Ris Sukarma
Rasi Scorpius
Mulai malam-malam ini sampai beberapa bulan kedepan, rasi Scorpius atau sang kalajengking mulai muncul menampakkan dirinya di langit malam. Dengan bentuknya yang mudah dikenali seperti seekor kalajengking raksasa, rasi Scorpius bisa terlihat mulai jam 4 pagi dan secara perlahan bergeser ke barat sampai hilang dari pandangan saat berkas-berkas sinar matahari pagi menyiram muka bumi dari ufuk timur.
Rasi Scorpius sudah dikenal sejak lama. Dalam salah satu dari sekian banyak versi dalam mitologi Yunani, scorpion dikirim oleh dewi Hera untuk membunuh Orion, sang pemburu ulung yang juga seorang playboy. Meskipun Orion dan Scorpion muncul dalam mitos cerita yang sama, tapi di langit letak kedua rasi itu saling berlawanan, konon untuk mencegah agar keduanya tidak bertemu, agar perseteruan mereka tidak berlanjut. Dalam astrologi, rasi Scorpius juga dikenal sebagai rasi bagi orang yang lahir sekitar bulan Oktober-November.
Menikmati langit malam memang menimbulkan sensasi tersendiri. Ini yang selalu saya rasakan kalau sedang stargazing sendirian di tengah gelapnya malam, dan langit bertabur bintang. Melalui lensa teleskop, benda-benda langit yang jauh itu seolah dalam jangkauan. Sepoi angin malam seolah alam yang menyapa dan menemani, sehingga kita tidak merasa sendiri dalam menikmati ciptaan ciptaan-Nya yang Agung.
Di antara rasi Scorpius dan Sagittarius yang ada didekatnya, kita bisa mengamati banyak gugusan bintang dan kabut pilin atau nebula. Bagian langit ini memang kaya akan benda langit dalam (sebutan untuk gugusan bintang yang sangat jauh, disebut sebagai deep sky object atau DSO), karena merupakan pusat dari galaksi kita, yaitu Bima Sakti atau Milky Way, yang memanjang seperti kabut putih susu.
Bima Sakti atau Milky Way (foto oleh Purwanto Nugroho)
Di antara banyak DSO yang ada disana, salah satu yang menjadi favorit saya adalah M7 (terdaftar sebagai gugusan bintang nomor 7 dalam daftar Messier). Dengan mata telanjang, M7 hanya terlihat seperti kapas putih yang samar-samar. Tapi dengan binokular atau teleskop, gugusan bintang ini terlihat dalam bentuk sekumpulan bintang yang bergelombol.
M7 diambil dengan teleskop Celestron 6 inci (foto oleh penulis)
M7 atau tercatat dengan nama NGC6475 (sesuai daftar dalam New General Catalogue) sudah dikenal Petolemeus sekitar 130 SM, tapi observasi pertama dilakukan oleh Hodiernes sekitar 1654 yang menghitung sebanyak 30 bintang. Gugusan bintang ini dimasukkan dalam daftar No 7 oleh Messier pada tanggal 23 Mei 1764. M7 terdiri dari 80 bintang dan jauhnya diperkirakan sekitar 800 tahun cahaya.
Jadi apabila nanti malam anda melihat gugusan bintang M7, anda baru saja melihat berkas sinarnya dari tahun 1200-an. Kecepatan cahaya adalah 300 ribu km per detik, jadi jarak ke M7 itu jauhnya sama dengan jarak tempuh cahaya dalam 800 tahun. Suatu jarak yang ”sedang” dalam ukuran astronomi. Sebagai catatan, bintang ”terdekat” adalah bintang ganda Alpha Centauri yang jauhnya sekitar 4 tahun cahaya.
Selain M7, beberapa DSO lainnya yang mudah diamati adalah M8 (Lagoon nebula) dan M20 (Trifid nebula). M8 ditemukan pertama kali oleh Hodierna sekitar tahun 1654. M20 ditemukan Charles Messier pada tanggal 5 Juni 1764. Kemudian didekatnya ada M21 (NGC6531). Gugusan bintang M21 ditemukan pertama kali oleh Charles Messier dan diberi nomor katalog pada tanggal 5 Juni 1764, bersamaan dengan ditemukannya M20. M21 berjarak lebih jauh dari M7, yaitu sekitar 3000 tahun cahaya.
Semakin jauh kita menatap kekosongan langit malam, ternyata semakin banyak kita menemukan benda-benda langit yang eksotis, apakah itu kabut pilin atau nebula, atau ledakan bintang maha raksasa yang disebut supernova yang membentuk konfigurasi indah seperti bunga yang sedang merekah, atau seperti untaian mutiara yang keluar dari kotaknya (Jewel Box). Tentu diperlukan bantuan teleskop untuk bisa melihat itu semua.
Jadi, bagi Kompasianer yang tidak bisa tidur malam hari, cobalah tengok langit malam, kalau kebetulan langit sedang bersih, apalagi jauh dari terangnya lampu kota, maka perhatikanlah berbagai bentuk konfigurasi di langit, diantaranya akan terlihat sang kalajengking raksasa yang mulai muncul mulai dini hari sampai menjelang subuh. Apabila langit benar-benar bersih, dan keadaan sangat gelap, beberapa DSO akan bisa terlihat tanpa bantuan teleskop berupa gumpalan kapas tipis.
Happy stargazing…..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar