By: M. Agus Syafii Rumah tangga ada yang berlangsung lama, masing-masing setia kepada perkawinannya hingga kakek nenek, ada yang ketika nikah, pernikahannya dilaksanakan dengan meriah, banyak tamu, banyak ucapan selamat, banyak kado, tetapi, bahtera baru sebentar berlayar, ombak demi ombak datang menghantamnya. Meski sarana materi boleh jadi tercukupi, tetapi di sana tidak lagi ada kelembutan, kemesraan dan kesetiaan. Agenda harian rumah tangga berubah menjadi pertengkaran, kebencian dan makian. Seorang istri karena setiap hari hatinya terluka karena perbuatan suami mengatakan, 'Saya setiap kali mendengar suara mobil suami datang, saya depresi dan tangan saya gemetar. Saya lebih senang bila suami tidak pulang.' Itulah gambaran cinta dan kasih sayang yang sudah tidak terawat lagi dalam rumah tangga. Keanggunan hidup berumah tangga sangat bergantung kepada faktor kesetiaan di antara mereka. Ada hadis Nabi yang menjelaskan bahwa rumah tangga yang kesetiaannya hanya diikat oleh faktor harta benda, tunggulah kehancuran, karena tabiat harta memang curang. Ia hanya mau menemani dalam keadaan suka, sementara dalam keadaan duka harta justru sering menjadi pemicu permusuhan. Sebuah ungkapan menyebutkan, 'ada uang, abangku sayang, tak ada uang, abang kutendang. Ada uang berarti abang saya, tidak ada uang abang payah. Ikatan keluarga juga penting sebagai perekat kesetiaan, tetapi tabiat manusia dalam ikatan kekeluargaan bersifat angin-anginan. Pameo berbunyi, famili itu jika berada di tempat yang jauh baunya wangi, tetapi jika berdekatan, apalagi serumah mudah berubah menjadi bau busuk. Konflik antar keluarga sering lebih sulit didamaikan dibanding konflik antar bukan keluarga. Perekat kesetiaan yang kekal abadi adalah ikatan amal saleh, ikatan kebaikan. Suami isteri yang diikat oleh nilai-nilai kesucian, kebaikan dan ketaqwaan kepada Allah yang mengokohkan keluarga, tahan godaan, tahan banting, tahan ombak. Di kala suka mereka bersyukur, di kala duka mereka bersabar. Sepanjang zaman, mereka tetap kuat, tabah dan indah dan bahkan kebahagiaan dan keindahan masih tetap terasa meski yang satu sudah mendahului berada di alam lain. Pasangan yang demikianlah yang akan dapat menjadi pasangan bukan hanya seumur hidup, tetapi pasangan dunia akhirat. Wassalam, M. Agus Syafii |
Posted by
10:17 PM
and have
0
comments
, Published at
Tidak ada komentar :
Posting Komentar