilangkan stres dan meningkatkan kesehatan.
Cukup istirahat
Makan menu yang sehat dan seimbang
Bergabung dengan program penghentian merokok, atau ikuti support
group.
***
DI Amerika Serikat, penelitian yang dilakukan oleh Departemen
Kesehatan AS bekerja sama dengan University of Michigan pada bulan
Desember 2001, menyatakan bahwa dalam sepuluh tahun terakhir ini
jumlah remaja yang merokok menurun. Hal ini disebabkan oleh adanya
kampanye antirokok yang senantiasa dilancarkan dengan gencar melalui
media massa, di rumah, dan di sekolah, serta larangan penjualan rokok
bagi anak dan remaja di bawah umur. Selain itu, pengiklanan rokok
juga dibatasi oleh undang-undang pemerintah setempat.
Dengan berkurangnya konsumen di negara maju, tidak heran kalau para
produsen rokok mulai menyerang remaja di negara berkembang seperti
Indonesia. Sekarang semuanya terserah kita. Kalau kita enggak mau
jadi korban, sudah saatnya bagi kita untuk berkata tidak. Bagi yang
sudah mulai merokok, belum terlambat untuk menghentikannya. Bagi yang
belum, enggak usah deh, coba-coba.
Kita juga bisa bertindak lebih jauh lagi dari sekadar mengajak teman
berhenti merokok, misalnya, dengan menolak disponsori oleh produsen
rokok dalam menyelenggarakan kegiatan keremajaan seperti festival
band di sekolah. Walaupun memang kita butuh bantuan finansial, kalau
hal ini merusak masa depan kita dan teman-teman, tidaklah yauw...
corpus_alienum
Tidak ada komentar :
Posting Komentar