Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, sosok kontroversial lantaran diduga menista kitab suci agama Islam, Alqur'an.
Bagi sebagian orang, dengan berbagai alasan menyebut, Ahok sama sekali tidak menistakan Alqur'an, melainkan korban fitnah Buni Yani. Dan seperti halnya pro dan kontra, sebagian lagi menganggap penistaan Ahok atas kitab suci Alqur'an sama sekali tidak bisa diragukan lagi, dengan atau tanpa video yg diduga sudah diedit Buni Yani.
Lalu bagaimana dengan penulis? Dalam hal ini penulis dengan terpaksa harus mengatakan berada di posisi yg kontra dengan Ahok. Ya benar, penulis sepakat dengan MUI, dengan atau tanpa kata "pakai" di kalimat Ahok yg disebut menistakan Alqur'an esensinya sama, yakni sama-sama mengatakan kalau Al-Maidah ayat 51 ayat bohong/bodong. Lebih dari itu, Ahok justru mengatakan Allah (tuhannya umat Islam) juga berbohong sebagai Dzat yg berfirman dalam Alqur'an (termasuk Al-Maidah ayat 51).
Namun diluar itu, meski dinyatakan menistakan Alqur'an oleh MUI, sebagai negara hukum yg menjunjung tinggi demokrasi, benar tidaknya harus dibuktikan terlebih dahulu melalui proses penyidikan oleh aparat penegak hukum, dan upaya mendorong kasus ini diusut dengan adil dan transparan sudah dilakukan kaum muslimin lewat aksi 4 November kemaren, pun dengan tindakan yang demokratis pula.
Ahok saat ini melebihi Presiden dalam hal sosok berpengaruh besar di negeri ini. Karena Ahok, ratusan ribu kaum muslimin berkumpul di Jakarta bersatu satu suara menyeru agar kasus Ahok segera diselesaikan. Bahkan lebih dari itu, diberbagai belahan nusantara, pun muncul aksi serupa. Hal ini yg pertama di Indonesia, bahkan disebut menjadi yg pertama di dunia dimana ratusan ribu sampai jutaan orang turun ke jalan menyeru satu suara.
Anggapan kalau saat ini Ahok lebih berpengaruh dari Presiden, bisa dilihat dengan banyaknya agenda Jokowi yg dibatalkan. Bahkan seorang Presiden, dibuat sibuk sowan kesana dan kemari oleh sosok yang satu ini.
Dimana pun kasus ini akhirnya akan bermuara, sepertinya akan menimbulkan ekses dikemudian hari, termasuk "tertundanya Pilkada DKI Jakata".
Dan mengamati tren kasus penistaan agama oleh Ahok yg saat ini tengah diselidiki Bareskrim Polri, kalimat (umat agama tertentu) dibodohi "pakai" kitab sucinya sendiri dikemudian hari akan jadi kalimat yg lumrah untuk dikatakan ke umat agama lain, bahkan oleh publik figure (pejabat publik) sendiri.
Sumberkompasiana.com/
Bagi sebagian orang, dengan berbagai alasan menyebut, Ahok sama sekali tidak menistakan Alqur'an, melainkan korban fitnah Buni Yani. Dan seperti halnya pro dan kontra, sebagian lagi menganggap penistaan Ahok atas kitab suci Alqur'an sama sekali tidak bisa diragukan lagi, dengan atau tanpa video yg diduga sudah diedit Buni Yani.
Lalu bagaimana dengan penulis? Dalam hal ini penulis dengan terpaksa harus mengatakan berada di posisi yg kontra dengan Ahok. Ya benar, penulis sepakat dengan MUI, dengan atau tanpa kata "pakai" di kalimat Ahok yg disebut menistakan Alqur'an esensinya sama, yakni sama-sama mengatakan kalau Al-Maidah ayat 51 ayat bohong/bodong. Lebih dari itu, Ahok justru mengatakan Allah (tuhannya umat Islam) juga berbohong sebagai Dzat yg berfirman dalam Alqur'an (termasuk Al-Maidah ayat 51).
Namun diluar itu, meski dinyatakan menistakan Alqur'an oleh MUI, sebagai negara hukum yg menjunjung tinggi demokrasi, benar tidaknya harus dibuktikan terlebih dahulu melalui proses penyidikan oleh aparat penegak hukum, dan upaya mendorong kasus ini diusut dengan adil dan transparan sudah dilakukan kaum muslimin lewat aksi 4 November kemaren, pun dengan tindakan yang demokratis pula.
Ahok saat ini melebihi Presiden dalam hal sosok berpengaruh besar di negeri ini. Karena Ahok, ratusan ribu kaum muslimin berkumpul di Jakarta bersatu satu suara menyeru agar kasus Ahok segera diselesaikan. Bahkan lebih dari itu, diberbagai belahan nusantara, pun muncul aksi serupa. Hal ini yg pertama di Indonesia, bahkan disebut menjadi yg pertama di dunia dimana ratusan ribu sampai jutaan orang turun ke jalan menyeru satu suara.
Anggapan kalau saat ini Ahok lebih berpengaruh dari Presiden, bisa dilihat dengan banyaknya agenda Jokowi yg dibatalkan. Bahkan seorang Presiden, dibuat sibuk sowan kesana dan kemari oleh sosok yang satu ini.
Dimana pun kasus ini akhirnya akan bermuara, sepertinya akan menimbulkan ekses dikemudian hari, termasuk "tertundanya Pilkada DKI Jakata".
Dan mengamati tren kasus penistaan agama oleh Ahok yg saat ini tengah diselidiki Bareskrim Polri, kalimat (umat agama tertentu) dibodohi "pakai" kitab sucinya sendiri dikemudian hari akan jadi kalimat yg lumrah untuk dikatakan ke umat agama lain, bahkan oleh publik figure (pejabat publik) sendiri.
Sumberkompasiana.com/
Posted by
7:53 PM
and have
0
comments
, Published at
Tidak ada komentar :
Posting Komentar