Tak
 seorangpun suka jika kesalahannya diketahui oleh orang lain. Makanya, 
setiap kali melakukan kesalahan; kita cenderung menutupinya. Orang yang 
punya uang berani membayar agar orang lain tutup mulut. Orang yang 
berkuasa sanggup mengancam saksi mata agar tidak buka suara. Di kantor, 
orang rela melakukan apapun asal jangan sampai ketahuan atasannya. 
Ditempat lain, orang menimpakan kesalahannya kepada orang lain. Ada 
begitu banyak cara menutupi kesalahan. Namun kebanyakan dilakukan dengan
 cara-cara yang tidak tepat. Padahal, ada teknik terbaik untuk menutupi 
kesalahan. Yaitu teknik yang bisa dilakukan tanpa melanggar norma. 
Sudahkah Anda mengetahui tekniknya? 
Kisah
 Kabil dan Habil putra Adam menceritakan tentang sejarah bagaimana 
manusia belajar menutupi kesalahan yang baru saja dilakukannya. Setelah 
membunuh saudaranya, Kabil kebingungan; bagaimana menyembunyikan 
kejahatannya. Kemudian datanglah seekor burung gagak yang mengais-ais 
tanah dengan cakar dan paruhnya, lalu menyembunyikan sesuatu didalamnya.
 Manusia pun belajar bahwa ternyata, sebuah kesalahan bisa ditutupi 
rapat-rapat agar tidak ketahuan. Sampai hari ini, pelajaran dari burung 
gagak itu melekat erat dalam keseharian kita. Sayangnya, seiring 
berjalannya waktu setiap kesalahan yang berusaha ditutupi itu satu demi 
satu terungkap. Hal itu menunjukkan bahwa cara kita menutupi kesalahan 
belum cukup canggih. Maka kita membutuhkan teknik yang lebih baik dari 
yang sekedar diajarkan oleh sang
 burung gagak. Bagi Anda yang tertarik menemani saya belajar 
tentang teknik terbaik untuk menutupi kesalahan, saya ajak memulainya 
dengan menerapkan 5 prinsip Natural Intelligence berikut ini: 
1.      Tutupi dengan kemauan melakukan perbaikan.
 Fahamilah bahwa kesalahan kita adalah indikasi utama bahwa kita harus 
segera melakukan perbaikan. Ingatlah kembali bahwa tidak ada manusia 
yang luput dari kesalahan. Jika kita melakukan kesalahan maka itu 
berarti bahwa kita ini benar manusia. Adapun konsekuensi yang harus kita
 terima akibat melakukan kesalahan itu, ya terima saja dengan lapang 
dada. Itu sudah terlanjur terjadi. Dan kita mesti secara jantan 
menjalani segala konsekuensi. Tetapi, semua yang sudah terjadi
 dimasa lalu bisa ditutupi dengan apa yang kita lakukan saat ini hingga 
nanti. Misalnya, kita mengenal orang-orang yang dulunya dikenal kurang 
baik tapi kok sekarang jadi orang yang sangat baik. Fakta bahwa masa 
lalunya buruk tidak bisa dihapuskan. Tetapi fakta bahwa saat ini dia 
menjadi orang yang berperilaku baik, bisa menutupi setiap jejak 
keburukannya dimasa lalu. Di kantor pun demikian. Jika ada orang yang 
melakukan kesalahan, namun memiliki kemauan untuk melakukan perbaikan, 
maka dia berpeluang untuk mendapatkan kesempatan. Beda dengan mereka 
yang sudah salah, tidak mau ngaku, dan terus menerus melakukan kesalahan
 yang sama. Baik atasan maupun koleganya tidak menyukai sifat seperti 
itu. Makanya, tidak heran jika orang seperti itu sering tidak mendapat 
tempat dimana pun. Maka akuilah jika kita pernah melakukan kesalahan 
dimasa lalu. Dan tutupilah semua kesalahan masa lalu itu dengan kemauan 
untuk melakukan perbaikan. 
2.      Tutupi dengan peningkatan keterampilan.
 Di kantor, sering kejadian atasan kesal karena bawahannya melakukan 
kesalahan. Namun, dengan kemauan untuk melakukan perbaikan; bawahan itu 
terus belajar untuk meningkatkan keterampilannya sehingga dia tidak lagi
 melakukan kesalahan yang sama. Apakah atasannya akan marah lagi dan 
terus mengungkit-ungkit kesalahannya dimasa lalu? Tidak. Atasannya, akan
 lebih melihat kinerja dan kemampuannya saat ini. Dan dalam catatan 
performance appraisalnya tidak keberatan untuk menuliskan
 bahwa orang itu ‘sudah menunjukkan perbaikan dan peningkatan 
keterampilan yang signifikan’. Saya bisa 
mengatakan bahwa semua karyawan pernah melakukan kesalahan yang 
berkaitan dengan kurangnya keterampilan kerja mereka. Saya, Anda, juga 
mereka. Kita semua pernah melakukan kesalahan, bukan? Tetapi, kemauan 
untuk terus meningkatkan keterampilan telah membuktikan bahwa kita bisa 
menutupi kesalahan dimasa lalu sehingga sekarang, kita dikenal sebagai 
profesional yang terampil. Jika Anda melakukan kesalahan ditempat kerja 
tutupilah kesalahan itu dengan teknik terbaik yaitu; meningkatkan 
keterampilan kerja Anda. Insya Allah, beberapa saat kemudian tidak ada 
lagi orang yang mengungkit-ungkit kesalahan yang pernah Anda lakukan. 
Mengapa? Karena sekarang, Anda sudah menjadi pribadi yang terampil.
3.      Tutupi dengan kerjasama dan kolaborasi.
 Banyak kesalahan yang kita lakukan karena lemahnya kerjasama atau 
keenganan untuk berkolaborasi dengan anggota team lain. Bukan tidak 
bisa, tapi ada ganjalan dihati kita. Ujung-ujungnya saling menunjuk 
hidung. Ada pepatah yang patut selalu kita renungkan; ‘berat sama 
dipikul, ringan sama dijinjing.’ Segala tugas berat bisa menjadi ringan 
jika kita melakukannya dengan penuh kekompakan. Dan ketika pekerjaan 
berat itu berubah menjadi ringan, kita mempunyai peluang untuk 
menghindari berbuat kesalahan. Bahkan, ada jenis-jenis pekerjaan yang 
pasti salah jika kita
 melakukannya sendirian. Misalnya, pekerjaan yang membutuhkan keahlian 
lain selain keahlian yang kita miliki. Di kantor, banyak sekali jenis 
pekerjaan seperti itu. Coba Anda perhatikan, apakah pekerjaan Anda 
terkait dengan pekerjaan orang lain di team atau departemen lain. Saya 
yakin, Anda punya jenis pekerjaan seperti itu. Anda tidak bisa 
menyelesaikannya dengan baik tanpa dukungan orang lain. Sebaliknya, 
orang lain tidak bisa melakukan tugasnya dengan baik tanpa dukungan 
Anda. Jika Anda atau dia ngotot untuk melakukannya dengan judgment 
masing-masing, bisa dipastikan jika akan terjadi kesalahan. Apakah 
kesalahan hasil kerja, atau pun kesalahan prosedurnya.  Maka
 bekerjasama dan berkolaborasilah dengan kolega-kolega Anda, karena hal 
itu merupakan salah satu teknik terbaik untuk menutupi kesalahan.
4.      Tutupi dengan kejujuran.
 Kayaknya agak bertolak belakang ya? Menutupi kesalahan dengan 
kejujuran. Hmmh, bukankah kalau kita jujur berarti mengakui kesalahan 
itu? Jika kita jujur kepada diri sendiri, maka kita bisa lebih terdorong
 untuk berhati-hati. Khususnya atas kesalahan yang berkaitan dengan 
norma dan moral. Jika Anda tidak pernah korupsi, misalnya. Bukan berarti
 Anda tidak ingin korupsi, kan? Karena Anda jujur, maka Anda tidak 
ikutan korupsi. Jika Anda tidak pernah melakukan tindakan maksiat juga 
demikian. Dorongan untuk melakukannya tetap ada didalam diri kita. 
Kecuali jika Anda sudah memiliki
 sifat malaikat yang tidak tergoda oleh nafsu angkara. Selama Anda 
manusia, Anda tentu pernah dan akan selalu didatangi oleh godaan yang 
menggiurkan. Tantangannya adalah, apakah nilai-nilai kejujuran itu masih
 tetap Anda pegang teguh atau tidak. Menjadi orang jujur itu lebih 
nikmat daripada sebaliknya. Salah satu bentuk kenikmatan itu misalnya; 
selama hidupnya, orang jujur itu tidak pernah dikejar-kejar oleh 
perasaan bersalah. Orang jujur juga tidak perlu takut ditangkap polisi. 
Orang jujur tidak usah khawatir dikejar KPK. Dan orang jujur, bisa 
menjalani kehidupan pasca pensiunnya dengan hati yang lega. Mari kita 
berusaha konsisnten untuk menjadi orang jujur. Karena kejujuran kita, 
bisa menutupi kesalahan. Bahkan sebelum kesalahan itu kita lakukan.
5.      Tutupi dengan cctv pribadi.
 CCTV pribadi? Forget it! Memangnya ada orang yang mau membeli cctv 
untuk mengawasi gerak-gerik dirinya sendiri? Ngawur. Sayangnya, saya 
tidak sedang ngelantur. Saya bersungguh-sungguh saat mengajak Anda untuk
 menutupi kesalahan kita dengan cctv pribadi. Gratis lho. Tidak perlu 
Anda keluarkan uang untuk membeli kameranya. Lho, kok bisa? Iya. Disisi 
kiri dan kanan setiap pribadi, sudah ada cameramen yang merekam setiap 
gerak-geriknya detik demi detik. Selamat! Anda adalah bintang film 
utamanya. Dalam drama peradilan manusia – konon katanya – video berisi 
barang bukti bisa
 raib entah kemana. Tetapi, tidak demikian dengan pengadilan Tuhan. 
Nggak bisa lagi kongkalikong, Bung. Soalnya, cameramen kita tidak bisa 
diajak kompromi. Kamera sebelah kanan teguh dengan semua rekaman video 
kebaikan kita. Sedangkan kamera sebelah kiri kukuh untuk menjaga 
keaslian rekaman video perbuatan buruk kita. Dan dipersidangan Tuhan, 
pemutaran perdana premier film itu akan dilakukan. Orang-orang yang 
sadar keberadaan cctv pribadi ini lebih berpeluang untuk menjaga dirinya
 dari perbuatan-perbuatan nista. Percayalah, jika Anda berusaha untuk 
menutupi aib dosa-dosa Anda dihadapan manusia; maka dihadapan Tuhan, 
semuanya terlihat secara transparan. Tanpa sekat. Tanpa hijab. Baik dan 
buruknya kita akan kelihatan. Berbusana dan telanjangnya kita, akan 
terekam selengkap-lengkapnya. Karena meski berhasil menyembunyikannya 
dari mata manusia, kita tidak bisa bersembunyi dari Sang Maha 
Menyaksikan.
Ada
 banyak cara untuk menutupi kesalahan. Sebagian besar diantaranya 
berasal dari teknik primitif yang diajarkan oleh sang burung gagak. 
Sudah saatnya kita belajar teknik yang lebih baik agar tidak melahirkan 
kesalahan demi kesalahan berikutnya. Cara terbaik itu diajarkan oleh 
para Nabi suci yang merujuk kepada firman Tuhan. Meski para Nabi sudah 
dipanggil keharibaan Ilahi, kita masih bisa menapaki jejak-jejaknya 
didalam kitab suci yang mereka wariskan. Maka disana, kita bisa 
menemukan bahwa sebuah kesalahan bisa ditutupi dengan cara; ’segera bertaubat dan memperbaiki diri’, lalu berupaya untuk ’tidak mengulanginya lagi’. Orang-orang yang mampu meniru cara para Nabi itu, Insya Allah akan menutup
 hidupnya dalam keadaan husnul khatimah. Yaitu, akhir hidup yang   disukai Tuhannya.
Mari Berbagi Semangat!
DEKA - Dadang Kadarusman – 26 Oktober 2011
Penulis buku ”Natural Intelligence Leadership” (Tahap editing di penerbit)
                        Posted by 
                        
                        , Published at 
                        
4:06 PM
                        and have
                        
0
comments

 
Tidak ada komentar :
Posting Komentar