Hore, Hari Baru! Teman-teman.
Judul
ini sengaja dibuat tendensius. Soalnya, kita sering mendengar
orang-orang mengatakan jika mereka yang tidak jujur malah mendapatkan
kesempatan dan karir yang lebih baik. Sebaliknya, orang-orang jujur dan
baik malah tersingkir. Faktanya tidak semua orang yang karirnya bagus
adalah orang-orang yang tidak jujur. Mungkin memang ada orang tidak
jujur yang karirnya cemerlang. Tetapi, keliru jika mengira bahwa
ketidakcemerlangan karir kita terjadi karena kita memilih menjadi orang
yang jujur. Bukan. Bukan karena kita jujur karir kita tidak berkembang.
Justru dengan kejujuran itu kita bisa mendapatkan karir yang bukan
sekedar membumbung tinggi, tetapi juga bernilai martabat tinggi. Jujur
itu baik. Dan kita bisa membangun karir yang baik dengan landasan
kejujuran.
Bayangkan
Anda sedang berada dalam sebuah balapan lari marathon. Anda berpacu
dengan para pesaing tangguh. Jika sambil berlari Anda memanggul sekarung
pasir di pundak; bukankah peluang Anda untuk menang menjadi semakin
kecil? Pikiran negatif, dan perasaan kesal Anda kepada orang lain itu
tidak ubahnya seperti sekarung beban berat. Persaingannya sendiri sudah
sangat sengit. Memelihara perasaan kesal karena memikirkan
ketidakjujuran orang lain dalam bersaing sama artinya dengan melemahkan
daya saing kita. Sebaliknya, kita akan semakin efektif dalam bersaing
jika hati dan perasaan kita tidak dibebani oleh hal-hal seperti itu.
Sayangnya, banyak orang yang tersiksa oleh ketidakjujuran orang lain.
Lalu menjadikannya sebagai kambing hitam atas kegagalan yang
dideritanya. Bagi Anda yang
tertarik menemani saya belajar menyikapi ketidakjujuran lingkungan, saya ajak memulainya dengan memahami 5 prinsip Natural Intelligence berikut ini:
1. Tetaplah menjadi orang baik.
Seperti ikan di laut. Meski lingkungan sekelilingnya terasa asin,
tetapi daging ikan tidak ikut-ikutan menjadi asin. Meski di sekitar kita
ada orang-orang yang tidak jujur, tapi itu tidak berarti kita harus
ikut-ikutan menjadi orang yang juga tidak jujur. Mungkin tubuh kita
tidak ikut menjadi ‘asin’. Tetapi otak kita sibuk memikirkannya. Hati
kita juga sibuk menghujat; ‘mengapa orang macam itu yang mendapatkan
kesempatan?’. Hal itu menandakan jika kita terpengaruh oleh
ketidakjujuran orang lain. Mendingan Anda fokus saja untuk tetap
menjaga nilai-nilai kejujuran Anda. Tidak perlu ikut campur. Kecuali
jika Anda mampu ‘mengambil tindakan’ untuk menghentikan ketidakjujuran
orang itu. Jika tidak memiliki kemampuan itu, sebaiknya Anda tidak
membuang waktu dan energy dengan pikiran dan perasaan negatif yang
ditimbulkan oleh ketidakjujuran orang lain. Cukuplah dengan tidak
mengikuti perilaku buruk mereka. Sehingga kita bisa tetap menjadi orang
baik.
2. Adopsi keunggulan orang lain.
Kita yang sering tergoda untuk menuduh orang lain ‘tidak jujur’ ini
belum tentu benar-benar jujur, lho. Ayolah, akui saja jika kita ini
bukan mahluk suci. So, mari berhenti mempermasalahkan ketidakjujuran
seseorang. Lebih baik kita temukan keunggulan orang itu agar bisa kita
adopsi. Apa sih keburukan orang itu? Baiklah, saya tahu dan saya tidak
akan mencontoh itu. Apa sih keunggulan orang itu? Baiklah, saya tahu itu
dan saya bersedia untuk melatih diri agar bisa memiliki keunggulan
seperti itu. Sikap
seperti ini, tentu lebih produktif dan positif. Renungkanlah kembali;
apakah benar ketidakujuran yang menjadi faktor penting kesuksesan karir
mereka? Ataukah keunggulan mereka yang tidak kita miliki? Kemampuan kita
untuk mengadopsi keunggulan pesaing adalah salah satu teknik pertahanan
diri yang tinggi. Maka jika kita ingin menjadi pesaing tangguh, kita
perlu secara objektif memahami keunggulan orang lain. Lalu
mengadopsinya. Maka kita akan memiliki keunggulan yang sama.
3. Imbangi dengan keunggulan aspek lain.
Ada kalanya keunggulan orang lain itu bukan sesuatu yang bisa
diduplikasi. Misalnya, sesuatu yang berhubungan dengan kepribadian dan
fungsi utama kerja otak kita. Soal skill, kita bisa pelajari. Tetapi
soal kepribaidian dan cara kerja otak, tidak semudah itu. Jika kita
orang yang dominan dengan otak kiri misalnya, bukan soal gampang untuk
bergeser ke otak kanan. Memaksakan diri hanya akan membuat kita semakin
ketinggalan. Akui saja jika itu memang bukan area keahlian kita.
Sekalipun begitu, kita bisa
tetap berbesar hati. Karena dibalik kelemahan kita, tersebunyi
kelebihan yang tidak mereka miliki. Tugas kita adalah menemukan
keunggulan pribadi itu. Lalu menjadikannya sebagai aset yang dapat
mengimbangi keunggulan orang lain.
4. Hindari generalisasi keadaan.
Jika Anda mendapati seseorang yang tidak jujur namun karirnya semakin
menanjak naik, Anda tidak perlu mengeneralisir keadaan. Seolah-olah
untuk bisa suskses di perusahaan Anda, seseorang harus tidak jujur.
Apalagi sampai memvonis bahwa mereka yang jujur tersingkir dan orang
tidak jujur semakin mujur. Kita sendiri yang rugi jika demikian. Kenapa?
Karena sepanjang waktu kita akan dihantui oleh perasaan kesal yang
entah kepada siapa harus disalurkan. Kita juga bisa menyesal menjadi
orang jujur. Dan kita membuang banyak waktu untuk menelan energy negatif
itu memasuki setiap
sel didalam tubuh kita. Kalau pun ada yang begitu, anggap saja itu
sebagai sebuah kekeliruan. Cukup sampai disitu. Lalu kita terus berfokus
untuk melakukannya dengan cara lebih baik dan lebih terhormat daripada
orang itu.
5. Jika memang lingkungannya buruk, cari tempat lain.
Ada orang yang berpendapat bahwa lingkungan kerjanya sudah dikuasai
oleh sekelompok orang tidak jujur yang menguasai system. Mustahil,
katanya, orang jujur seperti saya bisa mendapatkan karir bagus jika
tidak ikut-ikutan seperti mereka. Jika Anda berada pada situasi seperti
itu, apa yang akan Anda lakukan? Apakah Anda akan ikut menjadi pribadi
yang tidak jujur? Atau bertahan dengan prinsip hidup positif Anda? Saya
pribadi meragukan jika ada lingkungan kerja seperti itu. Jika kita
bekerja di
perusahaan-perusahaan yang memproduksi atau menjual produk atau jasa
yang legal, saya yakin lingkungan kerja kita tidak seburuk itu. Tapi,
marilah kita anggap saja memang ada tempat yang sudah sedemikian
buruknya sehingga orang-orang baik pasti tersisih. Jika benar demikian,
mengapa kita tidak cari tempat lain saja? Toh kita tahu itu bukan tempat
yang tepat untuk kita. Tapi sebelum Anda benar-benar hengkang, ada
baiknya merenungkan kembali; apa iya lingkungan kerja Anda sudah
sedemikian buruknya? Atau….
Sangat
mudah untuk melihat keburukan orang lain. Lebih mudah lagi untuk
menjadikannya sebagai kambing hitam atas kegagalan-kegagalan yang kita
alami. Mungkin memang benar ada orang-orang tidak
jujur yang mendapatkan kesempatan karir yang lebih baik. Tetapi,
kenyataannya tidak selalu demikian kok. Makanya, mencari-cari alasan
dari luar sama sekali tidak bisa mendorong diri kita untuk menjadi
pribadi yang lebih baik. Daripada berfokus kepada keburukan orang lain,
jauh lebih produktif jika kita menyibukkan diri untuk membangun
sifat-sifat positif diri sendiri. Jika kita berhasil menjadi pribadi
unggul dengan dilandasi oleh sifat-sifat positif, tentu selalu ada
tempat baik yang bersedia menerima kehadiran kita. Dan orang-orang baik,
selalu memiliki kesempatan untuk mendapatkan karir yang lebih baik.
Mari Berbagi Semangat!
Dadang Kadarusman – 17 Oktober 2011
Trainer “Natural Intelligence Leadership Training”
Penulis buku ”Natural Intelligence Leadership” (Tahap editing di penerbit)
Posted by
4:18 PM
and have
1
comments
, Published at
1 komentar :
Thanks infonya. Oiya ngomongin karir, ternyata ada loh beberapa cara mudah yang bisa kamu lakukan agar karir di kantor berjalan mulus. Penasaran? Cek di sini yuk: Tips jitu agar karier cemerlang
Posting Komentar