Namanya juga alat, sudah pasti ada saja kekurangannya. yang paling fital ( bagi saya ) posisi peletakkan sidik jari harus sesuai=sama ketika pada saat registrasi. Hal inilah yang menjadi sebab mengapa saya harus benar2 bersiap menerima cemoohan dari sebagian karyawan. Kebanyakan dari meraka ( karyawan ) yang tidak berhasil melakukan proses absensi ini mulai mencibir/mencemooh. mulai dari alatnya yg gak canggihlah, cari2 kerjaan lah, alatnya yang ‘bosok’lah….inilah…itulah….dan itu terjadi berkali-kali dan berulang-ulang. ( benar2 mental saya sedang diuji sekarang ).
Ada alasan yang tepat dari perusahaan ini mengapa alat ini harus digunakan. (maksudnya meninggalkan absensi dg cara tanda tangan, checklock, dsb). yakni agar para karyawan yang membolos tidak dapat menitipkan absennya kepada rekan yang lain, sehingga akhirnya mereka harus masuk ( walaupun habis absen masuk ,langsung pulang, nanti waktu absen pulang, datang lagi ). konsekwensinya jika waktu pulang dan masuk kantor tidak sesuai dengan jam kerja yang berlaku, uang makan akan dipotong oleh perusahaan. (lumayan kan ).
Tapi namanya juga manusia, putar otakpun jalan bagaimana mengupayakan supaya absen jalan, bolos kerja juga jalan. satu dua pertanyaan dilontarkan kepada kami. mulai dari proses database hingga alternatif jika mereka telat melakukan absen ( telat absen berarti dipotong jatah makan ). bahkan ada yg berani terang2 ingin minta dimajukan jam-hadirnya jika mereka datang terlambat dengan iming2 uang rokok ( wah….wah….gawat…kan ).( tapi klo tidak dipenuhi, gawat juga buat kami ). wah….makan buah simalakama nih ….
Oh iya, saya lupa memberi tahukan ‘rambu-rambu’ dalam proses absensi. rambu pertama, jika pada saat jari menyentuh sensor sidik jari, alat akan berbunyi sambil mengucapkan "thankyou" jika sidik jari sesuai pada saat register dahulu. rambu yang kedua, alat akan berbunyi sambil mengucapkan ‘press again’ jika validasi sidik jari tidak sama pd saat proses register terdahulu.
Kalimat ‘press again’ untuk menyatakan kegagalan absensi dan sipengabsen diharuskan menekan lagi, diselewengkan menjadi ‘ess degann’ ( prers again=ess degan ,bahkan ada yg menyebutkan press again=no smoking) .ada2 saja orang tua ini gumamku. Jadi , pada saat giliran absensi, rekan2 mereka yg tidak berhasil/mengulang kembali prosees absensinya diledekin oleh teman yg lainnya ‘ ESSS DEGANN’ ,…’ESSS DEGANN’ sambil mengejek kawannya "tanganmu iku lo seng gak beres ", "ndang dicuci disek "…( siapa yg g tengsin klo diledekin rekan2 yg lain spti itu ), jadi bagi mereka ‘prestasi’ mengabsen lbh baik dari yg lain jika proses absensi berjalan hanya sekali. ( sekali tancap…’thankyou).
saya sampai g habis pikir , kekesalan mereka jika gagal dlm melakukan absen diluapkan kpd kami ( mungkin gara2 kami yg masang yah )…tapi ada juga yg memukul2 alat ini sambil mengatakan ( alat bejattt ). wah bagi kami ini sudah tindak kriminil bukan!
Analisa saya, teknologi yg diterapkan dapat merubah perilaku ‘pelaku’nya. mengapa demikian ? dengan adanya alat absensi sidik jari ini, mereka dituntut untuk menyesuaikan diri. ( walaupun dengan keterpaksaan, saya yakin itu ). dan satu hal lagi, bahwa dengan melihat latar belakang tingkat pendidikan ‘pelaku’nya, kekuatan / daya tahan alat ini dapat diperkirakan sampai berapa lama dapat bertahan.
aduhhh..klo begini terus bisa makan atiiii …hiks..hikss…nasibbb!!
Posted by
2:29 PM
and have
0
comments
, Published at
Tidak ada komentar :
Posting Komentar