 Bahkan
 seorang Manager atau Direktur pun perlu terampil menulis. Mengapa? Oh, 
begitu banyak manfaat dari aktivitas menulis. Antara lain melatih kita 
untuk berpikir runut, atau menata sesuatu secara lebih terstruktur. 
Perhatikan contoh sederhana ini: “Aku memanggil orang itu papa” dan 
“Orang itu memanggil aku papa”. Kata-kata dalam kalimat itu sama semua. 
Hanya urutannya saja yang berbeda, namun maknanya bertolak belakang 
hingga 180 derajat. Dalam bisnis pun, runutan dan logika seperti itu 
berlaku. Demikian pula dalam kehidupan di luar bisnis. Berlatih menulis,
 berdampak besar kepada kemampuan kita dalam mengelola kehidupan kita 
sendiri. Maka boleh jadi, kini saatnya untuk belajar menuangkan gagasan 
lewat tulisan.
Bahkan
 seorang Manager atau Direktur pun perlu terampil menulis. Mengapa? Oh, 
begitu banyak manfaat dari aktivitas menulis. Antara lain melatih kita 
untuk berpikir runut, atau menata sesuatu secara lebih terstruktur. 
Perhatikan contoh sederhana ini: “Aku memanggil orang itu papa” dan 
“Orang itu memanggil aku papa”. Kata-kata dalam kalimat itu sama semua. 
Hanya urutannya saja yang berbeda, namun maknanya bertolak belakang 
hingga 180 derajat. Dalam bisnis pun, runutan dan logika seperti itu 
berlaku. Demikian pula dalam kehidupan di luar bisnis. Berlatih menulis,
 berdampak besar kepada kemampuan kita dalam mengelola kehidupan kita 
sendiri. Maka boleh jadi, kini saatnya untuk belajar menuangkan gagasan 
lewat tulisan.  
Banyak
 orang yang ingin ‘bisa’ menulis. Tetapi tidak tahu bagaimana 
melakukannya. Ini aneh. Soalnya, setiap saat jemari tangan kita menempel
 terus pada key board gadget komunikasi. Jadi, bukan tidak tahu 
bagaimana cara menulis. Melainkan tidak menyadari jika dirinya sudah 
bisa menulis. Jika Anda melihat saya sering menulis, bukan berarti saya 
sudah mahir menulis. Sapai hari ini, lebih dari seribu tulisan atau 
artikel saya sudah dipublikasikan. Tetapi, kemampuan menulis saya masih 
belum sampai ke puncaknya. Saya menyadari bahwa menulis itu adalah 
sebuah proses pembelajaran tiada henti. Bahkan bisa jadi, tulisan saya 
hari ini merupakan rbelajar
 menulis untuk membenahi diri, saya ajak memulainya dengan memahami 5 prinsip Natural Intelligence berikut ini:  
alat dari hasil pemikiran saya dimasa lalu. Jadi lewat menulis, kita belajar untuk terus membenahi diri. Bagi Anda yang tertarik menemani saya
alat dari hasil pemikiran saya dimasa lalu. Jadi lewat menulis, kita belajar untuk terus membenahi diri. Bagi Anda yang tertarik menemani saya
1.      Temukanlah kisahmu sendiri.
 Apa yang harus saya tulis? Itu pertanyaan yang sering menghalangi kita 
untuk menulis. Sederhana saja; temukan kisahmu sendiri yang bisa 
menginspirasi orang lain. Jika Anda anak orang kaya, tentu banyak orang 
yang ingin tahu seperti apa sih kehidupan orang kaya itu. Jika Anda anak
 orang miskin, banyak orang ingin tahu bagaimana cara Anda berhasil 
keluar dari kemiskinan. Jika Anda Manager atau Direktur, minimal bawahan
 Anda ingin mengetahui bagaimana cara Anda membangun karir. Kalau umur
 Anda 40 tahun, bisa dibayangkan betapa banyaknya kisah menarik untuk 
Anda tuangkan dalam sebuah karya tulis. Bahkan sekalipun selama 40 tahun
 itu Anda ‘hanya’ menjadi tukang menghayal. Banyak lho, orang yang ingin
 mengetahui ‘halayan-halayan’ Anda yang mengasyikan dan imajinatif. 
Sungguh, Anda memiliki begitu banyak kisah yang layak untuk ditulis. Dan
 karena hanya Anda pribadi yang memiliki kisah itu, maka tulisan Anda 
pasti sangat unik sehingga tidak mungkin orang lain bisa menirunya.
2.      Temukanlah keunikan tulisanmu sendiri.
 Menulis itu seperti mencantumkan tanda tangan. Selain 
goresan-goresannya yang khas, didalamnya juga tersimpan ‘sidik jari’ 
kita. Makanya, tulisan setiap orang memiliki keunikan. Masalahnya, 
banyak orang yang tergoda untuk meniru tulisan orang lain. Tidak perlu 
takut keunikan Anda akan ditolak oleh penerbit atau media cetak. Memang,
 banyak penerbit buku atau koran yang belum menghargai keunikan seorang 
penulis. Mereka masih terkungkung oleh pakem dan selera pasar, bahkan
 cenderung lalai terhadap aspek originalitasnya. Jadi, tidak heran jika 
ada penerbit buku besar dan koran terkenal yang kecolongan menerbitkan 
‘karya tulis’ bagus yang belakangan diketahui sebagai hasil jiplakan. 
Bagi penulis yang baik, sikap penerbit seperti itu sangat mengesalkan. 
Tetapi sekarang, begitu banyak alternatif media yang bersedia menerima 
keunikan tulisan Anda. So, bangunlah keunikan tulisan Anda melampaui 
pakem-pakem yang mengungkung dunia penerbitan umum. Karena dengan 
keunikan itu, Anda benar-benar memberi ‘nilai tambah’ kepada dunia. 
Bukan sekedar memenuhi semesta dengan sesuatu yang itu-itu saja. 
3.      Bangunlah kredibilitas pribadi.
 Bagi seorang penulis, kredibilitas itu boleh dibilang segala-galanya. 
Tanpa kredibilitas pribadi, harga diri seorang penulis menjadi sangat 
rendah sekali. Bagaimana cara seorang penulis membangun kredibilitasnya?
 Dengan tidak menjiplak tulisan orang lain. Ada professor yang 
diberhentikan dari institusi pendidikan bergengsi tempatnya memberi 
kuliah. Ada Doctor dari perguruan tinggi beken yang dicabut gelarnya. 
Ada pula pengarang yang dituntut karena melanggar hak cipta. Semua hal 
yang saya sebutkan ini terjadi karena orang-orang ini terbukti menjadi 
plagiator tulisan
 orang lain. Para penjiplak sering mengira bahwa kebiasaan buruknya 
tidak akan ketahuan. Mereka keliru. Saya mengetahui jika beberapa 
tulisan saya dijiplak oleh orang lain, lalu diklaim seolah itu tulisan 
mereka. Kemudian jiplakan itu dimuat di berbagai media bahkan dalam buku
 yang dicetak secara profesional. Dari mana saya tahu soal itu? Sebagian
 besar diketahui karena ada sahabat-sahabat saya yang memberi tahu. “Kok
 ini mirip sekali dengan tulisanmu ya?” Begitu ketahuan suka menjiplak, 
kredibilitas seseorang langsung jatuh tersungkur. Bisakah Anda 
membayangkan; betapa hancurnya kredibilitas diri Anda jika sampai 
ketahuan Anda itu seorang penjiplak tulisan orang lain? Maka bangunlah 
kredibilitas Anda. Dan jagalah terus agar tidak ternoda.
4.      Tulislah, maka jadilah dia sebuah tulisan.  Bagaimana
 cara membuat sebuah tulisan? Gampang; tulislah. Sibukkan jemari tangan 
Anda untuk menulis. Maka otak Anda sudah tidak lagi disibukkan oleh 
kebingungan tentang apa yang akan Anda tulis. Menulis apa? Apapun yang 
Anda ingin tulis. Pokoknya ya tulis saja. Tentang kucing Anda. Tentang 
sepatu pink Anda. Tentang cinta Anda. Tentang kambing Anda. Tentang, 
apapun. Bukankah belum ada orang yang menulis tentang semua itu? Hmmh, 
tulisan Anda dijamin orisinil deh. Kalau ikut kursus menulis, boleh 
tidak? Oh, boleh
 saja. Jika Anda menilai itu akan membantu Anda untuk menjadi seorang 
penulis yang lebih baik. Tetapi, seperti belajar bahasa Inggris; Anda 
tidak akan menjadi pintar hanya dengan mengikuti kelas kursusnya. Anda 
harus mempraktekannya, bukan? So, jika Anda ingin mengetahui dan 
mengadopsi ilmu menulis saya, silakan ikuti. Ilmu menulis saya hanya 
satu kok, yaitu: Tulislah.
5.      Panjangkanlah Umurmu.
 Orang yang panjang umur itu bukanlah mereka yang usianya mencapai 
ratusan tahun. Melainkan mereka yang meninggalkan sesuatu bagi dunia 
yang pernah ditinggalinya. Orang itu akan tetap dikenal setelah 
kematiannya selama peninggalannya masih dikenal orang. Anda meninggalkan
 apa? Perusahaan. Tanah. Rumah. Emas. Deposito. Itu bagus. Saya sih 
belum bisa meninggalkan semuanya itu. Selain butuh biaya besar, juga 
rentan habis dalam sekejap mata. Ada pula yang meninggalkan 
kepahlawanannya. Tapi saya juga tidak tahu bagaimana menjadi pahlawan di
 zaman ini. Tidak semua orang bisa memberikan
 peninggalan serupa itu. Tapi, mungkin kita semua bisa meninggalkan 
sesuatu lewat tulisan yang pernah kita buat. Berapa banyak nama yang 
Anda kenal, namun tidak pernah bertemu orangnya? Anda hanya mengenalnya 
lewat tulisan-tulisan yang menginspirasinya. Beberapa nama itu sudah 
pada meninggal. Tapi masih sering disebut-sebut di ruang kelas atau di 
forum-forum khusus. Namanya mungkin sudah tidak lagi disebut. Tapi ilmu 
yang pernah ditebarkannya menjadi bagian dari kehidupan seseorang. Maka 
tulislah tentang sesuatu yang bernilai dari dalam diri Anda. Dan biarkan
 orang lain menikmatinya, lalu mengambil hikmah darinya. Dan 
menjadikannya bagian positif dalam kehidupannya. Semoga pesan, semangat,
 dan nilai-nilai yang Anda tebarkan menjadi sarana untuk memanjangkan 
umur Anda.
Di
 zaman ketika manusia belum mengenal tulisan, mereka bersusah payah 
mendokumentasikan sejarahnya dalam gambar dan simbol. Di zaman ketika 
kita sudah mahir menulis, mengapa kita tiba-tiba kebingungan harus 
menulis apa. Ayo, menulislah. Karena anak buah Anda membutuhkan 
inspirasi dari atasannya yang jarang bisa bertatap muka. Tulislah, 
karena ilmu Anda dibutuhkan orang lain. Tulislah karena seseorang 
membutuhkan inspirasi dari Anda. Tulislah. Karena bahkan Tuhan pun 
menuliskan semua tindakan dan perbuatan kita. Maka menulis, bisa 
dilakukan sambil berbenah diri.
Mari Berbagi Semangat!
DEKA - Dadang Kadarusman – 3 November 2011
Penulis buku ”Natural Intelligence Leadership”
                        Posted by 
                        
                        , Published at 
                        
7:12 AM
                        and have
                        
0
comments

 
Tidak ada komentar :
Posting Komentar