Oleh Denny Siregar
Bunga Kehidupan – Semakin memanasnya kondisi politik di Indonesia, yang jelas rumor tentang demo 4 November 2016 langsung mendapat respon dari NU, dan NU dengan jelas sekali ingin menjaga stabilitas negara, terlihat sekali NU mati-matian bela negara dari kelompok pengacau. Berikut tulisan menarik Denny siregar yang mengapresiasi NU:
Menarik melihat keluarnya Banser pada tanggal 4 November nanti. Seingat saya NU terakhir mengeluarkan Banser pada saat Gus Dur dipaksa turun. Hanya almarhum menahan tangannya supaya tidak terjadi bentrokan antar saudara.
Pertama, NU harus keluar kandang karena demo besar-besaran nanti itu membawa nama “Islam” dan NU dicatut namanya. Ini tentu merugikan nama NU.
Di beberapa wilayah dimana Islam minoritas, terjadi keresahan karena banyak hembusan isu jika demo ini akan melebar ke arah Islam vs Kristen. Dan ini berpengaruh besar pada tugas para santri NU yang sedang melakukan gerakan memperkenalkan Islam Nusantara yang rahmatan lil alamin.
Karena itulah NU harus keluar untuk menunjukkan sikap bahwa demo 4 November nanti bukanlah sikap Islam secara keseluruhan, tetapi hanya sebagian saja dan tidak mewakili mereka yang beragama Islam. NU memang harus keluar kandang supaya tidak terjadi kesalah-pahaman dari umat agama lain bahwa mereka terdominasi oleh Islam.
Kedua, NU sudah melihat gelagat bahwa demo ini ditunggangi dan diharapkan akan terjadi benturan antara pendemo dan aparat. Aparat memang harus berhati-hati bersikap, karena ketika mereka keras pada pendemo, maka cerita akan diputar-balikkan di media sosial.
NU tidak membela Ahok, tetapi membela negara. Ketum PBNU, Kyai Said Agil, sudah meminta Ahok untuk diproses secara hukum dan biar hukum yang memutuskan. Demo besar sebenarnya sudah tidak diperlukan, apalagi memaksa hukum untuk bertindak sesuai keinginan pendemo.
Ketiga, demo sudah mengarah ke istana negara bukan lagi ke masalah Ahok, meski tema demo bunyinya tangkap Ahok. NU harus melindungi simbol negara supaya tidak dilecehkan.
Memang NU harus hadir untuk menunjukkan sikap bahwa mereka tetap berada di belakang pemerintah yang sah. NU merapatkan barisan supaya tidak terpecah ketika mereka ingjn dipecah.
NU jelas tidak ingin perang dan sebisa mungkin menjaga kedamaian. Hanya bagaimana bisa damai ketika negara terus menerus dirongrong dari dalam?
Karena itulah, ketika barisan sana mengumandangkan ‘jihad” untuk menghadapi negara, NU juga berteriak “jihad” untuk membela negara.
Jadi keluarnya NU bukan karena ingin bertempur menghadapi saudaranya sendiri, tetapi lebih luas dari itu, menunjukkan kepada para investor asing bahwa Indonesia aman dan tidak akan seperti Suriah, karena ada NU yang menjaga negara ini supaya tetap indah. NU hanya menyampaikan pesan saja, supaya jangan macam-macam dengan mereka.
Mereka bisa tertawa sama-sama, guyon sama-asma sambil cangkrukan ditemani kopi kental dan rokok berbatang-batang. Tetapi ketika diperlukan negara, mereka siap sedia. Bravo NU. (SFA)
Bunga Kehidupan – Semakin memanasnya kondisi politik di Indonesia, yang jelas rumor tentang demo 4 November 2016 langsung mendapat respon dari NU, dan NU dengan jelas sekali ingin menjaga stabilitas negara, terlihat sekali NU mati-matian bela negara dari kelompok pengacau. Berikut tulisan menarik Denny siregar yang mengapresiasi NU:
Menarik melihat keluarnya Banser pada tanggal 4 November nanti. Seingat saya NU terakhir mengeluarkan Banser pada saat Gus Dur dipaksa turun. Hanya almarhum menahan tangannya supaya tidak terjadi bentrokan antar saudara.
Pertama, NU harus keluar kandang karena demo besar-besaran nanti itu membawa nama “Islam” dan NU dicatut namanya. Ini tentu merugikan nama NU.
Di beberapa wilayah dimana Islam minoritas, terjadi keresahan karena banyak hembusan isu jika demo ini akan melebar ke arah Islam vs Kristen. Dan ini berpengaruh besar pada tugas para santri NU yang sedang melakukan gerakan memperkenalkan Islam Nusantara yang rahmatan lil alamin.
Karena itulah NU harus keluar untuk menunjukkan sikap bahwa demo 4 November nanti bukanlah sikap Islam secara keseluruhan, tetapi hanya sebagian saja dan tidak mewakili mereka yang beragama Islam. NU memang harus keluar kandang supaya tidak terjadi kesalah-pahaman dari umat agama lain bahwa mereka terdominasi oleh Islam.
Kedua, NU sudah melihat gelagat bahwa demo ini ditunggangi dan diharapkan akan terjadi benturan antara pendemo dan aparat. Aparat memang harus berhati-hati bersikap, karena ketika mereka keras pada pendemo, maka cerita akan diputar-balikkan di media sosial.
NU tidak membela Ahok, tetapi membela negara. Ketum PBNU, Kyai Said Agil, sudah meminta Ahok untuk diproses secara hukum dan biar hukum yang memutuskan. Demo besar sebenarnya sudah tidak diperlukan, apalagi memaksa hukum untuk bertindak sesuai keinginan pendemo.
Ketiga, demo sudah mengarah ke istana negara bukan lagi ke masalah Ahok, meski tema demo bunyinya tangkap Ahok. NU harus melindungi simbol negara supaya tidak dilecehkan.
Memang NU harus hadir untuk menunjukkan sikap bahwa mereka tetap berada di belakang pemerintah yang sah. NU merapatkan barisan supaya tidak terpecah ketika mereka ingjn dipecah.
NU jelas tidak ingin perang dan sebisa mungkin menjaga kedamaian. Hanya bagaimana bisa damai ketika negara terus menerus dirongrong dari dalam?
Karena itulah, ketika barisan sana mengumandangkan ‘jihad” untuk menghadapi negara, NU juga berteriak “jihad” untuk membela negara.
Jadi keluarnya NU bukan karena ingin bertempur menghadapi saudaranya sendiri, tetapi lebih luas dari itu, menunjukkan kepada para investor asing bahwa Indonesia aman dan tidak akan seperti Suriah, karena ada NU yang menjaga negara ini supaya tetap indah. NU hanya menyampaikan pesan saja, supaya jangan macam-macam dengan mereka.
Mereka bisa tertawa sama-sama, guyon sama-asma sambil cangkrukan ditemani kopi kental dan rokok berbatang-batang. Tetapi ketika diperlukan negara, mereka siap sedia. Bravo NU. (SFA)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar