Oleh Denny Siregar
Saya diundang ke status seorang teman yang sibuk membahas apa yang saya lakukan di medsos ini...
Seneng sih bacanya, jadi senyum2 sendiri. Saya tahu beberapa orang menyerang saya karena posisi saya tidak pernah berubah sejak awal dalam menulis tentang langkah Jokowi dan Ahok di kancah politik...
Saya diundang ke status seorang teman yang sibuk membahas apa yang saya lakukan di medsos ini...
Seneng sih bacanya, jadi senyum2 sendiri. Saya tahu beberapa orang menyerang saya karena posisi saya tidak pernah berubah sejak awal dalam menulis tentang langkah Jokowi dan Ahok di kancah politik...
Bahkan saya dituding buzzer. Awalnya gak ngerti buzzer itu apa. Sesudah
tanya sana tanya sini baru tahu buzzer itu julukan di twitter untuk
orang yang sibuk di medsos memenangkan calon tertentu. Malah saya
dibilang dapat miliaran rupiah lagi dari Ahok...
Makin senyum aja. Kalau dapat miliaran rupiah mungkin saya sedang nulis status sambil liburan di Spanyol sekarang ini...
Sebenarnya saya senang diperhatikan, karena berarti mereka sayang. Berarti saya bisa mencuri perhatian seseorang.
Saya tidak ingin berdebat, orang punya pandangan berbeda selalu saya
hargai. Emosi saya dalam ber-medsos sudah lama saya matikan, sehingga
jarang sekali marah ketika membaca tulisan yang bahkan sampai menghina.
Anehnya, semakin saya tidak perduli malah teman saya makin banyak. Ini sungguh rahasia Tuhan...
Hanya saya ingin sedikit memberi pandangan supaya disini kita sama2 belajar...
Hanya saya ingin sedikit memberi pandangan supaya disini kita sama2 belajar...
Merdekakan diri dalam berpendapat, jangan pernah takut oleh semua bentuk
intimidasi, ejekan bahkan hinaan oleh mereka yang tidak setuju dengan
pandanganmu. Bebaskan diri dari ikatan statistik "follower", "like",
"komen" dan "shares". Terjebak menjadi manusia angka, sungguh
menakutkan...
Kita mengutarakan apa yang kita pikirkan bukan untuk dilihat orang, tapi
untuk melatih akal supaya tetap waras mengenal "benar" dan "salah" dari
semua tahapan peristiwa. Kadang kita benar, kadang kita salah, itu
wajar.
Yang penting jujur dalam berucap dan independen. Tolong dicatat, independen bukan berarti tidak memihak tetapi tidak terikat.
Akan ada orang yang mencintai kita dan juga membenci. Itu namanya
dinamika dan bagian dari perjalanan. Jalan saja terus tanpa menoleh ke
belakang karena takut tidak disuka. Kita mengungkapkan pikiran untuk
kita, bukan untuk mereka.
Menulislah seperti burung terbang di awan, bebas dan merdeka. Akan
banyak pemburu yang ingin menembak jatuh dirimu, tapi tidak usah
khawatir karena yang bisa membunuh kita hanya diri kita sendiri, bukan
orang lain.
Jadi temanku, daripada sibuk membicarakan apa yang saya lakukan disini,
lebih baik energi disalurkan untuk membuka cakrawala yang jauh lebih
luas. Karena sibuk menilai orang tidak membuatmu lebih pintar, malah
semakin terjebak di kotak sempit ketidak-sukaan.
Apa yang saya pelajari, kita hanya selalu mengomongkan orang yang sudah
jauh di depan kita.. bukan mereka yang ada di belakang kita. Karena
setiap kita menilai satu langkah dia, dia sudah berjalan sepuluh langkah
di depan kita. Dan kita hanya terus sibuk menilai dirinya....
Kapan2 kita ngopi yuk, saya biarkan kamu mengoceh tentang sesuatu yang
kamu suka tapi jangan larang saya mengoceh pula tentang sesuatu yang
saya suka."Akal seorang penulis terletak pada ujung penanya.."
sumber dennysiregar.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar