Sekelompok psikolog di Amerika hendak meneliti pengaruh kemampuan menahan diri anak-anak pada kehidupan mereka di masa dewasa. Mereka mendatangi sebuah sekolah pinggiran kota. Di salah satu kelas, psikolog muda ini ngimiming-ngimingi permen coklat merk Marshmallow. Satu merk permen coklat terkenal yang sangat disukai oleh anak-anak di sana.
Psikolog ini memberi alternatif. “Engkau bisa mendapatkan 1 batang permen Marshmallow saat ini juga, jika engkau mau. Tapi engkau akan mendapatkan 2 batang permen ini, jika engkau mau menunggu selama 1 jam”. Sebagian besar anak tidak dapat menahan diri mereka untuk mengambil permen saat itu juga, sebagian kecil sisanya menunggu selama satu jam. Berbagai macam cara mereka tempuh. Mulai dari menutup rapat-rapat mata dengan tangan mereka, bernyanyi-nyayi untuk menunggu waktu, menikmati pemandangan di luar kelas, sampai yang mencoba mengalihkan perhatiannya kepada permen itu dengan menggambar.
Psikolog itu mengamati pertumbuhan mereka ketika dewasa. Anak-anak itu dikategorikan menjadi dua. Kelompok pertama adalah yang langsung mengambil permen, kelompok kedua adalah yang rela menunggu selama 1 jam.
Hasilnya sangat mengejutkan. Anak-anak pada kelompok kedua memiliki prestasi akademis yang baik, mereka lebih matang emosinya, lebih mampu mengendalikan diri mereka, tak mudah tersinggung, dan peka terhadap perasaan mereka.
Daniel Goleman, pengarang buku Kecerdasan Emosi, mengatakan seperti inilah periode-periode awal orang-orang yang memiliki kecerdasan emosi. Sigmund Freud juga mengatakan bahwa orang yang dapat mengatur kecemasan mereka terhadap dorongan-dorongannya akan menjadi pribadi-pribadi yang sehat.
Kondisi ini tidak ditemui pada kelompok pertama. Psikolog itu akhirnya menyimpulkan bahwa kemampuan menahan diri untuk mendapatkan hal yang dinilainya lebih baik memiliki banyak manfaat. Dalam prestasi atau kematangan emosi. Dengan berlatih mengendalian diri, maka kita akan mendapatkan banyak manfaat pada fisik dan psikhis kita.
Satu sifat anak-anak yang sangat kentara dalam kesadaran kita adalah sifat mereka yang Sak ndeg sak nyeg. Apa yang mereka inginkan, saat itu juga harus dipenuhi. Ia tak segan-segan mengeluarkan senjata pamungkasnya, menangis untuk menarik perhatian kita. Hal inilah yang membuat seorang ibu menjadi tak habis pikir. Jika anak dibiarkan saja, maka ibu khawatir perkembangan kepribadiannya akan terganggu. Jika mereka sering dihukum atas sikap mereka, ibu khawatir mereka menjadi pendendam.
Cara yang terbaik yang semestinya disadari pada momen Ramadhan ini adalah dengan melatih mereka berpuasa. Saat berpuasa, anak akan berlatih menahan sedikit keinginan mereka dalam interval waktu tertentu. Dimulai dari 4 jam, 5 jam, 6 jam, hingga sehari penuh. Dengan cara seperti ini sang anak akan terlatih mengolah dirinya untuk mengisi waktu, sebelum apa yang mereka inginkan terpenuhi. Berpuasa menjadikan anak lebih kreatif. Mereka akan berkenalan dengan cara-cara atau aktivitas-aktivitas untuk mengurangi kecemasan mereka terhadap pemenuhan keinginan mereka.
Posted by
8:17 AM
and have
0
comments
, Published at
Tidak ada komentar :
Posting Komentar