Yang kita miliki tidak selamanya, terkadang kita sebagai manusia terlalu mengikuti ego dan hawa nafsu untuk memiliki sesuatu, atau menambah jumlah seseuatu kepemilikin, sehingga kita pasti pernah melakukan hal yang tidak sepaputnya untuk mencapai yang kita inginkan, ketika kita begitu mencintai sesuatu akan terasa sedih ketika kita kehilanganya.Karena setiap manusia pasti pernah mengalami kehilangan kita bisa saja kehilangan Materi, Jabatan, kesehatan, kehormatan, kekasih, dan cinta. Bahkan, keberhasilan yang dicapai seseorang
Banyak reaksi kita lakukan saat kita kehilangan sesuatu, mulai dari marah-marah, menangis,stres,Gila, protes pada takdir, hingga ada yang bunuh diri , kehilangan adalah sebuah proses mendapatkan dan begitu pula sebaliknya, mendapatkan adalah bagian dari kehilangan. proses ini mengajarkan Agar tidak membuat tamak pada realitas dan menyadari hakikat diri sebagai manusia yang memiliki titik nadir pada suatu masanya.
Kehilangan memang menyedihkan tapi kita tidak bisa menghindari itu. Jangan pernah disesali dan ditangisi kehilangan itu, tapi renungilah, buatlah perbandingan dengan tahun yang lalu. Hitunglah dan ukurlah porsinya, seberapa besar kamu kehilangan dan seberapa besar yang kamu dapatkan.
Jangan pernah terlena dengan sebuah kehilangan apalagi yang hilang itu materi atau kebendaan. Jangan pernah menangis atau menjerit bila yang hilang itu adalah sesuatu yang memang akan hilang pada saatnya. Lakukan yang seharusnya kita lakukan, berbesar hatilah dan persiapkan diri kita untuk kehilangan itu. Dalam hidup, suatu hal akan muncul dan akan pergi pada waktunya nanti. Tak ada yg abadi di dunia ini. Kehilangan akan membuat kita merasa rapuh tapi disisi lain kehilangan bisa membuat kita tegar.
Yang perlu kita lakukan saat kehilangan adalah, Intropeksi diri, apaka kita pernah mengambil hak orang lain, sehingga tuhan mengambil hak kita secara paksa, Sadari apakah kehilangan membawa manfaat contoh ketika seseorang kehilangan pekerjaan, ternyata setlah proses kehilangan itu dia menjadi sebuah pengusaha. dan ingat walau dalam keadaan kehilangan akan lebih menyejukan hati kita berusaha mengambil hikmah dari kejadian tersebut.
Kehilangan bisa menimpa siapa saja. Tak pandang bulu. Lelaki, perempuan, anak-anak, orang tua, orang desa, orang kota. Siapa saja. Ini karena kehilangan adalah sebuah proses yang harus dilalui dalam perguliran kehidupan. Memang, sesungguhnya apapun yang ada pada kita selama hidup di dunia ini tiada yang abadi. Karenanya, mungkin kita harus belajar untuk menerima kehilangan. Mempersiapkan diri agar mampu menyiasati segala bentuk kehilangan yang bisa kapan saja terjadi pada hidup kita. Karena toh tak ada yang mampu menjamin hari esok. Yang dapat kita lakukan hanyalah cermat meminimalisir risiko kehilangan, supaya kita masih kuat melangkah ketika ada sesuatu yang diambil kembali dari kita. Semoga kita bisa menghadapi kehilangan jika sewaktu-waktu ia datang menghampiri.
Tetapi sesuatu Yang hilang belum tentu meninggalkan kekosongan, karena jejak-jejak yang ditinggalkannya tak pernah benar-benar hilang.Maka, mari belajar untuk mencintai kehilangan itu, karena ia adalah bagian alamiah dari hidup. Kehilangan membuat banyak pelajaran dan pengalaman baru buat kita agar kita dapat menerima dengan baik proses itu, menerima diri kita sendiri, kata orang bijak, manusia tak memiliki apa-apa kecuali pengalaman hidup. Bila Kita sadar kita tak pernah memiliki apapun, kenapa harus tenggelam dalam kepedihan yang berlebihan ketika kita kehilanga, Kemenangan hidup bukan berhasil mendapat banyak, tetapi ada pada kemampuan menikmati apa yang didapat tanpa menguasai.
Pelajaran dari beberapa kehilangan, bahwa dalam setiap kehilangan ada pembelajaran yang membuat jiwa makin dewasa. Atau mungkin menjadi sebuah proses lepasnya sebuah ego dalam diri. Di saat kehilangan, kita jadi meringkuk seperti bayi yang tak punya kuasa. Menyadari bahwa sekuat apapun jiwa dan diri, setiap hidup tak pernah lepas dari kehilangan. Bahwa cerita di dunia ini bukan hanya celoteh kita, tapi ada celoteh lain yang harus didengarkan, dipenuhi dan dijalankan. Tak lain demi harmonisasi.
Sayangnya…kehilangan bukan hanya soal normatif, ia juga bicara tentang perasaan. Meskipun begitu kuatnya rasio ini berpijak bahwa satu kehilangan akan tergantikan dengan perolehan yang lain, tapi kenapa begitu sulit merelakan yang hilang
"Saatnya siap untuk menerima kehilangan kapan pun
Best Regard
Erwin Arianto,SE
Tidak ada komentar:
Posting Komentar