Catatan Kepala: ”Kita sering tidak menyadari keberadaan orang-orang penting yang rela menempuh resiko demi memudahkan hidup kita.”
Berapa
banyak bahan bakar minyak yang Anda konsumsi selama ini? Apapun jenis
bahan bakar itu, kita merasa sudah ‘memilikinya’ begitu menyerahkan
sejumlah uang kepada petugas POM bensin. Dengan Rp.200,000.- misalnya,
kita sudah ‘memiliki’ sekitar 33,3 liter Premium atau sekitar 24 liter
Pertamax. Tetapi, pernahkah Anda bertanya; apakah setiap rupiah yang
kita keluarkan untuk membeli BBM itu sepadan dengan ‘pengorbanan’
orang-orang yang bekerja di kilang minyak? Dulu, saya selalu mengira
demikian. Kan saya sudah membayar harganya. Bahkan kita, inginnya
membayar dengan harga yang semurah-murahnya; namun maunya mendapatkan
yang sebanyak-banyaknya. Hari ini, cara pandang saya berubah 180
derajat. Tahukah Anda mengapa?
Saya
selalu gembira setiap kali berkesempatan untuk mengunjungi fasilitas
dan proses produksi yang dimiliki oleh klien-klien pelatihan saya. Hal
ini sangat membantu saya untuk lebih memahami; ‘apa yang mereka lakukan
setiap hari’. Dengan demikian saya bisa semakin menyesuaikan materi
pelatihan saya dengan keseharian aktual mereka. Terlebih lagi di
industri-industri yang saya tidak memiliki pengalaman kerja di bidang
itu, semisal pertambangan dan eksplorasi. Pekan lalu, saya berkesempatan
untuk mengenal lebih dekat aktivitas sahabat-sahabat saya di kilang
minyak milik Pertamina di Dumai. Sungguh, kunjungan itu telah
membalikkan paradigma saya tentang ‘membeli BBM’. Jika selama ini saya
mengira dengan membayar beberapa ribu akan menjadikan saya sebagai
pemilik sejumlah Premium atau Pertamax, maka sekarang saya menyadari
bahwa
kita sering tidak menydadari keberadaan orang-orang penting yang rela
menempuh resiko demi memudahkan hidup kita. Bagi Anda yang tertarik
menemani saya belajar menyadari peran orang lain dalam hidup kita, saya
ajak memulainya dengan memahami 5 sudut pandang Natural Intelligence berikut ini:
1. Selalu ada peran yang tidak kelihatan.
Untuk segala hal yang kita peroleh dalam hidup kita, selalu ada peran
orang-orang penting yang tidak kelihatan. Dari bis kota atau mobil
angkot yang kita tumpangi, mobil pribadi yang
kita kendarai, kompor yang memasak makanan kita; semuanya – ada peran
orang yang tidak terlihat yaitu mereka yang telah menyediakan bahan
bakarnya. Begitu pula dengan peran orang-orang yang tidak terlihat
lainnya. Ada petani. Nelayan. Atau buruh
angkut. Selama ini, kita hanya melihat benda jadinya sudah tersedia
dihadapan kita. Tinggal dibeli saja. Tak jarang kita memprotesnya jika
ketersediaannya tidak bisa memenuhi jumlah yang kita inginkan. Kita juga
menghardik setiap kali mendapati kualitasnya tidak sebaik yang kita
harapkan. Kita, sering tidak menyadari; betapa banyak orang yang
memainkan peran penting dalam memenuhi kebutuhan hidup kita. Jika
menyadarinya saja tidak, maka kemungkinan besar kita jarang
berterimakasih kepada jasa baik mereka. Maka belajarlah untuk memahami
bahwa selalu ada peran orang yang tidak kelihatan dalam pemenuhan
kebutuhan hidup kita. Dengan begitu, kita bisa semakin mampu untuk
menghargai nilai dan makna hasil karya mereka.
2. Kita bisa membeli barang, tapi tidak membeli orang.
Melalui setiap benda yang kita dapatkan orang-orang yang ‘tidak
terlihat’ itu memberikan nilai tambah kepada hidup kita. Benar, kita
mendapatkan benda itu dengan membayar sejumlah harga. Namun, apakah
rupiah yang kita keluarkan itu sepadan dengan jerih payah mereka? Belum
tentu. Kita mengeluh dengan Pertamax seharga 8,500, misalnya. Kita juga
ingin agar Premium itu jauh lebih murah dari 4,500. Padahal, jika tahu
resiko yang dihadapi oleh setiap pekerja di kilang minyak; kita akan
sadar bahwa uang yang kita keluarkan itu sungguh tidak sepadan
dengan resiko kerja yang mereka hadapi setiap hari. Faktanya, kita
hanya bisa membeli barang untuk kita nikmati. Namun, kita sama sekali
tidak bisa mengkompensasi apapun resiko yang mereka hadapi saat membuat
barang-barang kebutuhan kita itu. Hal ini tidak hanya berlaku untuk BBM,
melainkan juga untuk beras, ikan, garam, gula atau apapun. Dengan
kesadaran itu, setidaknya kita bisa mengurangi sikap arogan semata-mata
karena bisa mengeluarkan sejumlah uang untuk membeli setiap produk untuk
memenuhi kebutuhan kita. Karena dengan uang itu, kita hanya bisa
membeli barang; bukan membeli orang.
3. Bayaran tidak selalu sepadan dengan pengorbanan.
Sekarang, kita sadar bahwa bayaran itu tidak selalu sepadan dengan
pengorbanan. Maka jika selama ini kita mengeluhkan tentang bayaran yang
kita terima dari pekerjaan dikantor yang kita lakukan; mulai sekarang
tidak usah lagi terlampau gusar. Ingatlah pengorbanan dan resiko para
pejuang di pusat kilang. Sungguh besar sekali lho. Berapapun gaji
mereka, tetap saja tidak sepadan dengan semua resiko itu. Pekerjaan
kita, bisa sama beresikonya dengan mereka. Bisa juga kurang
beresiko. Namun apapun itu, maka bayaran yang Anda terima itu belum
tentu sepadan dengan pengorbanan yang Anda berikan. Maka berhentilah
mengeluh, karena itu adalah bagian dari fakta hidup. Sebab, jika Anda
mengeluh dengan bayaran yang Anda terima; bukan orang lain yang rugi.
Anda sendiri. Dengan keluhan itu Anda tergoda untuk hitung-hitungan saat
mengerjakan sesuatu sehingga hasilnya mungkin tidak maksimal. Dengan
keluhan itu, Anda juga tidak tertarik untuk mengerahkan seluruh
kapasitas, kemampuan, dan daya diri yang Anda miliki. Anda tidak akan
pernah menjadi pribadi yang mumpuni hingga ke puncak prestasi, jika
kinerja Anda masih dibebani oleh perasaan dibayar tidak sepadan.
Ikhlaskan semua itu. Terimalah dengan lapang dada. Dan raihlah bayaran
yang lebih tinggi seperti yang Anda inginkan itu – dengan kinerja dan
kemampuan serta kontribusi yang juga semakin tinggi.
4. Berharaplah kepada yang tidak terbatas. Sebaik
apapun atasan atau boss Anda, dia selalu berhitung soal uang. Wajar.
Karena setiap bisnis dituntut untuk untung. Para pengelola HRD melakukan
benchmark salary dan kompensasi sehingga setinggi apapun take home pay
Anda, tidak akan lari terlalu jauh dari nilai yang berlaku di pasaran.
Jadi, tidak ada gunanya Anda menuntut melebihi norma umum. Memang
begitulah fitrah yang berlaku bagi siapa saja yang memilih untuk menjadi
karyawan profesional. Tetapi, sesungguhnya Anda memiliki kesempatan
untuk mendapatkan bayaran yang jumlahnya nyaris tidak terbatas. Karena
ada yang bersedia memberi Anda imbalah tanpa hitung-hitungan untung
rugi. Tahukah Anda siapa yang bersedia membalas Anda sebanyak itu? Dia
adalah Dzat yang tidak membutuhkan apapun dari Anda. Dan Dia, adalah
tempat semula Anda datang dimasa lalu, lalu kembali lagi nanti. Maka
berharaplah yang banyak kepadaNya. Karena Dia hanya mensyaratkan hal
sederhana saja dari kita. Kata guru kehidupan saya; “Dia hanya
membutuhkan niat yang lurus saat Anda melakukan pekerjaan kita.” Maka
mulai sekarang, setiap kali berangkat dari rumah menuju ke kantor,
mulailah dengan ketulusan untuk mempersembahkan setiap langkah dalam
pekerjaan kita demi menunjukkan betapa sempurnanya Dia menciptakan kita.
Maka dengan begitu, kata hanya akan menghasilkan kinerja terbaik
melalui cara kerja yang paling baik.
5. Jadilah sumber energy bagi lingkungan. Bayangkan
jika kilang minyak itu libur selama satu minggu saja. Anggap saja
selama seminggu itu tidak ada supply bahan bakar untuk menunjang
kehidupan kita. Semua kendaraan berhenti. Pesawat tak dapat terbang.
Semua pabrik tidak berproduksi. Rumah kita gelap gulita. Kompor didapur
kita tidak menyala. Apa jadinya kita? Jarang kita sadari bahwa minyak
yang mereka hasilkan di kilang telah memberi energy kepada ratusan juta
umat manusia.
Maka bisa kita bayangkan betapa besarnya pahala bagi mereka yang
bekerja dengan ikhlas untuk melayani sesama. Kita, mungkin tidak
menghasilkan produk yang sedemikian berdampaknya seperti minyak. Tetapi,
kita juga tahu bahwa energy itu tidak hanya berupa minyak atau bahan
bakar fisik. Energy juga bisa berupa dorongan dan semangat untuk
kebaikan hidup orang lain. Maka kita pun bisa meniru dengan cara
menjadikan diri kita sebagai sumber energy bagi orang lain. Caranya?
Banyak dan sederhana. Jadilah pemberi semangat bagi orang lain.
Ucapkanlah kata-kata yang baik pada mereka. Perlakukanlah mereka dengan
baik. Sehingga ketika berada bersama Anda; mereka merasa nyaman dan
terdorong untuk melakukan yang terbaik. Ada pelajaran menarik dalam
perbincangan saya dengan Pak GM Pertamina Dumai tentang kepemimpinan.
Beliau mengatakan; “setelah saya pelajari, ternyata kepemimpinan itu
adalah tentang mengajak orang-orang untuk berbuat lebih baik….” Dengan
prinsip
itu, beliau menjadi sumber energy bagi orang-orang disekitarnya.
Bisakah kita mencontohnya?
Beruntunglah
orang-orang yang dalam hidupnya mampu menghasilkan buah karya yang
berguna bagi banyak orang. Karena setiap kebaikan yang kita lakukan
untuk orang lain pasti akan beroleh ganjaran yang sepadan. Namun, guru
kehidupan saya mengingatkan bahwa untuk mendapatkan ganjaran itu ada
syaratnya. Sederhana syarat itu. Tetapi banyak orang yang tak mampu
memenuhinya. Apakah syarat itu? Kata beliau; ganjaran disisi Tuhan hanya
diperuntukkan bagi mereka yang mengharapkannya. Bagi yang tidak
mengharapkan ganjaran itu – mengapa Tuhan memaksakan memberikannya? Maka
saat bekerja; harapkanlah imbalan yang pantas untuk kehidupan di dunia.
Namun, berharaplah lebih banyak kepada Tuhan agar Dia memberi kita
ganjaran yang paling baik. Dengan begitu, malu kita jika tidak bekerja
dengan baik. Karena kita
berharap ganjaran yang terbaik. Dari Sang Pemberi Pahala yang terbaik.
Mari Berbagi Semangat!
Trainer of Natural Intelligence Leadership Training
Penulis buku ”Natural Intelligence Leadership” (Sedang dicetak di penerbit)
Posted by
12:44 AM
and have
0
comments
, Published at
Tidak ada komentar :
Posting Komentar