Hore, Hari Baru! Teman-teman.
Pernahkah Anda mendengar keluhan tentang para senior yang dinilai ‘terlalu lama’ berada di suatu posisi tertentu? Mereka bilang, hal itu menghambat karir orang-orang muda dalam teamnya. Saya tidak tahu persis apakah keluhan itu valid atau sekedar alasan untuk mencari kambing hitam atas mandeknya karir seseorang. Jadi saya memilih untuk bersikap netral saja terhadap keluhan serupa itu. Sekalipun demikian, mungkin patut juga untuk kita pikirkan apakah ‘sebagai senior’, kita tidak menghalangi karir orang-orang muda dibelakang kita? Dan ‘sebagai junior’, kita juga patut berkaca kepada diri sendiri apakah kita memang sudah sedemikian kapabelnya untuk menuntut hal-hal yang menurut perasaan kita sudah selayaknya kita dapatkan?
Kemarin malam ketika membawa anak kami ke dokter gigi, saya mendapatkan sebuah pelajaran berharga. Beberapa gigi permanen anak lelaki kami tumbuh sebelum gigi susunya tanggal. Walhasil gigi-gigi itu saling memperebutkan posisi pada gusi hingga semuanya bertumpuk-tumpuk tidak karuan. Akhirnya, 4 buah gigi susu dicabut karena ngotot untuk tetap bertengger disana meskipun gigi permanen sudah siap untuk tumbuh. Persis seperti pergantian gigi susu ke gigi permanen itu, jika proses regenerasi SDM di tempat kerja kita tidak berjalan mulus; akan menyebabkan segala sesuatunya menjadi berantakan. Tetapi, siapa yang harus mengambil tanggungjawab paling besar? Apakah ‘para senior’, ataukah ‘para junior’? Bagi Anda yang tertarik menemani saya belajar menemukan proporsi proses suksesi yang tepat; saya ajak untuk memulainya dengan mempraktekkan 5 sudut pandang Natural Intelligence berikut ini:
1. Tugas pendahulu adalah untuk melapangkan jalan penerusnya. Dokter gigi mengatakan bahwa salah satu tugas gigi susu adalah untuk ‘memandu’ pertumbuhan gigi permanen. Gigi susu anak kami ini rupanya tidak berhasil memainkan peran sebagai pemandu itu. Dikantor juga sama. Jika kita sebagai senior enggan atau merasa berat hati untuk membantu pertumbuhan orang-orang muda kita, maka mereka akan tumbuh tidak beraturan. Bukan hanya mereka yang rugi, kita juga akan terimbas dampaknya. Salah satu imbas kurang menguntungkan itu adalah, kita sering bingung kalau Presiden Direktur bertanya; “Siapa orang yang sudah siap untuk menggantikan posisi Anda jika Anda mendapatkan penugasan yang lain?”. Padahal, guru kepemimpinan saya pernah menjelaskan bahwa; salah satu ciri pemimpin yang handal adalah, ‘dia memiliki anak buah yang sudah siap menggantikan dirinya, kapan saja diperlukan’. Sudahkah Anda memiliki anak buah seperti itu di team Anda?
2. Tugas penerus adalah untuk belajar mengambil peran lebih banyak. Ketika dicabut, gigi susu anak kami masih memiliki akar yang panjang. Padahal, biasanya gigi susu copot dengan sisa akar yang pendek. Dokter mengatakan bahwa secara alamiah benih gigi permanen itu harus tumbuh tepat dibawah gigi susu. Pertumbuhannya akan menekan akar gigi susu sehingga semakin memendek lalu pada saatnya sudah cukup pendek untuk ‘copot’ sendiri. Begitulah proses suksesi gigi yang mulus terjadi. Maka agar proses suksesi SDM kita berjalan mulus pun kita layak menirunya. Caranya, orang-orang muda harus belajar mengambil peran lebih banyak, sehingga semakin lama mereka semakin mampu untuk mengambil alih tanggungjawab senior-seniornya. Jika Anda masih muda, maka belajarlah mengambil tanggungjawab supaya Anda semakin terampil mengadopsi kompetensi-kompetensi orang-orang hebat di kantor Anda. Jika saatnya suksesi tiba, maka Anda sudah benar-benar siap untuk menggantikan mereka. Sebaliknya, mereka juga sudah yakin kepada kemampuan Anda. Sudikah Anda untuk mengambil peran yang lebih banyak, sekarang?
3. Teruslah tumbuh jika tidak ingin ‘disundul’ dari belakang. Kita beruntung karena tidak sepenuhnya mirip gigi. Jika gigi baru tumbuh, maka gigi lama harus dicopot. Persis seperti tindakan ‘pencopotan’ yang dilakukan dokter kepada 4 gigi susu anak kami. Setelah gigi itu dicopot? Ya dibuang. Agar tidak bernasib seperti ke-4 gigi seri itu, manusia harus berusaha untuk terus tumbuh. Sehingga ketika orang-orang muda siap tampil, maka kita pun siap untuk memegang amanah dan tanggungjawab yang lebih besar lagi. Sebagai manusia normal, pasti Anda kecewa jika ‘dicopot’ lalu digantikan oleh orang lain yang dianggap lebih baik dari Anda. Tetapi, pasti Anda merasa terhormat jika ‘dicopot’ dari tugas sekarang untuk mendapatkan amanah dan kepercayaan yang lebih besar, bukan? Hal itu hanya akan terjadi jika kita terus berusaha untuk terus bertumbuh dan berkembang. Jika tidak, maka tidak mungkin kepercayaan dari perusahaan akan bertambah besar. Maka teruslah tumbuh. Karena jika tidak, kita akan disundul dari belakang.
4. Gigi pengganti itu harus lebih kokoh. Jika Anda seorang suksesor yang menggantikan orang-orang yang sudah saatnya digantikan, maka Anda harus memposisikan diri Anda sebagai gigi yang lebih tangguh. Mengapa demikian? Karena perusahaan membutuhkan pertumbuhan yang lebih kokoh, dan lebih lestari alias stronger and sustain growth. Jika Anda tidak sanggup mengemban tugas itu, maka Anda akan ‘copot’ sebelum waktunya. Sekarang, coba Anda ingat kembali apa yang terjadi ketika seseorang kehilangan ‘gigi permanen’-nya. Dia tidak memiliki gigi sampai akhir hayatnya, bukan? Begitu pula dengan karir kita. Para senior yang kita gantikan itu sudah menjalankan tugasnya secara sempurna. Dan kini giliran kita. Mereka sudah menuntaskan tugasnya sampai batas yang seharusnya. Tapi jika kita tidak bisa sampai di garis akhir seperti mereka, maka kita akan kehilangan kepercayaan ini untuk selama-lamanya. Oleh sebab itu, sudah sepantasnya jika sebagai ‘generasi penerus’ kita lebih kokoh, lebih tangguh, dan lebih gigih dibandingkan dengan para pendahulu kita. Dengan begitu, maka perusahaan akan lebih mampu menghadapi tantangan yang semakin hari semakin keras itu.
5. Kualitas setiap gigi ditentukan oleh kebersihannya. Tidak mungkin bisa kokoh jika gigi Anda kotor. Reputasi Anda juga tidak mungkin kokoh jika pribadi Anda dinodai oleh perilaku dan tindakan-tindakan yang kotor. Sudah banyak tayangan di televisi dan berita dikoran-koran tentang mereka yang karirnya hancur karena tergoda untuk bermain ‘kotor’. Mungkin kita tidak bisa suci. Tetapi, marilah belajar untuk menjaga agar karir kita tetap bersih dengan menjadi orang yang amanah dan berintegritas tinggi. Semakin tinggi jabatan dan kewenangan kita, biasanya semakin tinggi juga godaan yang mendatangi kita. Berhati-hatilah, jangan sampai terperosok kesana. Karena jika itu terjadi, maka seperti gigi. Awalnya kita akan kotor. Kemudian sakit. Lalu bolong-bolong. Dan akhirnya harus ditanggalkan secara paksa. “Pinter dikit, dong… jangan ketahuan.” Mungkin kita bisa berkilah demikian. Hey, bisakah Anda bersembunyi agar tidak ketahuan oleh Tuhan.
Sungguh, melalui gigi yang kita miliki Tuhan telah menyelipkan sebuah pelajaran berharga bagi kesuksesan karir dan keagungan pribadi kita. Ternyata, tidak harus pergi jauh untuk menemukan hikmah dan tuntunan. Karena hikmah dan tuntunan dari Tuhan itu ada begitu dekat dengan diri kita. Persis seperti firman-Nya yang menyatakan bahwa Dia lebih dekat kepada kita daripada urat leher kita sendiri. Subhanallah.
Mari Berbagi Semangat!
Dadang Kadarusman - 19 Juli 2011
Posted by
8:51 PM
and have
0
comments
, Published at
Tidak ada komentar :
Posting Komentar