By: Muhamad Agus Syafii
Seorang
bapak bersama istri dan putrinya datang ke Rumah Amalia, setahun lalu
beliau dan keluarganya menyaksikan anaknya yang berusia tiga tahun
meninggal dunia akibat penyakit yang dideritanya. Hingga kini masih
menyisakan ruang kepedihan didalam relung hati beliau dan keluarga.
Terbayang wajah yang lucu dan menggemaskan, berlarian, tertawa,
menangis. Kepedihan itu dirasakan semakin dalam disaat memikirkan
bagaimana memberitahukan kepada sang kakak bahwa adik yang sangat
disayang telah tiada. Akhir diajaklah sholat berjamaah dan berdoa
bersama memohon kepada Allah agar adiknya yang telah berpulang diterima
disisi Allah. Sang kakak bertanya pada beliau, "Ayah, apakah adik ke
surga?" Pertanyaan dengan tatapan polos tidak mampu untuk dijawab, air
mata beliau dan
istri bercucuran dengan anggukan kepala dan serta merta dipeluknya.
Sungguh betapa berat melepas kepergian anak yang begitu sangat
dicintainya.
Sahabatku, kehilangan orang yang kita cintai begitu
teramat berat ,maka pilihannya hanya satu keikhlasan atau menerima
ketetapan Allah akan membuat hati kita menjadi kuat dan sabar.
Kehilangan atau ketiadaan orang yang kita cintai bisa terjadi tiba-tiba,
tanpa pernah kita sangka dan kita duga. Jadikan, hidup ini selalu
berserah dan ikhlas apapun yang Allah telah tetapkan untuk hidup kita.
Bahkan kita juga harus memiliki keyakinan apapun dimuka bumi ini tidak
ada yang abadi. Semua yang bernyawa pasti akan mati. "Kullu nafsin
dzaiqatul maut." Semua yang bernyawa pasti akan mati. (QS.
al-Ankabut:57).
Wassalam,
Muhamad Agus Syafii
Posted by
4:34 PM
and have
0
comments
, Published at
Tidak ada komentar :
Posting Komentar