Bunga Kehidupan sebuah blog membahas tentang pernik pernik kehidupan yang terfokus pada masalah pendidikan (The life flower one blog discussed about something that was interesting to the world of education)

Sudah Layakkah Kita Untuk Mengenakan Dasi ?

Sudah Layakkah Kita Untuk Mengenakan Dasi ?

image

Hore,

Hari Baru!

Teman-teman.

Apakah selama beraktivitas di kantor anda mengenakan dasi? Atau, mungkin kolega anda ada yang berdasi. Secara tidak langsung kita sering mengkorelasikan dasi dengan posisi dan gaji tinggi. Jadi, jika dikantor ada orang yang berdasi dan yang tidak berdasi, serta merta kita berpikir bahwa orang yang mengenakan dasi memiliki hirarki yang lebih tinggi. Itulah sebabnya, dulu kita ingin sekali mendapatkan pekerjaan yang dekat dengan dasi. Tetapi, apakah sekarang kita sudah layak untuk mengenakan dasi?

Di tahun 1970-an dasi belum menjadi asesoris yang umum dikenakan oleh orang Indonesia. Hanya mereka yang tinggal di perkotaan saja yang memakainya. Itupun jika mereka termasuk kedalam kalangan kelas atas. Atau orang-orang yang berpendidikan tinggi. Tapi, dikampung saya yang terpencil ada sebuah keanehan. Disana ada sebuah lemari pakaian yang menyimpan beraneka dasi, dalam warna yang beragam. Lemari itu ada di sebuah rumah. Dan rumah itu adalah milik Kakek saya. Ketika saya masih SD, Nenek mengenalkan saya kepada dasi. Dan cara saya sekarang mengikat simpul dasi, adalah hasil dari apa yang diajarkan oleh Nenek.

Bagi saya, dasi bukan hanya menarik sebagai pelengkap pakaian. Karena selain memperindah penampilan, dia juga memiliki sensasi yang mengesankan. Beda dengan kalung, dasi itu melingkar dekat sekali dengan leher. Namun, dia sama sekali tidak membuat kita tercekik. Tidak pula kelonggaran. Dengan kata lain, ukuran lingkar dasi menyesuaikan dengan ukuran leher pemakainya. Bukankah ini yang biasa kita sebut sebagai ’different stroke for different folk’? Kita memperlakukan orang lain sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing. Prinsip ini tidak hanya digunakan dalam bidang HR dan kepemimpinan. Tetapi juga dalam konsep pelayanan kepada pelanggan. Intinya, jika kita mampu melayani atau memperlakukan orang lain sesuai dengan kebutuhannya masing-masing, maka kita bisa memperoleh tempat teristimewa dihatinya.

Dikantor-kantor bergengsi, dasi sudah menjadi identitas yang nyaris tak terpisahkan atas hirarki seseorang di perusahaan. Meskipun tidak selalu benar, namun dasi identik dengan kesuksesan karir seseorang. Jika kita berangkat ke kantor menggunakan dasi, penampilan kita terkesan lebih bonafid. Demikian pula halnya ketika berhadapan dengan pelanggan. Memang ada orang yang memakai dasi, tapi sebenarnya tidak memegang jabatan yang tinggi. Contoh orang yang seperti itu adalah saya beberapa belas tahun yang lalu. Saya mengenakan dasi meskipun status pekerjaan saya adalah tenaga penjualan, alias salesman. Dasi yang saya kenakan sama sekali bukan simbol jabatan saya yang keren. Melainkan karena perusahaan mendorong kami untuk menampilkan diri sebaik-baiknya dihadapan para pelanggan.

Faktanya, memang ada hubungan erat antara keunggulan penampilan seseorang dengan citra dirinya. Sedangkan citra diri yang positif melahirkan penghargaan kepada diri sendiri yang lebih tinggi. Misalnya, anda lebih percaya diri untuk memasuki gedung tinggi tempat para elit bisnis berkantor ketika mengenakan pakaian yang rapi dibandingkan dengan saat mengenakan seragam kumal. Citra diri yang tinggi juga meningkatkan penerimaan orang lain terhadap diri kita. Tidak mengherankan jika mereka yang berpenampilan menarik lebih diterima, dibandingkan yang lusuh tak terawat. Ini berlaku secara universal. Dan dasi, sedikit banyak memberikan andil untuk membentuk citra diri itu.

Ketika Presiden Direktur kami dulu menganjurkan para salesman mengggunakan dasi, sebenarnya beliau menginginkan agar kami mampu meningkatkan citra diri. Sehingga penghargaan kepada diri sendiri semakin tinggi. Karena, pekerjaan ‘salesman’ juga sama mulia dan terhormatnya dengan pekerjaan lain. Jika kita menjalaninya secara professional seperti penampilan kita itu, maka tentu kita akan mendapatkan hasil yang sepadan.

Sekarang, mari kita perhatikan apa yang dibutuhkan oleh seorang pekerja seperti kita untuk merajut kesuksesan dalam karir. Jika kita ingin berhasil dalam karir, sekurang-kurangnya kita mesti memiliki empat aspek penting berikut ini. Yaitu;

  1. Dedication, atau dedikasi. Tidak ada pekerjaan yang bisa diselesaikan dengan baik tanpa dedikasi tinggi. Sehingga orang-orang yang kurang berdedikasi saat bekerja tentu tidak akan mampu menjadi karyawan yang layak dibanggakan. Sebaliknya, mereka yang memiliki dedikasi yang tinggi kepada pekerjaannya sudah pasti akan bersedia mengerahkan seluruh kemampuannya untuk memastikan hasil pekerjaan yang terbaik. Karena mereka yang berdedikasi tinggi menghargai makna pekerjaannya. Sedangkan karyawan yang memberikan hasil terbaik sangat disukai oleh perusahaan.
  2. Attitude, atau sikap. Adakah sesuatu yang bisa menggantikan sikap? Jika kita lulusan sekolah luar negeri. Atau berpengalaman belasan tahun. Atau memiliki posisi yang tinggi. Namun attitude alias sikap kita buruk, apakah kita bisa menjadi karyawan yang baik? Pasti tidak. Mengapa, karena dengan sikap yang buruk kita berperilaku buruk. Padahal tak seorangpun menyukai orang-orang yang sikapnya buruk. Sebaliknya, orang-orang yang memiliki sikap yang baik pasti berperilaku baik. Dan kepada orang baik, banyak sekali yang menyukainya. Jadi tidak mengejutkan jika orang-orang yang memiliki sikap baik akan berperilaku baik. Lalu memberikan pencapaian yang baik. Hingga memperoleh imbalan yang juga baik.
  3. Sense of Belonging, atau rasa memiliki. Banyak karyawan yang merasa bahwa keberadaannya diperusahaan tidak lebih dari sekedar mencari nafkah saja. Sehingga, fokus utamanya adalah; bagaimana supaya memperoleh penghasilan setiap bulan. Jika setiap bulan ada jaminan untuk memperoleh pendapatan, mengapa harus susah-susah memikirkan kepentingan perusahaan? Sedangkan orang yang memiliki sense of belonging berbeda. Meskipun mereka bukan pemegang saham, tapi mereka memiliki kesediaan untuk mendahulukan kepentingan perusahaan daripada tuntutan pribadinya. Sehingga, pada saat perusahaan sedang bagus, mereka tidak menuntut melebihi haknya. Sebaliknya, ketika perusahaan berada pada situasi sulit, mereka tidak serta merta mencampakkannya.
  4. Integrity, atau integritas diri. Ini adalah aspek yang paling dicari. Sebab orang-orang yang mempunyai integritas selalu bisa dipercaya. Padahal, bisnis merupakan serangkaian kegiatan yang didasari oleh kepercayaan. Sedangkan orang-orang yang memiliki integritas diri tidak mungkin mengkhianati kepercayaan yang diberikan. Dengan integritas diri, mereka menghindari kecurangan. Mensucikan diri dari perilaku yang menggerogoti kondisi kesehatan keuangan. Dan menjaga diri dari tindakan apapun yang merugikan perusahaan. Sebab, orang-orang yang memiliki integritas diri sadar bahwa seluruh perbuatannya harus dipertanggungjawabkan. Bukan semata-mata kepada atasan. Melainkan kepada Tuhan.

Mari sekali lagi memperhatikan keempat aspek penting itu. Dedication disingkat D. Attitude disingkat A. Sense of belonging disingkat S. Dan Integrity disingkat I. Hey, bukankah jika kita mengurutkan keempat singkatan itu kita akan memperoleh hasil berikut ini: D-A-S-I. Ya, dasi. Ternyata memang dengan dasi kita bisa meraih keberhasilan dalam karir. Bukan semata-mata dasi yang menggantung di leher kita. Melainkan dengan empat elemen penting yang tertanam didalam diri kita itu.

Mungkin saat ini kita belum berkesempatan menduduki posisi yang mematutkan kita untuk mengenakan dasi. Tetapi, percayalah bahwa dasi tidak hanya pelengkap keindahan penampilan fisik belaka. Kerena, ternyata dasi memiliki makna untuk meningkatkan kualitas diri kita. Melalui dedikasi yang tinggi, sikap postif, rasa memiliki, dan integritas diri. Jika keempat unsur itu ada dalam diri kita; maka tidak lagi penting apakah di leher kita melilit dasi atau tidak. Karena, jiwa kita sudah secara otomatis mengenakannya. Sehingga dengan atau tanpa dasi yang necis, kita bisa membentuk diri sendiri untuk memiliki nilai yang lebih tinggi.

Mari Berbagi Semangat!

Dadang Kadarusman

Learning Facilitator of “Fundamental Leadership Development” Program

http://www.dadangkadarusman.com/

Catatan Kaki:

Kualitas seorang karyawan sama sekali tidak ditentukan oleh apakah dia mengenakan dasi atau tidak. Melainkan oleh dedikasi, sikap, dan rasa memiliki, serta integritas dirinya terhadap pekerjaan.

Melanjutkan tradisi tahun lalu, pada bulan April dan Mei 2010 ini kami akan mengundi/memilih 4 perusahaan untuk memperoleh sesi Pengembangan Diri Gratis kami selama 2 jam. Hanya berlaku di DKI Jakarta. Topiknya; ”Kita Ini Mahluk Sempurna, Tapi Tidak Berarti Tanpa Cela.” Bagi Anda yang tertarik untuk mengikutsertakan perusahaannya dalam undian/pemilihan ini silakan mendaftarkan nama dan identitas perusahaannya melalui email dengan subjek “Tradisi 2010” lalu kirim ke dkadarusman@yahoo.com . Perusahaan yang tahun lalu sudah terpilih diperbolehkan untuk mendaftar kembali.

Melalui project Mari Berbagi Semangat! (MBS!) sekarang buku saya yang berjudul ”Belajar Sukses Kepada Alam” versi Bahasa Indonesia dapat diperoleh secara GRATIS. Jika Anda ingin mendapatkan ebook tersebut secara gratis silakan perkenalkan diri disertai dengan alamat email kantor dan email pribadi (yahoo atau gmail) lalu kirim ke bukudadang@yahoo.com





Posted by Health Care , Published at 6:18 PM and have 0 comments

Tidak ada komentar :