DUNIA anak-anak adalah bermain. Jika sejak usia sekolah dasar (SD) sudah bekerja, dikhawatirkan mereka bakal tumbuh menjadi remaja nakal.
Itulah kesimpulan sebuah penelitian terbaru di Amerika Serikat. Di negara-negara Barat, fenomena anak usia SD yang bekerja sampingan memang bukan hal baru. Positifnya, hal ini dianggap sebagai upaya menempa kemandirian sejak dini. "Pekerjaan" yang mereka jalani, di antaranya menjadi pengasuh bayi atau pengantar koran (loper).
Sayangnya, bekerja sejak kecil berpotensi merugikan si kecil saat remaja nanti. Sebuah penelitian terbaru melaporkan, anak yang kerap diberi beban pekerjaan berlebih berpeluang tumbuh menjadi remaja nakal. Peneliti juga mendapati kecenderungan lebih tinggi bagi anak-anak tersebut untuk terpapar perilaku merokok, minum alkohol, dan suka berkelahi.
Rajeev Ramchand, seorang ilmuwan bidang perilaku dari Rand Corp, mengungkapkan, hasil penelitian tersebut tidak membuktikan bahwa beban kerja berlebih berpengaruh langsung terhadap masalah tersebut. "Dalam hal ini, kami lebih mengarahkan pada pertanyaan tentang nilai pekerjaannya itu," ujar Ramchand yang ikut terlibat menulis laporan penelitian yang diterbitkan dalam American Journal of Preventive Medicine itu.
"Kami paham bahwa bekerja bisa membuahkan hal positif, tapi jangan lupa bahwa saat bekerja anak-anak itu juga terpapar hal-hal yang lebih buruk," imbuhnya.
Penelitian sebelumnya juga mengungkapkan, anak-anak yang beranjak remaja (anak baru gede/ABG) yang bekerja cenderung lebih sering melakukan tindakan yang membahayakan orang lain (abuse), imbasnya mereka bisa terserempet masalah hukum. Ini merupakan studi pertama yang menganalisis fenomena anak-anak yang bekerja.
Data penelitian didasarkan pada survei yang dilakukan terhadap 5.147 anak usia kelas 5 SD, beserta orangtuanya yang tinggal di Birmingham, Houston, dan Los Angeles, AS. Penelitian dilakukan selama kurun 2004-2006.
Setelah melakukan pencocokan data statistik terhadap beberapa faktor seperti penghasilan keluarga, peneliti mendapati bahwa dalam sebulan terakhir kecenderungan menenggak alkohol pada anak-anak usia kelas lima SD yang bekerja jumlahnya dua kali lipat dibanding teman sebayanya yang tidak bekerja.
Demikian halnya kecenderungan merokok dan penyalahgunaan ganja, angkanya dua dan tiga kali lebih tinggi dari teman-teman sebayanya yang tidak bekerja. Selain itu, anak yang bekerja juga memiliki 1,5 kali lipat kecenderungan untuk berkelahi, dan dua kali lipat kasus kabur dari rumah. Adapun "pekerjaan" yang dimaksudkan peneliti adalah yang diberi upah (dibayar) seperti tukang kebun, pengantar permen ke rumah-rumah, dan pengasuh bayi. Sekitar satu dari lima anak usia kelas lima SD mengaku punya pekerjaan sampingan tersebut.
Lantas, bagaimana sebuah pekerjaan justru bisa mendatangkan masalah? "Kemungkinan hal tersebut disebabkan orangtua berhenti mengawasi anaknya saat mereka bekerja," ujar Ramchand. Orangtua, lanjut dia, harus konsisten memantau apa yang dilakukan anakanaknya. Tanya dan diskusikan tentang apa saja yang mereka lakukan saat bekerja.
Kendati demikian, seorang pemerhati anak dari Universitas California, Los Angeles, Frederick Zimmerman berpendapat, orangtua tidak perlu merasa resah atau panik mendengar hasil penelitian tersebut. "Jutaan orangtua dan anak-anaknya yang sudah duduk di bangku sekolah mendapati bahwa pekerjaan informal merupakan salah satu aspek positif dan produktif dalam proses tumbuh kembang menuju dewasa," ujarnya. Jadi, tidak perlu terlalu dirisaukan.
Namun, dia menyebutkan, beberapa hal dalam hasil penelitian tersebut tak urung membuatnya khawatir, terutama temuan bahwa pekerjaan informal itu sendiri memiliki dampak penyimpangan perilaku pada anak usia kelas lima SD. Secara umum, Zimmerman berargumen, studi tersebut cukup informatif dan mengupas informasi baru.
Lantas, bagaimana dengan di Indonesia? Anak kecil bekerja bukanlah sesuatu yang lazim. Rata-rata orang Indonesia baru mulai berpikir mencari pekerjaan dan tambahan uang saku saat duduk di bangku kuliah. Demikian halnya fenomena anak kurang mampu dan anak jalanan yang sudah harus bekerja sejak kecil demi menafkahi hidupnya juga masih mengundang keprihatinan.
(sindo//tty
Tidak ada komentar:
Posting Komentar