By: M. Agus Syafii Keluarga nampak terlihat indah bila kita mampu melewati setiap ujian. Bila mampu melewati setiap ujian dengan bersandar kepada Allah maka menjadi keluarga sakinah, mawaddah warahmah. Itulah yang terjadi pada seorang ibu muda yang sudah menikah dua tahun dengan suaminya dan dirinya sedang hamil muda. Ia tidak yakin apakah ia cinta kepada suami atau tidak karena pertama kali mengenal suami waktu kuliah, begitu baik dan banyak pengorbanan yang dilakukan sehingga begitu dirinya lulus kuliah mengajak menikah. Awalnya waktu itu belum ingin menikah karena ingin menikmati masa muda & membahagiakan orang tua karena mereka hanya hidup dengan berjualan warung kecil dipinggir jalan sampai sekarang tetapi karena merasa tidak enak kepada calon suami akhirnya ia memilih menikah. Sekarang justru menyesal karena melihat orang tua yang harus terus membanting tulang dengan warung kecilnya dan uangnya merasa tidak cukup untuk membantu mereka dan dirinya tidak mampu untuk membantu orang tua, 'Mas Agus, apa yang harus saya lakukan? Saya ingin bercerai, apakah hal itu lebih baik? Sore itu ibu muda itu bersama suaminya di Rumah Amalia, saya kemudian menjelaskan padanya bahwa sesungguhnya masalah itu bersumber dari kebingungan dirinya sendiri dalam menentukan sikap. Disatu sisi ia inginkan berbuat baik dengan membantu orang tua dengan memberi materi sementara kemampuannya terbatas. Disisi lain sebagai seorang istri memiliki tanggungjawab mengurus keluarganya sendiri. Bila melalaikan kewajiban utama sebagai seorang istri dengan alasan ingin membahagiakan orang tua tentu saja hal itu tidak dibenarkan. Apakah dengan alasan sudah tidak cinta lagi dengan suami dapat bercerai begitu saja? Lantas bagaimana dengan anak yang dikandungnya? Saya mengajaknnya agar berpikir dengan jernih bahwa apakah yang dilakukan sebenarnya egoisme atau kemuliaan yang mendorong dirinya untuk bercerai dari suami? Bagaimana dengan anak yang dikandungnya, masa depannya masih panjang dan membutuhkan kasih sayang seorang ayah. Lantas bagaimana dengan suami yang mencintainya setulus hati, tentunya saja hatinya terluka dengan keputusan itu. Cinta senantiasa akan tumbuh berkembang bila senantiasa dipupuk dan disirami, ia akan bisa menumbuhkan cinta didalam hatinya jika berusaha sungguh-sungguh, tidak ada manusia yang sempurna, begitupun dengan suami bukanlah manusia yang sempurna, juga bisa melakukan kesalahan. namun jika ia bisa melihat dari sisi kelebihan dan kebaikan maka sebagai istri mampu melihat dari sisi positif. Demikian juga bila ia hanya melihat kekurangan maka yang terlihat hanya negatifnya aja. Niat baiknya untuk membantu orang tua tentu saja bukan berarti kemudian mengorbankan rumah tangganya dan saya mengingatkan agar tidak meremehkan warung kecil dipinggir jalan yang dimiliki orang tuanya sebab pintu rizki terbuka darimana saja. Pekerjaan apapun yang dilakukan oleh orang tuanya adalah pekerjaan mulia dan sebagai orang tua, beliau juga tidak ingin menjadi beban bagi anak-anaknya, usaha yang dilakukan bukan saja untuk mencari nafkah namun juga ada nilai ibadah. Tentunya orang tua mana yang tidak menangis jika mengetahui bahwa anaknya bercerai karena alasan ingin membahagiakan mereka. Orang tua berharap pernikahan anaknya menjadi keluarga sakinah mawaddah warahmah. Saya menganjurkan kepada pasangan suami istri itu untuk memohon ampun kepada Allah dan untuk tetap menjaga keutuhan rumah tangganya agar dilimpahkan keberkahan oleh Allah. Juga kepada Ibu sebagai istri lebih mendekatkan diri kepada Allah agar anak yang dikandungnya senantiasa dalam keadaan sehat dan kelak menjadi anak yang sholeh. Keinginannya membantu orang tua tentu saja hal itu tetap bisa dilakukan atas persetujuan suami tanpa harus mengorbankan keutuhan rumah tangganya. Pasangan suami istri itu nampak diwajahnya terlihat senyuman. Ada sebuah kelegaan memahami permasalahan rumah tangga yang dihadapinya. Kebahagiaan itu hadir pada diri mereka, tak lupa mereka memanjatkan puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta'ala. 'Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu istri2 dari jenismu sendiri supaya engkau cenderung dan merasa tenteram kepadanya dan dijadikanNya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar2 terdapat tanda2 bagi kaum berpikir.' (QS. ar-Rum : 21). Wassalam, M. Agus Syafii |
Posted by
8:20 PM
and have
0
comments
, Published at
Tidak ada komentar :
Posting Komentar