Staf Pengajar Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Cirebon
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model pembelajaran interaktif berbasis komputer yang dapat meningkatkan penguasaan konsep, keterampilan berpikir kreatif dan keterampilan proses sains siswa SLTP . Model yang dikembangkan terdiri dari deskripsi pembelajaran, bahan ajar dan evaluasi yang dikemas dalam bentuk CD software. Model terdiri dari 9 konsep meliputi : konsep konkrit, konsep berdasarkan aturan/prinsip, konsep yang melibatkan gambaran simbol, serta konsep abstrak tetapi contohnya konkrit.
Model pembelajaran ini menggunakan: a) pendekatan konsep dan keterampilan proses sains; b) metode pemecahan masalah; c) tes pilihan ganda, angket dan panduan wawancara. Keterampilan berpikir yang dikembangkan meliputi : a) mempertinggi kesadaran akan masalah-masalah dan kesulitan-kesulitan, b) menguraikan secara hati-hati dan sistematik terhadap informasi yang ada pada pembelajar, c) mendorong sifat-sifat atau kecenderungan kepribadian kreatif, d) membangun diatas pengetahuan yang telah ada pada pembelajar, e) membangun kesadaran akan masalah yang dipecahkan, kemungkinan kebutuhan ke depan atau kesulitan yang dihadapi. Aspek keterampilan proses sains yang dikembangkan meliputi : mengklasifikasi, menafsirkan, dan menerapkan prinsip / konsep.
Model ini telah diimplementasikan pada 31 siswa kelas II SLTP pada topik Partikel-Partikel Materi. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa model ini dapat meningkatkan penguasaan konsep, keterampilan berpikir kreatif dan keterampilan proses sains siswa SLTP. Model mendapat tanggapan positif dari siswa dan guru. Dengan demikian perlu dikembangkan model pembelajaran sejenis, khususnya untuk pembelajaran IPA di SLTP.
Kata kunci : model pembelajaran, interaktif, keterampilan berpikir kreatif, keterampilan proses sains
Pendahuluan
Mutu pendidikan sains di Indonesia masih rendah. Sebagai contoh, hasil studi the Third International Mathematics and Science Study-Repeat (TIMSS-R : 999, dalam Tim BBE Depdiknas : 2001) melaporkan prestasi siswa SLTP di Indonesia berada pada urutan ke-32 untuk IPA dan pada urutan 34 untuk matematika dari 38 negara peserta yang distudi di Asia, Australia dan Afrika. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Dirjen Dikdasmen (2002) yang menyatakan beberapa indikasi bahwa mutu pendidikan di Indonesia belum meningkat yakni : (1) ketidakpuasan berjenjang, dimana sekolah lanjutan merasakan bahwa bekal siswa yang masuk (lulusan sekolah sebelumnya) kurang baik, (2) gejala lulusan SLTP dan sekolah menengah yang menjadi pengangguran di pedesaan karena tidak mampu menerapkan pengetahuan yang didapat di sekolah dalam kehidupan sehari-hari. Lebih jauh dinyatakan bahwa 34,4 % lulusan SLTP tidak melanjutkan ke sekolah menengah.
Selain pemahaman, faktor penunjang rendahnya mutu pendidikan sains adalah kurang dikembangkannya keterampilan berpikir dan keterampilan proses sains di dalam kelas. Keterampilan berpikir merupakan aspek penting dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Jika keterampilan berpikir tersebut tidak dilatih terus menerus dalam kegiatan belajar dapat dipastikan kemampuan siswa dalam menyelesaikan berbagai permasalahan akan sangat minimal dan kurang berkualitas. Keterampilan proses sains melatih siswa dalam proses berpikir dan membentuk manusia yang mempunyai sikap ilmiah.
Dalam pendidikan sains diperlukan aspek kreativitas. Kreativitas dapat dicapai diantaranya melalui keterampilan berpikir kreatif. Pengembangan keterampilan berpikir kreatif dan keterampilan proses sains pada siswa yang dimulai sejak awal akan membentuk kebiasaan cara berpikir siswa yang sangat bermanfaat bagi siswa itu sendiri di kemudian hari. Pembelajaran dengan komputer dapat meningkatkan minat dan menumbuhkembangkan kreativitas siswa.
Upaya peningkatan mutu pendidikan telah dilakukan, baik melalui pengembangan mutu tenaga pengajar, penyelenggaraan pendidikan, serta pembangunan berbagai fasilitas penunjang proses pendidikan. Upaya-upaya tersebut ternyata belum menghasilkan perubahan secara nyata (Liliasari : 1997). Oleh karena itu masih perlu upaya dilakukannya pengembangan model pembelajaran dalam berbagai aspek seperti model pembelajaran berbasis komputer yang melatih siswa untuk berpikir kreatif dan keterampilan proses sains.
Model pembelajaran yang dikembangkan diharapkan dapat meningkatkan penguasaan konsep, keterampilan berpikir kreatif dan keterampilan proses sains siswa SLTP. Selain itu keberhasilan model pembelajaran yang dikembangkan dapat diharapkan menjadi percontohan model-model pembelajaran sejenis, untuk topik-topik bahan kajian yang lain dalam bidang studi kimia maupun dalam bidang studi lain khususnya pembelajaran IPA dengan beberapa penyesuaian yang diperlukan.
Peranan Konsep Dalam Penyusunan Model Pembelajaran
Pengetahuan kimia disusun oleh konsep-konsep dalam suatu jaringan proposisi (Dahar : 1989). Artinya pengetahuan kimia merupakan serangkaian konsep-konsep yang saling berhubungan satu sama lain sehingga menghasilkan suatu pemahaman yang bermakna. Bahkan bila dikaji lebih dalam, ternyata ilmu kimia tumbuh dan berkembang berdasarkan eksperimen-eksperimen. Dengan demikian dapat dikatakan ilmu kimia sebagai ilmu eksperimental. Dari eksperimen-eksperimen tersebut lahirlah deskripsi yang berupa konsep-konsep (Liliasari : 1992).
Untuk memahami ilmu kimia harus dimulai dari konsep-konsep tersebut. Guru yang mempunyai kewajiban dalam membimbing siswanya dalam memahami kimia, harus mulai dari konsep-konsep kemudian menganalisisnya. Analisis konsep dapat mengarahkan guru untuk mengajarkan konsep yang bersangkutan.
Langkah pertama yang dilakukan guru dalam melaksanakan tugasnya yaitu menyusun program untuk pembelajaran. Artinya demi tercapainya tujuan pembelajaran, guru harus mempersiapkan diri untuk serangkaian kegiatan pembelajaran. Tujuan pembelajaran pada dasarnya merupakan pemahaman terhadap konsep atau pencapaian konsep, sehingga langkah pertama yang dilakukan adalah menentukan konsep-konsep yang akan diajarkan, selanjutnya menganalisis dan kemudian menentukan strategi pembelajaran yang akan digunakan. Dalam hal ini tidak melupakan tingkat pencapaian konsep yang diharapkan. Tingkat-tingkat pencapaian konsep tersebut tercermin dari tujuan-tujuan pengajaran yang dirumuskan untuk siswa (Dahar : 1989)
Herron (1977) mengidentifikasi karakteristik yang dimiliki konsep berdasarkan atribut-atribut konsep menjadi 7 kelompok, yaitu : (a) Konsep konkrit, yaitu konsep yang dapat dilihat, (b) Konsep abstrak, yaitu konsep yang contohnya tak dapat dilihat, (c) Konsep dengan atribut kritis yang abstrak, tetapi contohnya dapat dilihat, (d) Konsep yang berdasarkan suatu prinsip, (e) Konsep yang melibatkan gambaran simbol, (f) Konsep yang menyatakan suatu sifat, (g) Konsep yang menyatakan aturan ukuran.
Untuk sampai pada pencapaian konsep yang diharapkan, seorang guru harus membuat rencana tentang urutan-urutan pengajaran. Dalam hal ini “Analisis Konsep” merupakan suatu prosedur yang dapat memberi kemudahan (Herron : 1977).
Pada prinsipnya dalam menganalisis konsep harus memperhatikan karakteristik suatu konsep, yang meliputi : label konsep, definisi konsep, atribut konsep, kedudukan konsep terhadap konsep lain (hirarki konsep), contoh dan non contoh.
Peranan konsep dalam menyusun rencana pembelajaran sangat menentukan, apalagi bila akan dikembangkan keterampilan berpikir kreatif dalam pembelajaran tersebut. Melalui penentuan konsep-konsep yang akan dikembangkan kemudian menganalisisnya, akan memberikan gambaran tentang keterampilan berpikir kreatif mana yang dapat dikembangkan, karena harus sesuai dengan indikator-indikator dari keterampilan berpikir kreatif. Hasil analisis konsep tersebut dapat digunakan untuk merencanakan urutan pembelajaran konsep, tingkat-tingkat pencapaian konsep yang diharapkan dari siswa dan metode mengajar yang dilakukan (Dahar : 1989).
Model Pembelajaran Sebagai Wahana Pendidikan Siswa SLTP
Model pembelajaran disusun sebagai wahana pendidikan untuk mengembangkan keterampilan berpikir kreatif dan keterampilan proses sains.
1. Keterampilan berpikir kreatif
Keterampilan berpikir pada siswa dapat di latih melalui pendidikan berpikir kreatif yang diharapkan dapat mengoptimalkan perkembangan intelektualnya sehingga siswa memiliki kemampuan yang berkualitas dalam menyelesaikan berbagai permasalahan. Keterampilan berpikir kreatif yang dikembangkan didasarkan pada teori berpikir kreatif Lawson (1980). Keterampilan berpikir kreatif yang dilatihkan terdiri dari tiga tingkatan yaitu ; 1) menguatkan antisipasi, 2) mempertemukan hal-hal yang diharapkan dan tidak diharapkan dan yang amat diharapkan, dan 3) melampaui dan mempertahankan. (Lawson, 1980). Dari ketiga macam tingkatan tersebut, dalam penelitian ini hanya dikembangkan lima indikator keterampilan berpikir kreatif, yaitu : mempertinggi masalah dan tingkat kesulitan, menguraikan secara hati-hati dan sistematik terhadap informasi yang ada/tersaji, membangun di atas pengetahuan yang telah ada pada pembelajar, mendorong sifat-sifat atau kecenderungan kepribadian kreatif, dan membangun kesadaran akan masalah yang dipecahkan, kemungkinan kebutuhan ke depan atau kesulitan yang dihadapi.
2. Keterampilan Proses Sains
Keterampilan proses sains melatih siswa dalam proses berpikir dan membentuk manusia yang mempunyai sikap ilmiah. Proses pembelajaran dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep, dan teori-teori dengan keterampilan proses dan sikap ilmiah siswa sendiri. Aspek keterampilan proses yang dikembangkan dalam penelitian ini meliputi : mengklasifikasi, menafsirkan dan menerapkan prinsip / konsep.
Model Pembelajaran Partikel-Partikel Materi
Pada penyusunan model pembelajaran digunakan kajian yang bersifat teoritis dan empiris yang difokuskan pada pengembangan model pembelajaran yang dapat meningkatkan penguasaan konsep, keterampilan berpikir kreatif dan keterampilan proses sains siswa SLTP. Kajian teoritis berupa studi literatur dan pengembangan model.
Studi literatur dilakukan terhadap GBPP Kimia tahun 1994 dan buku paket kimia kelas satu SMA serta buku petunjuk guru. Selanjutnya dilakukan analisis konsep terhadap pokok bahasan dimaksud. Sejalan dengan itu dilakukan kajian teoritis tentang model-model pembelajaran untuk memilih satu model yang dijadikan dasar pengembangan dan identifikasi indikator-indikator keterampilan berpikir kreatif serta aspek-aspek keterampilan proses sains yang sesuai untuk model pembelajaran yang akan disusun. Bertolak dari kajian-kajian tersebut, disusunlah model pembelajaran partikel-partikel materi untuk mengembangkan penguasaan konsep, keterampilan berpikir kreatif, dan keterampilan proses sains siswa SLTP, diharapkan penguasaan konsep, keterampilan berpikir kreatif dan keterampilan proses sasins siswa SLTP akan meningkat. Model terdiri atas deskripsi pembelajaran, bahan ajar dan evaluasi yang dikemas dalam bentuk CD software.
Model diimplementasikan pada siswa SLTP kelas dua tahun ajaran 2003/2004 semester ke-1 untuk mengetahui keunggulan dan kelemahannya, agar dapat disempurnakan lebih lanjut.
Metodologi Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kelas yang dilakukan pada 31 orang siswa kelas II SLTP sebagai subyek penelitian. Pada penelitian ini siswa dikelompokkan menjadi tiga kelompok dengan kategori kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Pokok bahasan yang digunakan sebagai bahan penelitian adalah partikel-partikel materi. Dalam penelitian ini digunakan desain `“one group pretest-postest design”.
Metode dan pendekatan yang digunakan dalam model pembelajaran partikel-partikel materi adalah pendekatan konsep dan keterampilan proses sains, sedangkan metode yang digunakan adalah metode pemecahan masalah. Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur penguasaan konsep, keterampilan berpikir kreatif dan keterampilan proses sains siswa adalah tes tertulis dalam bentuk tes objektif pilihan berganda sebanyak 30 soal untuk 90 menit, dengan koefisien reliabilitas 0,76. Angket digunakan untuk mengungkap tanggapan siswa terhadap model pembelajaran yang dikembangkan, sedangkan untuk mengungkap tanggapan guru terhadap model pembelajaran digunakan panduan wawancara.
Karakteristik model pembelajaran
Hasil analisis konsep dan peta konsep pada model pembelajaran partikel-partikel materi dapat dilihat pada tabel 1:
TABEL 1
Karakteristik Model Pembelajaran
No Jenis Konsep % Label Konsep
1 Konkrit 22 2
2 Berdasarkan aturan/prinsip 11 1
3 Menggambarkan simbol 11 1
4 Abstrak tetapi contohnya konkrit 56 5
Konsep partikel-partikel materi memiliki atribut kritis antara 1-4 dengan atribut variabel 1-5. Dalam peta konsepnya, konsep-konsep tersebut tersusun atas 9 percabangan konsep dengan 18 hierarki konsep. Berdasarkan analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa konsep partikel-partikel materi sebagian besar merupakan konsep abstrak (memiliki tingkat kesulitan tinggi), dan memiliki kajian yang cukup luas dan pembahahasan konsepnya cukup mendalam.
Hasil Penelitian
Hasil belajar dengan menggunakan model pembelajaran yang dikembangkan dapat dilihat pada grafik 1, 2, 3 serta tabel 2, dan 3 .
Grafik 1
Penguasaan Konsep
Grafik 2
Penguasaan Keterampilan Proses Sains
Grafik 3
Penguasaan Keterampilan Berfikir Kreatif
TABEL 2
Hasil Uji t Penguasaan Konsep, Keterampilan Berpikir Kreatif, dan Keterampilan Proses Sains Siswa Sebelum dan Sesudah Pembelajaran
N Pretes Postes Probabilitas Signifikansi
Rata2 SD Rata2 SD
Konsep 31 45,94 10,41 57,29 14,48 0,00 Signifikan
KBK 31 52,32 12,03 62,36 14,98 0,00 Signifikan
KPS 31 51,64 10,81 59,97 3,82 0,00 Signifikan
TABEL 3
Hasil Uji Anova (Tukey) Terhadap Gain Kelompok
Tinggi, Sedang dan Rendah Pada Penguasaan Konsep, Keterampilan Berpikir Kreatif dan Keterampilan Proses Sains
Kelompok N Taraf Nyata Probabilitas Signifikansi
Konsep KBK KPS
Tinggi-Sedang 19 0,05 0,45 0,81 0,42 Tidak Signifikan
Tinggi-Rendah 18 0,05 0,19 0,21 0,47 Tidak Signifikan
Sedang-Rendah 25 0,05 0,73 0,35 0,27 Tidak Signifikan
Tanggapan siswa terhadap model dapat dilihat pada tabel 4.
TABEL 4
Tanggapan siswa terhadap model pembelajaran
No. Indikator pertanyaan Pilihan jawaban %
1 Metode mengajar Ceramah 88
Diskusi 6
Praktikum 6
2 Dapat menggunakan model Sedikit menguasai 32
Dapat menguasai 68
Tidak dapat 0
3 Menyukai model Ya 94
Tidak 6
4 Petunjuk dalam model Mudah dipahami 23
Cukup dipahami 61
Sukar dipahami 7
5 Model membantu memahami konsep Sangat membantu 32
Cukup membantu 61
Kurang membantu 7
6 Pendapat tentang model Mudah memahami konsep 23
Sukar memahami konsep 3
Melatih berpikir 48
Belajar menyenangkan 26
7 Motivasi menjawab pertanyaan dalam model
Banyak termotivasi 45
Cukup termotivasi 55
Sedikit termotivasi 0
8 Setuju model sejenis dikembangkan dalam pembelajaran IPA
Sangat setuju 32
Setuju 68
Kurang setuju 0
Pembahasan
Berdasarkan analisis data dengan menggunakan uji statistik, dapat diketahui bahwa siswa mengalami peningkatan penguasaan konsep, keterampilan berpikir kreatif dan keterampilan proses sains setelah pembelajaran. Artinya model yang dikembangkan dapat dipertimbangkan sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan penguasaan konsep, keterampilan berpikir kreatif dan keterampilan proses sains siswa SLTP
Penguasaan konsep, keterampilan berpikir kreatif dan keterampilan proses sains disemua kelompok kemampuan meningkat secara merata. Artinya model pembelajaran yang dikembangkan memberikan pengaruh yang sama untuk semua kelompok kemampuan dalam meningkatkan penguasaan konsep, keterampilan berpikir kreatif dan keterampilan proses sains. Model pembelajaran dapat digunakan untuk meningkatkan penguasaan konsep, keterampilan berpikir kreatif dan keterampilan proses sains siswa berkemampuan tinggi, sedang dan rendah.
Berdasarkan analisis data tanggapan siswa terhadap model terdapat temuan-temuan yang positif. Siswa merasa senang dengan situasi belajarnya, siswa terlibat aktif secara mental dalam mengemukakan pendapat, gagasan atau menyampaikan suatu argumentasi, siswa lebih mudah memahami konsep, dan termotivasi untuk meningkatkan keterampilan berpikirnya. Model juga membantu guru dalam proses pembelajaran secara efektif dan efisien.
Kesimpulan
Model pembelajaran yang dikembangkan dapat meningkatkan penguasaan konsep, keterampilan berpikir kreatif dan keterampilan proses sains siswa SLTP dan dapat diterapkan pada kelompok siswa berkemampuan tinggi, sedang dan rendah. Model pembelajaran yang dikembangkan mendapat tanggapan positif dari siswa dan guru.
Rekomendasi
Perlu dikembangkan model pembelajaran sejenis, khususnya untuk pembelajaran IPA di SLTP.
Saran
Model pembelajaran ini perlu dicobakan pada kondisi kelas yang berbeda (masing-masing siswa menggunakan komputer sendiri pada saat pembelajaran)
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (1997). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
Budiana. (2003). Penggunaan Komputer Dalam Pembelajaran Remedial Matematika Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Tesis PPS UPI Bandung : tidak diterbitkan.
Carin, A.A. & Sund, R.B. (1980). Teaching Science through Discovery, Fourth Edition, Ohio : Charles E. Merril Publishing Co.
Coburn, P, et.al. (1985). Practical Guide to COMPUTER In EDUCATION, 2nd ed, California : Addison-Wesley Publ. Company, Inc.
Costa, A.L. dan Presseisen, B.Z. (1985). Glossary of thinking skills, in A.L. Costa (ed). Developing Minds : A Resource Book For Teaching Thinking, Alexandria : ASCD. 303-312.
Dahar, R.W. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta : Erlangga.
Dirjen Dikdasmen. (2002). Pengembangan Pendidikan Dasar dan Menengah
Galib, M. (2001). Penerapan Model Konstruktif Pembelajaran Sains dan Teknologi dengan Pendekatan STM dan Strategi Pembelajaran Model di SD Kecil Bungin. Disertasi PPS UPI Bandung : tidak diterbitkan.
Herron, J.D. et al. (1977).” Evaluation of the Longeot test of cognitive development”. Journal of Research in Science Taeching, 18 (2). 123 –130
Joyce, et al. (1992). Models of Teaching, New Jersey: Prentice Hall, Inc.
Lawson, A.E. (1979). Science Education Information Report, 1980 AETS Yearbook The Psychology of Teaching for Thinking and Creativity. Ohio : Clearinghouse.
Liliasari. (1999). Pengembangan Model Pembelajaran Komputer Berdasarkan Konstruktivisme Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi. Makalah Dibacakan Dalam Seminar Mutu Pendidikan dalam Rangka Dies Natalis 45 dan Lustrum IX IKIP Bandung,Pusat Studi Komputer Sains, IKIP Bandung.
Sund, R.B. dan Trobridge. (1973). Leislie W., Teaching Science By Inquiry In The Secondary School, Columbus : Charles E. Merill Publishing Company.
Tim Broad Based Education Depdiknas (2002). Kecakapan Hidup. Life Skill. Melalui Pendekatan Pendidikan Berbasis Luas. Surabaya : SIC.MBA
Sumber: STAIN, Cirebon
Posted by
8:39 AM
and have
0
comments
, Published at
Tidak ada komentar :
Posting Komentar