Minggu, November 06, 2016

Antasari Azhar, Pelanduk Yang Mati Ditengah-Tengah

Oleh Denny Siregar
Memang sial nasib Antasari Azhar..
Ditengah perannya sebagai Ketua KPK, ia tiba-tiba ditangkap dan diberhentikan oleh Presiden saat itu, Susilo Bambang Yudhoyono. Setahun kemudian, ia ditetapkan terbukti ikut dalam pembunuhan Nasrudin, Direktur Putra Rajawali. Hukumannya pun tidak tanggung-tanggung, 18 tahun penjara.

Aura konspirasi-pun menyengat. Antasari Azhar menolak semua tuduhan padanya, termasuk berita perselingkuhan dgn seorang caddy golf. Tetapi suaranya terdengar lemah ditengah gemuruhnya pembunuhan karakter terhadap dirinya.

AA adalah korban perang antara 2 gajah besar, PDIP dan Demokrat. 2 gajah ini senantiasa berseteru dan saling menyandera kebijaksanaan pemerintahan.

Dengan peran sebagai Ketua KPK, maka AA diharapkan bisa membongkar kasus mega korupsi yang pernah terjadi. Maka dipasoklah ia dengan informasi-informasi melalui pintu belakang yang mengarah pada pembuktian bahwa salah seorang petinggi Demokrat memimpin rapat bailout Bank Century sebesar 6,7 trilyun rupiah.

AA memang harus "dihabisi", ia begitu berbahaya dengan semua bukti yang dipegangnya, yang diberikan oleh "orang tak dikenal". Jika AA memproses semua bukti itu, maka kemungkinan besar runtuhlah dominasi Demokrat kala itu.

Kasus yang sama, meski kondisinya jauh lebih baik dialami mantan Ketua KPK, Abraham Samad. Hanya kali ini pemberi informasi dari pihak seberang dengan kasus BLBI. Ketika AS menyatakan, "saya tidak takut untuk memeriksa Megawati", maka gelombang pun menghantamnya. AS masih lebih beruntung dari AA, karena ia hanya diberhentikan dengan hormat.

BLBI dan Century adalah 2 kartu truf yang dipegang masing-masing kubu. Kartu-kartu truf ini dimainkan terus untuk menjaga keseimbangan sekaligus menjatuhkan salah satu pihak. AA hanyalah pelanduk yang mati ditengah-tengah pertarungan para gajah.

Dan tanggal 10 November nanti, pada hari pahlawan, AA akan bebas. Pertanyaannya, apakah AA akan kembali menjadi kartu truf salah satu gajah untuk mematikan gajah satunya?. Saya ragu dengan kemungkinan itu.

Sudah cukup kehebohan yang terjadi ketika 2 gajah bertarung. Jika terus dipelihara, maka kehebohan itu akan memicu ketegangan dan membelah masyarakat menjadi 2 bagian, seperti yang terjadi saat KPK vs Polri jilid 2.

AA cukup dipegang sebagai sebuah "kartu penawaran" supaya Demokrat tidak macam-macam. Jokowi pasti berharap bahwa semua elemen fokus untuk pembangunan infrastruktur yang membutuhkan dana besar dari investor asing. Itu hal yang jauh lebih penting sekarang ini dari sekedar "buka-bukaan".

Selamat menghirup udara bebas, pak Antasari Azhar.. Semoga masa tua bapak bisa lebih tenang di samping keluarga. Tidak layak ketenangan itu ditukar dengan kehebohan yang akan terus ditimbulkan..

Saya yakin, ada secangkir kopi yang menunggu di rumah disertai pelukan hangat keluarga yang sangat merindukan...
sumber:dennysiregar.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar