Oleh Drs. Marijan
Praktisi Pendidikan di SMPN 5 Wates Kulon Progo Yogyakarta
Artikel pendidikan adalah tulisan di media masa yang membahas seluk beluk pendidikan. Ruang lingkup artikel pendidikan menyangkut unsur penyusun sistem pendidikan, yakni ; pelaku pendidikan, kebijakan tentang pendidikan, sarana pendidikan, kesejahteraan guru dan dampak penyelenggaraan pendidikan. Keberadaan unsur-unsur itu saling terkait. Persoalan di lapangan menunjukkan bahwa unsur satu mengalami persoalan akan tetapi unsur yang lain tidak bermasalah. Kasus di suatu tempat mungkin menunjukkan adanya persoalan pada semua unsur seperti halnya dialami sekolah-sekolah pelosok pedesaan.
Pertama, Pelaku Pendidikan
Pelaku pendidikan adalah individu atau sekelompok individu yang berkecimpung dengan dunia persekolahan. Persekolahan sendiri merupakan ajang interaksi peserta didik dengan pendidik. Pelaku pendidikan bukan hanya peserta didik dan pendidik saja akan tetapi mereka yang membantu terjadinya interaksi itu juga merupakan pelaku pendidikan. Mereka itu adalah dewan pendidikan dan komite sekolah, sekolah, orang tua dan pemerintah serta siswa itu sendiri.
1. Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah
Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah adalah dua lembaga mandiri yang mempunyai kesamaan peran dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan dengan memberikan pertimbangan , arahan dan dukungan tenaga sarana dan prasarana serta pengawasan pendidikan ( UU No.20 Tahun 2003 ).
Nah, realita di lapangan banyak ditemukan adanya kepincangan yang dapat dirasakan. Kepincangan-kepincangan itulah sebagai persoalan eksistensi dewan pendidikan dan komite sekolah. Dan tema ini dapat diangkat sebagai bahan tulisan artikelAnda.
Pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dapat digunakan sebagai penuntun memperoleh tema yang berkaitan dengan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah.
- Sudahkah berfungsi optimal Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah di daerah Anda. Analisislah secara rinci mengapa terjadi demikian !
- Samakah Komite Sekolah dengan lembaga yang dulu disebut BP3 di sekolah Anda. Jabarkan secara jelas !
- Dewan Pendidikan di daerah Anda , berperan memberikan pertimbangan , arahan dan dukungan atau memberikan tekanan ataukah bersikap acuh tak acuh terhadap sekolah ?
- Seandainya Anda menjadi ketua Dewan Pendidikan di daerah Anda, bagaimana sikap Anda terhadap penyelenggaraan UN di sekolah ?
- Apa keuntungan sekolah dengan adanya Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah, jelaskan !
2. Sekolah
Pemilihan sekolah menjadi bahan pemikiran orang tua dan anak ketika proses penerimaan siswa baru ( PSB) tengah berlangsung. Selama 6 jam lebih setiap hari, sekolah merupakan ajang aktivitas peserta didik. Kebijakan yang muncul dari sekolah menyita lebih daripada 80% perhatian peserta didik. Sekolah juga merupakan kebanggan anak, orang tua dan masyarakat. Dari sekolah inilah digantungkan harapan masa depan anak. Pendeknya, sekolah menjadi tumpuan melejitkan potensi anak dalam menggapai cita-cita masa depannya.
Akan tetapi karena negara ini dikendalikan oleh partai dan perpolitikan maka kondisi riil di lapangan, sekolah sering mengalami erosi peran. Kebijakan yang ada pun didominasi oleh nuansa politik. Interaksi antara sekolah dan kebijakan yang ada sering melahirkan kepincangan dan akhirnya persoalan menganga akibat kepincangan tersebut.
Nah, simaklah contoh persoalan – persoalan di bawah yang dapat dikembangkan sebagai bahan tulisan artikel Anda :
- Sekolah sebagai tempat mencari ijazah, benarkah ?
- Sekolah favorit untuk anak-anak orang kaya, setujukah?
- Sekolah kita membelenggu kreativitas, bagaimana pendapat Anda ?
- Indikator mutu sekolah adalah nilai hasil UN siswanya, bagaimana ?
- Mestinya, sekolah sebagai ajang latihan hidup bermasyarakat, bagaimana solusi untuk menerapkan pendidikannya ?
3. Orang tua
Ditegaskan dalam undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional pada pasal 7 ayat (1) Orang tua berhak berperan serta dalam memilih satuan pendidikan dan memperoleh informasi tentang perkembangan pendidikan anaknya. Pada pasal 8 ditambahkan orang tua yang juga sebagai msyarakat berhak berperan serta dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi program pendidikan.
Ringkasnya, orang tua mempunyai tanggung jawab atas perkembangan pendidikan anaknya dan tidak bisa membuang dan menyerahkan tanggung jawab ini sepenuhnya kepada sekolah ( pemerintah ) selaku penyelenggara proses pendidikan formal. Nah, persoalan pun muncul dari realita di lapangan , misalnya:
- Sudahkah orang tua berperan optimum dalam memantau perkembangan pendidikan anaknya ?
- Benarkah orang tua miskin dapat memilih satuan pendidikan sesuai yang diharapkan ? Mengapa ?
- Sejauh mana peran orang tua dalam proses pengawasan program pendidikan ?
- Mengapa orang tua tak boleh memanjakan anaknya. Jelaskan kerugiannya ?
- Pendidikan keluarga sangat berperan terhadap perkembangan pendidikan masa depan anak. Benarkah?
4. Pendidik ( Guru )
Guru adalah pendidik yang merupakan pelaku utama dan bertanggung jawab terhadap keberhasilan pendidikan. Guru itulah yang dapat menentukan merah-hijaunya kelas selama proses pembelajaran. Mati dan hidupnya interaksi pembelajaran di kelas sangat tergantung kepiawaian seorang guru. Oleh karenanya, persoalan guru yang menyangkut tugas, wewenang dan eksisitensi interaksi pembelajaran sangat ditentukan bagaimana guru itu memenejemen kelas. Kepincangan yang ada antara harapan dan realita di lapangan adalah sumber masalah yang dapat diangkat sebagai artikel Anda. Contoh beberapa pertanyaan yang dapat menuntun menemukan tema artikel yang berkaitan dengan guru:
- Mutu guru rendah, benarkah ?
- Bagaimana temperamen guru profesional ?
- Seandainya setiap guru adalah pendidik ideal, bagaimana sistem pendidikan yang diharapkan ?
- Apa tuntutan guru di era global ?
- Mengapa banyak guru ber-PAK palsu ?
- Salahkah guru mendidik dengan keras ?
5. Siswa
Sasaran pendidikan di tingkat apa pun adalah siswa. Oleh karena itu persoalan yang berkaitan dengan siswa merupakan bahan kajian artikel pendidikan yang tak habis-habisnya untuk digali. Persoalan yang berkaitan dengan siswa itu dapat diinventarisir dalam catatan yang selanjutnya dibahas bersama kajian pustaka .
Contoh persoalan yang dapat dimunculkan :
- Mengapa motivasi belajar siswa rendah ?
- Mengapa tata krama siswa makin menyempit ?
- Dalam menghitung, keteragantungan siswa terhadap kalkulator sangat tinggi. Bukankah ini indikasi konsep matematika rendah ?
- Mengapa tren berkelahi siswa secara berkelompok membudaya ?
- Mengapa budaya baca anak-anak kita rendah ?
Kedua, Kebijakan Pendidikan
Kebijakan pemerintah berkaitan dengan pendidikan banyak sekali yang dirasakan ironis, kontroversial dan tampak sekedar tambal sulam semata. Keironisan dan kekontroversialan kebijakan pendidikan ini bagi penulis kreatif sungguh merupakan sumber tulisan yang lezat dan menarik.
Simak, persoalan-persoalan di bawah ini !
- Sertifikasi guru upaya peningkatan mutu guru ataukah sekedar menuruti kehendak proyek ?
- Anggaran 20% untuk pendidikan, dapatkah meningkatkan mutu pendidikan ?
- Tepatlah nilai UN sebagai penentu kelulusan siswa ?
- KTSP dan UN , sinkronkah ?
- Supervisi pendidikan di lapangan sering hanya melihat administrasi guru, tepatkah ?
- Sanksi bagi penyandang PAK palsu hanyalah dikembalikan ke golongan IV a, adilkah ?
- Soal UN untuk sekolah unggulan dengan sekolah pelosok pedesaan sama, adilkah ?
- Dan lain-lain.
Ketiga, Sarana Pendidikan
Sarana pendidikan terdiri perangkat alat dan bahan yang membantu kelancaran keterlaksanaan proses pendidikan ( baca : pembelajaran ) di sekolah. Sarana pendidikan meliputi buku, media pembelajaran, alat-alat olah raga, peralatan laboratorium, peralatan keterampilan, perangkat komputer sebagai peralatan praktik TI dan gedung sekolah itu sendiri.
Berkaitan dengan sarana pendidikan ini banyak sekali persoalan yang dapat dimunculkan sebagai tema artikel Anda, misalnya :
- Gedung SD X ambrol mencederai 5 siswa, pantaskah ?
- Adakah media pembelajaran di sekolah terpencil ?
- Komputer sebagai sarana pembelajaran TI di SMP X yang jumlah siswanya 170 mempunyai 5 unit, adilkah ?
- Jumlah peralatan di laboratorium IPA SMP pedesaan sangat memprihatinkan. Bagaimana ?
- Jumlah buku-buku di perpustakaan sekolah pedesaan sangat minim, siapa yang salah
Keempat, Kesejahteraan Guru
Pada hakekatnya kesejahteraan guru menyangkut gaji, penghasilan, rasa aman, nyaman dan rasa tenteram. Namun unsur penyusun kesejahteraan guru sebagaimana diungkapkan di atas masih merupakan fenomena tersendiri. Walaupun pemerintah terus berupaya memperbaiki gaji guru akan tetapi kesejahteraan itu tidak serta merta berada di samping guru.
Apabila kita tengok gaji guru tetap belum seimbang dengan beban tugas , fungsi dan peran guru. Guru berperan mengangkat derajad anak bangsa dari kebodohan menuju bangsa yang bermartabat , mencerdaskan kehidupan bangsa agar sejajar dengan bangsa lain yakni melek huruf, melek angka, melek kaweruh dan melek teknologi. Akan tetapi manakala berbicara kesejahteraan guru agaknya sangat ironis untuk diungkapkan. Sekedar dibandingkan profesi lain di negeri ini, gaji guru tidak pernah menggairahkan kaum muda yang berotak encer. Apalagi dibandingkan dengan gaji guru negara lain sungguh memalukan dan memilukan untuk dibicarakan.
Keadaan yang demikian inilah, merupakan sumber persoalan yang dapat digali sebagai bahan tulisan artikel di media masa. Persoalan-persoalan itu misalnya :
- Mengapa masih ada guru nyambi tukang ojek ?
- Mengapa sebagian besar guru dililit hutang ?
- Kasus guru melaporkan kecurangan UN di Jabar justru menuai hukuman penundaan kenaikan pangkat 1 tahun lamanya. Adilkah ?
- Pangkat guru bagaikan jenderal tetapi gajinya kopral. Setujukah Anda ?
- Anak guru sekolah di SMK, anak kaum bisnis kuliah di kedoteran. Mengapa ?
Kelima, Dampak Penyelenggaran Pendidikan
Pendidikan tidak pernah bertujuan untuk menyengsarakan anak didik melainkan sebaliknya pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi anak didik agar menjadi manusia yang beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa , berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab sebagai mana dijelaskan pada pasal 3 bab II sisdiknas , UU No. 20 tahun 2003.
Oleh karena keterlaksanaan pendidikan dikendalikan oleh keperpolitikan negara maka realita tidak menunjukkan hasil yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Dengan kata lain pendidikan belum menghasilkan insan yang seperti diharapkan , misalnya :
- Kreativitas apa yang didapat dari persekolahan kita ?
- Semakin tinggi sekolah semakin tinggi potensi menganggur, mengapa ?
- Pendidikan tinggi berbiaya mahal, bagaimanakah nasib anak cerdas akan tetapi tak mampu secara ekonomi menginginkan sekolah ?
- Pendidikan tak menghasilkan anak didik mandiri , bagaimanakah solusinya ?
- Pendidikan kita mencetak manusia pemalas, bagaimana pendapat Anda ?
Posted by
10:19 AM
and have
0
comments
, Published at
Tidak ada komentar :
Posting Komentar