Bunga Kehidupan sebuah blog membahas tentang pernik pernik kehidupan yang terfokus pada masalah pendidikan (The life flower one blog discussed about something that was interesting to the world of education)

TI dan Humaniora: Kedahuluan Modern daripada Pintar

TI dan Humaniora: Kedahuluan Modern daripada Pintar

Oleh arixs
Rabu, 21-March-2007, 13:31:54 1792 klik


PENGARUH teknologi informasi (TI), positif dan negatif. Untuk mengurangi dampak negatifnya, besar peran pendidikan humaniora. Namun, harus dibarengi pengawasan dalam keluarga dan di masyarakat. Susahnya, jika anak-anak mengakses internet di warnet. Kendalanya, pencet komputer saja banyak orangtua dan guru yang masih gagap. Orang Indonesia itu kedahuluan modern daripada pintar.
Demikian pandangan yang berkembang dalam siaran interaktif Koran Tokoh di Global FM 96.5 Minggu (11/3). Topiknya, “Pendidikan Humaniora Dalam Era Globalisasi”. Berikut, petikannya.

Susahnya jika ke Warnet
Pendidikan humaniora mengangkat masalah berkaitan dengan kemanusiaan. Agar anak tahu dirinya manusia yang memiliki pikiran, perasaan, dan martabat. Humaniora, pendidikan yang memanusiakan manusia, agar anak-anak tidak hanyut kemajuan teknologi. Jika di sekolah, di masyarakat dan di keluarga, anak-anak sudah diberi pengetahuan yang berkaitan dengan kemanusian, mereka akan terhindar dari penyalahgunaan teknologi. Pengaruh Teknologi Informasi (TI) terhadap anak-anak, positif dan negatif. Positif, mengembangkan keilmuan, kemudian sebagai media untuk berkomunikasi. Yang perlu mendapat perhatian pengaruh negatifnya, banyak yang menyalahgunakan TI. Beberapa kali polisi mengadakan razia menemukan gambar porno di HP. Internet, sering membuka situs kurang positif. Dengan pendidikan humaniora dampak negatif TI dapat ditekan. Di Denpasar ada Cyber School. Salah satu tujuannya, menangkal dampak negatif ini. Jika memanfaatkan internet di sekolah mereka bisa dibina dan diawasi guru. Di rumah hendaknya orangtua mengawasi atau melakukan pendampingan. Yang susah saat mereka ke warung internet (warnet). Diperlukan perhatian masyarakat terhadap anak-anak yang membuka situs-situs negatif.
IGK Tribana, Guru SMAN 6 Denpasar

Manusia sebagai Subjek dan Objek
Pendidikan humaniora dalam era globalisasi sangat tepat. Posisi manusia sangat strategis dalam dinamika kehidupan. Manusia sebagai subjek dan objek harus diberdayakan secara maksimal agar fit and fresh. Gandhi pernah mengatakan, sesungguhnya dunia ini cukup untuk berapa pun jumlah penduduknya, namun tidak cukup untuk seorang yang tamak. Artinya dalam kondisi apa pun dunia ini harus ditata, mulai dari manusianya agar jangan menjadi orang rakus yang tahunya hanya merusak, menguras, dan mengeksploitir tanpa pernah memelihara dan menyukuri keberlanjutannya demi anak cucu. Bencana transportasi belakangan ini disinyalir karena human error. Lalai, tidak disiplin, kurang profesional, demi keuntungan abaikan pelayanan. Pendidikan humaniora dalam rangka menjaga ajeknya kemanusiaan demi kebijakan dan kebajikan yang terpelihara. Bagaimana memunculkan dan mengedepankan aura kasih sayang dan cinta dalam kebersamaan dan persaudaraan sosial, dalam upaya menjaga keharmonisan lingkungan berdasarkan keyakinan secara spiritual. Sesungguhnya semua bersaudara.
Pande, Pandakgede

Pencet Komputer saja masih Gagap
Jika pendidikan humaniora seimbang, sejalan pendidikan teknologi, dampak negatif TI dapat dikurangi. Kendala pengajaran TI lebih pada manusianya. Anak-anak begitu akrab dengan internet, namun ada guru dan orangtua masih banyak yang buta internet, atau gagap teknologi. Pencet komputer saja gagap, bagaimana bisa mengawasi anak dan muridnya. Di TK mendongeng atau di SD pelajaran bercerita termasuk humaniora. Juga pelajaran agama. Selama pendidikan tersebut menekankan pada hal yang berkaitan dengan manusia terutama perilaku, pola pikir, itulah sebenarnya pendidikan humaniora. Perngajaran teknologi, tanpa mendidik manusianya menjadikan manusia mudah menyalahgunakannya.
IGK Tribana

Tidak semua Kebijakan Humanis
Perilaku manusia akan tercermin dalam kehidupannya yang lebih baik, dan selalu ada peningkatan kualitas. SDM perlu perbaikan, ini terlihat dari kebijakannya yang tidak semuanya humanis. Tujuan pengajaran humaniora merupakan sistem yang terpusat pada upaya agar manusia lebih baik. Untuk memperbaiki manusia secara sosial terkait sistem bernegara. Namun sistem bernegara yang ada masih memerlukan jalan panjang, sebab amendemen UUD masih dalam proses.
Suardana, Jimbaran

Kekerasan, Hambatan Humaniora
Mendidik manusia berperilaku baik, tidak cukup dengan pendidikan di sekolah tanpa keterlibatan keluarga dan masyarakat. Tuntutan masyarakat saat ini cenderung diwarnai kekerasan. Inilah hambatan pendidikan humaniora. Guru mengajarkan humaniora, bagaimana idealnya, sementara perilaku masyarakat, sedikit-sedikit merusak, main bakar. Ini tantangan berat dunia pendidikan, bagi guru agama, sastra, guru PPKN. Perilaku kekerasan akan ditiru anak-anak.
IGK Tribana

Hanya Beberapa Jam di Sekolah
Pendidikan suatu proses pembelajaran dari tidak bisa menjadi bisa, berubahnya tingkah laku menjadi lebih dewasa. Keterlibatan orangtua penting dalam pembentukan sikap anak, sebab anak hanya beberapa jam berada di bawah pengawasan sekolahnya. Remaja sudah mulai memiliki problem dalam interaksinya dengan lingkungan dan dengan dirinya. Terhadap penyimpangan tingkah laku, orangtua hendaknya selalu memperhatikan anaknya.
Nang Chekov, Payangan

Melarang Merokok, Mereka Merokok
Banyak orangtua menganggap pendidikan tanggung jawab sekolah. Jika ada sesuatu pada anaknya sering gurunya yang disalahkan. Memang tidak menampik ada sekolah atau guru kurang memperhatikan perilaku anak didiknya. Peranan orangtua sangat besar juga dalam pendidikan humaniora. Di masyarakat peraturan dan norma akan membimbing bagaimana mereka mesti berperilaku. Banyak orangtua yang hanya bisa mendikte anaknya, melarang berjudi tapi mereka berjudi, melarang anak merokok tapi mereka merokok.
IGK Tribana

Kedahuluan Modern daripada Pintar
Ketika pulang kampung di Kecamatam Kubu dari timur sampai barat menjamur playstation dan bilyar. Sepertinya anak-anak dan orangtua belum siap mengantisipasi masalah apa yang akan menjadi kendala dunia pendidikann. Memang ada yang diuntungkan, namun jika diprosentasekan kerugiannya lebih besar. Sebenarnya Indonesia belum siap, keduluan modern daripada pintar. Sekarang terintimidasi oleh Malaysia karena kegoblokannya.
Putu Suwena, Pedungan

Membantu Guru Menambah Wawasan
Di rumah ada TV yang banyak menyita waktu. Membaca yang bisa menambah wawasan hampir tidak dilakukan. Warga negara lain yang berkunjung ke Bali, di mana pun mereka selalu membaca. Meskipun mereka hidup di alam teknologi canggih budaya baca mereka tetap berlangsung. Teknologi jika tidak bisa digunakan tentu bisa menghambat, terutama menghambat pendidikan humaniora. Jika bisa menggunakannya bisa membantu, baik untuk mengirim e-mail maupun untuk mengetahui apa yang ada di negara lain. Begitu juga anak-anak jika ingin mengetahui sesuatu mencarinya di internet, ini kemajuan. Hendaknya teknologi juga digunakan untuk membantu mengembangkan wawasan dan keilmuan guru.
IGK Tribana

Semua Isi Alam harus Dimanusiakan
Bukan hanya hanya dimanusiakan, semua isi alam ciptaan Tuhan harus dimanusiakan. Sumber air jangan dibor berlebihan atau hutan digunduli. Anak-anak sekarang cepat sekali meniru dan mengikuti yang ada di TV.
Kompyang Lombok, Bangli

Ngeledek Gurunya yang Naik Sepeda
Sudah ada Tri Hita Karana, bagaimana membina hubungan baik antarmanusia, manusia dan alam, manusia dan Tuhan. Dalam konsep pendidikan, disebutkan memanusiakan manusia, yang punya pikiran, perasaan, dan martabat. Jika terlalu memuja teknologi manusia dikesampingkan. Tayangan media elektronik besar pengarunya. Anak-anak banyak meniru cara berpakaian, rambut dan bahkan bisa ngeledek gurunya yang naik sepeda. Bahasa dan penampilannya terpengaruh.
IGK Tribana

Pengaruh Kondisi Bangsa
Kondisi dunia pendidikan sekarang dipengaruhi kondisi bangsa. Warga masyarakat miskin sekarang sulit mendapatkan pendidikan. Jangan menyalahkan orangtua, mereka sudah maskimal mendidik anaknya, namun kondisi bangsa yang membuat mereka kewalahan. Anak-anak di daerah yang terkena gempa atau bencana tidak menikmati pendidikan layak.
Putu Luwih, Padangan

Tanpa Pendidikan Menambah Penderitaan
Kondisi bangsa memang berpengaruh terhadap pendidikan. Namun soal isi perut, jangan dijadikan alasan untuk mengabaikan kepentingan pendidikan. Pendidikan kurang baik, biasanya akan menambah penderitaan. Pendidikan mahal, relatif. Beberapa memang mahal, namun bagi orangtua yang kurang mampu pemerintah sudah menyediakan bantuan.
IGK Tribana

Lebih Fasih Salam Agama Lain
Media massa berperan secara langsung, tersaji tanpa mengenal batas ruang dan waktu, untuk anak-anak maupun orang dewasa. Di sanalah mereka lebih banyak belajar, dibanding di sekolah atau dengan orangtua. Kontak langsung lebih banyak dengan media berkat teknologi. Bangsa juga menjadi korban teknologi karena terlambat menguasai teknologi. Bangsa ini baru belajar merangkak, negara maju sudah terbang dan sudah menikmati hasilnya. Pendidikan humaniora sangat diperlukan, apalagi di Indonesia jaringan TV lebih dari tiga belas, masing-masing memiliki progran dan cenderung tanpa proteksi. Di kampung saya yang mayoritas Hindu, hampir semua rumah memiliki TV. Karena memprioritaskan tayangan ajaran agama tertentu, kini warga kampung kami lebih fasih menyucapkan salam agama non-Hindu. Hendaknya pendidikan humaniora ini dilakukan menyeluruh, dan memproteksi sejak awal agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Gde Biasa, Tabanan

Anak-anak Korban Teknologi
Ada yang semestinya belum patut ditonton di TV, sudah ditonton. Mereka korban teknologi. Anak-anak belum bisa berlaku sebagai konsumen yang arif.
IGK Tribana

Perbanyak Pendidikan Moral
Anak sekarang kebanyakan menonton TV. Diharapkan di sekolah pendidikan moralnya diperbanyak. Diakui di rumah kurang belajar termasuk kurang membaca. (suara terputus-putus kurang jelas)
Nara Wijaya, Abiansemal

Menyanjung Ilmu Lupa Kemanusiaannya
Memperbanyak waktu untuk pelajaran moral belum menjadi jaminan akan berhasil. Yang penting guru diberi penekanan jangan sampai mereka yang mengajarkan ilmu pengetahuan melupakan sisi-sisi kemanusiaan. Kadang terlalu menyanjung ilmunya, lupa aspek kemanusiaannya. Masalah humanioara adalah perilaku, maka keteladanan sangat penting. Jika guru sering memperlihatkan wajah marah dan benci, kurang bagus bagi anak-anak. Sepertinya ada kecenderungan sinetron yang ditayangkan TV swasta nasional adalah cerita yang mengekploitir remaja. Namun ada tayangan yang bagus seperti flora dan fauna. Mengenai sekolah nasional plus, jika ditilik plusnya tentu maksud si penggagasnya adalah mengejar kemajuan teknologi. Namun kalau dicermati banyak juga pencantuman ‘plus’ hanya sebagai promosi. Misalnya SMP dan SMA ‘internasional’ tapi kalau ujiannya sama dengan sekolah biasa, apa bedanya. Untuk semua jenis sekolah pendidikan humaniora jangan sampai diabaikan.
IGK Tribana



Posted by Health Care , Published at 2:22 PM and have 0 comments

Tidak ada komentar :