Rabu, Maret 04, 2009

Biarkan Roda Kehidupan Itu Terus Berputar

Salah satu frase paling populer dilingkungan kita berbunyi;"belajar
sepanjang hayat." Jika kita terlalu berfokus kepada pelajaran
formal, tentu frase itu tidak akan relevan. Namun, jika kita meyakini
bahwa proses belajar itu bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja,
maka kita tidak akan pernah kehilangan momentum untuk bisa belajar
dan meningkatkan diri. Tetapi, apakah proses belajar itu bisa
dilakukan dalam 'situasi apapun'? Kelihatannya memang demikian. Dalam
situasi sulit sekalipun? Betul. Sesulit apapun? Nampaknya begitu.

Saya teringat dengan sepeda pertama yang saya miliki dimasa kecil.
Ketika mendapatkan sepeda itu, saya belum benar-benar bisa bersepeda.
Sehingga ketika sepeda itu tiba dirumah, pada awalnya saya hanya bisa
menatapnya saja. Rasa senang dan takut bercampur aduk. Lalu,
berkembanglah itu menjadi antsusiasme dan kenekatan. Antusias karena
senang, nekat karena sebenarnya belum bisa bersepeda. Walhasil, hal
paling mudah dikenang dari masa-masa awal belajar bersepeda itu
adalah ketika sepeda saya tidak bisa dikendalikan hingga menabrak box
penjual rokok dipinggir jalan. Lecet disikut kiri kanan, ditambah
omelan dari sang pedagang tidak bisa menghentikan kenekatan itu.
Diulangi lagi. Dan ndilalah, lha kok setelah nabrak itu saya menjadi
lancar bersepeda.

Saya yakin, anda memiliki pengalaman serupa itu ketika belajar
bersepeda. Dan sekarang, kita semua sudah sangat mahir melakukannya.
Cobalah anda bayangkan; apa jadinya kita seandainya dulu, kita
langsung berhenti setelah terjatuh? Tentu kita tidak akan pernah
mahir naik sepeda. Mengapa? Karena setelah kejatuhan yang menyakitkan
itu, kita tidak mau mencoba memulainya kembali.

Menurut pendapat anda, apakah hidup juga demikian? Kelihatannya iya,
ya. Dalam hidup pun, kadang kita terjatuh. Kita merasa sakit fisik.
Sakit perasaan. Luka di badan. Dan luka kehormatan. Dan, seperti
bersepeda tadi; seandainya kita berhenti setelah mengalami jatuh dan
luka-luka itu, mungkin kita tidak akan terampil lagi dalam mengarungi
hidup.

Dalam dunia nyata, kita menyaksikan betapa banyak orang yang benar-
benar terhenti oleh kegagalan hidup. Oleh jatuhnya bisnis mereka.
Oleh berakhirnya kontrak kerja mereka. Dan setelah bertahun-tahun
kemudian, mereka terus terkurung oleh perasaan marah dan kecewa.
Lantas menumpahkan kemarahan itu kepada tindakan-tindakan yang kurang
produktif, sehingga akhirnya mereka benar-benar kehilangan makna
hidup. Padahal, mereka adalah orang-orang yang memiliki potensi diri
yang begitu tinggi.

Dalam dunia nyata, kita juga menyaksikan betapa banyak orang yang
begitu gigih dan tidak membiarkan dirinya dihentikan oleh cobaan
hidup yang berkali-kali menimpanya. Ketika bisnisnya jatuh, mereka
bangun lagi. Jatuh lagi, bangun lagi. Itulah sebabnya mereka tidak
menyebut bisnisnya 'jatuh', melainkan 'jatuh-bangun'. Artinya, ketika
terjatuh pun, mereka masih berusaha bangun lagi. Ketika perusahaan
tempat mereka bekerja berkata;'we are sorry to tell you that we
cannot keep you stay with us.....' tentu mereka kecewa. Tetapi,
mereka tidak berhenti pada 'kecewa', karena segera setelah itu mereka
meneruskan hidup dengan melakukan apa saja untuk memastikan roda
kehidupannya terus berputar. Sehingga, meskipun mereka telah
kehilangan pekerjaan itu; mereka menemukannya kembali. Bagaimana jika
dengan semua usaha yang dilakukannya, mereka tidak berhasil
menemukannya kembali? Mereka belajar sesuatu dari
ketidakberhasilannya. Lalu mereka membuat pekerjaannya sendiri.
Sehingga selalu ada pekerjaan yang bisa menjaga diri mereka tetap
produktif.

Bagaimana mereka bisa setangguh itu? Sederhana; mereka percaya bahwa
bahwa hidup selalu menyembunyikan pelajaran berharga. Dari perjalanan
hidup mereka menemukan pelajaran untuk melanjutkan hidup. Dan, ketika
secara konsisten mereka melakukan itu, mereka mendapati roda
kehidupan terus berjalan. Dan semakin hari, mereka semakin terampil
menjalaninya.

Hore,
Hari Baru!
Dadang Kadarusman

Tidak ada komentar:

Posting Komentar