By: M. Agus Syafii
Bangkit disaat
terpuruk karena kehilangan orang yang kita cintai membutuhkan kekuatan
yang besar. Membantu untuk bangkit dan kuat ditengah keterpurukan dengan
mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala, itulah yang kami
lakukan di Rumah Amalia pada seorang ibu. Secercah kebahagiaan itulah
yang mampu mengobati rasa duka dan terkejut karena kehilangan secara
tiba-tiba seseorang yang dikasihi, meskipun sudah dapat diperkirakan
bahwa hal itu akan terjadi karena sakit yang diderita oleh suami.
Membuatnya lupa diri dan larut dalam kedukaan yang amat parah.
Penyangkalan akan kenyataan yang terjadi, penolakan dan rasa marah
kepada keadaan dirinya, kepada orang lain bahkan kepada Allah karena
merasa diperlakukan tidak adil, membuatnya semakin terpuruk. Secara
pisik dan emosional sudah tidak terkendali lagi
dan ia tidak peduli dengan dirinya, dengan anak-anaknya, dengan
kehidupan sekitarnya. Suatu keberuntungan bahwa secara ekonomi ia dan
anak-anaknya tidak mengalami kesulitan karena suaminya almarhum telah
menyiapkan segala sesuatunya dengan cermat.
Namun kenangan akan
almarhum suaminya membuat dirinya semakin sedih dan menderita. Predikat
'Single Parent' yang ditakutinya kini menjadi kenyataan. Untuk jangka
waktu yang lama ia terbuai dalam kegelisahan, kesepian dan kesendirian,
ingin mati dan pernah terpikir untuk bunuh diri dengan menelan obat-obat
penenang. Ibu itu jatuh sakit. Dalam keadaan terbaring di Rumah Sakit
mengenal banyak orang yang mengalami hal yang sama, kehilangan
orang-orang yang dicintainya Dalam proses, akhirnya beliau menyadari
jika suami yang telah tiada begitu sangat berharga maka yang ada juga
sama bahkan lebih berharga, sampai kemudian beliau lebih menyayangi dan
penuh perhatian kepada anak-anaknya
yang masih ada. Begitulah, dari ketiadaan, kita bisa mengetahui betapa
berharganya sesuatu yang ada setelah tiada.
Ternyata mereka
mengalami hal yang sama, bahkan ada diantara mereka yang menanggung
beban yang lebih berat daripada dirinya. Justru ditengah keterpurukan
membuat dirinya lebih mengenal kasih sayang Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
beliau menemukan kembali dirinya sendiri dan bisa mengatasi rasa duka
kehilangan orang yang dicintainya. Beliau menyadari bahwa anugerah hidup
yang diberikan oleh Allah harus dipergunakan untuk menjalankan tugas
panggilannya sebagai ibu sekaligus sebagai ayah bagi anak-anaknya dan
juga bagi sesama melalui kegiatan di Rumah Amalia. Kenangan manis akan
orang yang dicintainya tetap disimpannya, rasa duka, sepi dan sendiri
perlahan mencair dan beliau memperoleh secercah kebahagiaan yang telah
lama menghilang.
Wassalam,
M. Agus Syafii
Posted by
4:20 PM
and have
0
comments
, Published at
Tidak ada komentar :
Posting Komentar