By: M. Agus Syafii
Tentunya anda bisa membayangkan bagaimana rasanya ditengah kebahagiaan, tiba-tiba badai kehidupan datang menerjang, membuat seluruh tubuh kita terguncang dan kepedihan teramat sangat, sampai kitapun bertanya, 'Kenapa semua ini harus terjadi Ya Allah?' Sebagian besar dari apa yang terjadi kita tidak pernah mengerti apa penyebabnya. kadang badai kehidupan terjadi tanpa kita ketahui darimana asalnya, kita tidak tahu bagaimana bisa terjadi seperti itu dan kita merasakan akibatnya begitu teramat perih. Itulah yang terjadi pada seorang bapak, ia sangat menjaga keselamatan dirinya, ia merawat mobilnya dengan baik. sampai pada suatu hari, ia mengalami kecelakaan yang cukup fatal nyaris merenggut nyawanya. Walaupun selamat tetapi harus dirawat di Rumah Sakit dalam waktu cukup lama. Proyek yang begitu cerah, seakan-akan hancur didepan mata. Terbayang perusahaan yang sedang mencapai puncaknya membuahkan hasil namun semuanya telah hilang dalam sekejap.
Disaat yang berat seperti itu, jiwanya yang kuatpun tidak mampu menerima beban sebesarny itu. Hatinya menjadi bertanya, 'Kenapa semua ini harus terjadi Ya Allah? Padahal saya sudah berusaha dengan baik untuk membahagiakan anak dan istri? Kenapa Engkau timpakan musibah ini kepadaku? Pikirannya melayang, teringat ia sudah berhati-hati, ia sudah membawa mobilnya perlahan-lahan, tetapi kenapa masih saja ia mengalami kecelakaan? Ia sudah mengantisipasi semua hal, tetapi kenapa tetap juga kena musibah? Ia sudah berbuat baik tetapi kenapa masih saja ditimpa kepedihan? Kenapa semua ini harus terjadi? Air matanya mengalir terasa mengiris, membasahi pipinya. Hatinya bergetar, tak kuat menanggung beban hidupnya. Disaat itulah dirinya benar-benar hancur, merasakan getaran kasih sayang Allah menghampiri dirinya melalui musibah itu. Kasih sayang Allah itu hadir pada anak-anak dan istrinya dengan setia menemaninya disaat terpuruk. Ditengah kemarahannya sang istri justru bersabar, menyuapi dan mendengarkan segala keluh kesahnya.
Kondisi kesehatannya semakin membaik, usahanya sudah kembali berjalan membaik, disisi lain dirinya dan keluargnya justru lebih dekat kepada Allah dan anak-anak dan istrinya lebih bisa mensyukuri hidup terhadap apapun yang dianugerahkan oleh Allah. 'Sungguh Mas Agus, bila tidak ada musibah itu saya menjadi orang yang sombong. menganggap kesuksesan adalah berkat kerja keras saya. Padahal Allah hanya dengan 'sentilan' sekecil itu saja saya sudah tidak berdaya dan saya bersyukur dengan adanya Rumah Amalia ditengah keterpurukan saya dan keluarga merasakan kesejukan dan mampu melewati semua ini dengan lebih mendekatkan diri kepada Allah, kami juga bisa berbagi dengan banyak orang yang mengalami kepedihan seperti kami.' tutur beliau di Rumah Amalia, terlihat wajah istri dan anak-anaknya tersenyum penuh kebahagiaan tanda penuh syukur kepada Allah.
'Dan Allah berbuat demikian untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu. Allah Maha Mengetahui Isi Hati' (QS. Ali Imran : 154).
Wassalam,
M. Agus Syafii
Posted by
9:23 PM
and have
0
comments
, Published at
Tidak ada komentar :
Posting Komentar