Hore, Hari Baru! Teman-teman.
Mungkin Anda mengira judul artikel saya ini sebagai sebuah lelucon. Bagaimana mungkin saya berani melanggar pakem kepemimpinan yang sudah sejak lama dipakai orang. Bukankah delegating itu merupakan salah satu skill penting dalam kepemimpinan? Saya bersungguh-sungguh mengajak Anda berhenti mendelegasikan tugas-tugas Anda kepada siapapun di kantor Anda. Meskipun ‘teknik delegasi’ itu sangat cocok untuk mengalihkan tanggungjawab kepada orang lain, atau bisa dijadikan alasan untuk mengeluhkan tentang ketidaksiapan orang lain dalam menerima pendelegasian yang kita berikan; namun ‘delegating’ sudah tidak lagi mampu menjawab tantangan kepemimpinan di zaman ini. Jadi, sebaiknya berhenti saja mendelegasikan tugas-tugas Anda kepada orang lain.
Selama ini kita percaya bahwa untuk bisa menjalankan fungsi kepemimpinan secara efektif, seseorang harus terampil mendelegasikan tugas-tugasnya. Setidak-tidaknya, begitulah yang diajarkan di kelas-kelas training dan buku-buku kepemimpinan. Tetapi, kita sering lupa bawah dunia nyata tidak selalu sejalan dengan teori-teori yang diajarkan. Bukankah teori yang sudah tidak sejalan dengan kebutuhan aktual kita di lapangan, sebaiknya ditinggalkan saja? Bagi Anda yang tertarik untuk menemani saya belajar memahami bahwa delegasi sudah tidak relevan lagi dengan tantangan kepemimpinan yang kita hadapi, saya ajak untuk memulainya dengan menerapkan 5 kemampuan Natural Intelligence berikut ini:
1. Sadarilah bahwa tanggungjawab kita tidak bisa dialihkan kepada orang lain. Selalu ada peluang yang menggoda untuk melemparkan tanggungjawab kepada orang lain. Dengan begitu kita memiliki lebih banyak waktu luang, dan bisa berkeja dengan lebih santai. Coba ingat-ingat kembali, betapa banyak pemimpin yang melemparkan tanggungjawabnya kepada bawahannya, lalu menyalahkan mereka ketika hasilnya ternyata dinilai tidak memuaskan? Tidak sedikit pemimpin yang terjebak didalam mental blaming seperti ini. Padahal, seperti halnya Anda yang tidak rela jika gaji Anda dialihkan kepada orang lain, maka demikian pula halnya dengan tanggungjawab professional yang Anda pikul; tidak sepatutnya dialihkan kepada orang lain.
2. Sadarilah bahwa pendelegasian menyebabkan orang lain merasa ketiban pekerjaan Anda. Bertanyalah kepada diri Anda sendiri; Apakah Anda menyukai saat-saat ketika seseorang memberikan pekerjaannya kepada Anda? Ketika Anda menilai bahwa seharusnya dia mengerjakan hal itu sendiri, maka hati kecil Anda akan berkata;”kalau perkejaan elo gue yang kerjain, lantas elo ngapain?” Boleh jadi, orang-orang yang Anda beri delegasi pun mengucapkan kata-kata yang sama. Namun, tentu saja tidak keluar dari mulut mereka. Jadi, kalaupun mereka mempersilakan Anda mendelegasikan pekerjaan Anda, mereka berharap agar Anda melakukannya kepada orang lain saja. Siapapun asal jangan mereka.
3. Sadarilah bahwa tidak seorangpun menyukai tugas tambahan. Berapa banyak pekerjaan yang harus Anda selesaikan? Setiap tahun selalu terus bertambah, bukan? Kabar baiknya adalah, hal itu tidak hanya terjadi kepada Anda. Orang lain juga sama. Lihatlah orang-orang disekitar Anda. Kenyataannya, pekerjaan mereka pun sudah banyak sekali, dan itupun masih akan bertambah lagi dari tahun ke tahun. Sekarang, mari kita bayangkan seandainya pekerjaan mereka yang sudah banyak itu ditambah lagi dengan pendelegasian yang Anda berikan kepada mereka. Kira-kira, mereka menerima pendelegasian itu dengan senang hati atau tidak ya? Untuk menemukan jawabannya, bisa Anda tanyakan kepada diri sendiri; seandainya seseorang memberi Anda tugas tambahan. Saya ragu jika Anda menerimanya dengan senang hati. Mengapa? Karena pada dasarnya, tidak seorang pun menyukai tugas tambahan.
4. Sadarilah bahwa orang bisa menerima penugasan dengan perasaan terpaksa. Jika seseorang tidak mungkin menerima tugas tambahan dengan senang hati, maka itu berarti kalaupun menerimanya dia melakukannya dengan perasaan terpaksa. Mungkin mereka terpaksa karena merasa takut. Mungkin takut dimarahi, karena mereka sering kena marah. Mungkin takut di PHK karena mereka sering mendengar seseorang dengan mudah menyanyikan lagu berjudul ‘fire’. Mungkin juga takut disebut tidak loyal, dan begitu banyak kemungkinan lain yang menjadikan mereka tekpasa menerimanya. Jenis-jenis keterpakasaan ini hanya bisa dipahami jika Anda mengenakan pakaian berlabel empati.
5. Sadarilah bahwa Anda tidak bisa berharap banyak dari mereka yang merasa terpaksa. Reputasi Anda sangat ditentukan oleh kualitas penyelesaian tugas dan tanggungjawab yang Anda emban. Oleh sebab itu, seseorang yang ingin menjaga reputasinya tetap baik harus memastikan bahwa tidak ada cacat dalam setiap hasil kerjanya. Lantas, apa yang bisa kita harapkan dari orang-orang yang merasa terpaksa melakukan sesuatu selain pekerjaan asal-asalan? Sungguh terlalu beresiko untuk mendelegasikan tugas-tugas Anda yang penting itu kepada orang lain. Karena Anda tidak bisa berharap kualitas kerja dan pencapaian nomor wahid dari mereka yang merasa terpaksa.
Jika Anda masih menyimpan keraguan tentang apa yang saya uraikan; Anda tidak sendiri. Memang tidak mudah untuk melepaskan diri dari pakem-pakem lama yang sudah terlanjur mendarah daging. Bahkan banyak yang bersikukuh mengatakan; “Anak buah saya enjoy-enjoy aja tuch dengan pendelegasian yang saya berikan.” Ada juga yang bilang;”Kalau mendelagasikannya dengan benar, pasti tidak terjadi hal-hal negatif seperti itu.” Tetapi, sudah saatnya untuk menguji kembali premis-premis delegasi yang Anda yakini. Semoga ke-5 aspek diatas bisa memberikan gambaran betapa pendelegasian itu sudah tidak relevan lagi dengan konteks kepemimpinan di abad ini. Tetapi…, jika mendelegasikan tugas itu bukan teknik memimpin yang handal, lantas adakah teknik lain yang bisa diandalkan? Tentu saja ada. Apa itu? Semoga kita memiliki umur panjang untuk membahasnya pada artikel berikutnya ya.
Mari Berbagi Semangat!
Dadang Kadarusman
Posted by
10:02 PM
and have
0
comments
, Published at
Tidak ada komentar :
Posting Komentar