Bunga Kehidupan sebuah blog membahas tentang pernik pernik kehidupan yang terfokus pada masalah pendidikan (The life flower one blog discussed about something that was interesting to the world of education)

Sekar dan Raja Ongkaya

Sekar dan Raja Ongkaya

Raja Ongkaya adalah seorang raja yang bijaksana. Ia merasa bahagia dan bangga. Sejak dia menjadi raja menggantikan ayahnya, kehidupan rakyatnya tampak semakin makmur. Setiap musim panen tiba, rakyat berlomba-lomba mempersembahkan hasil panen kepada raja.
Raja tak pernah melihat wajah rakyatnya yang bersedih. Semua kelihatan penuh suka cita. Bahkan dalam setiap perayaan ulang tahun kerajaan, mereka memamerkan berbagai mcam hasil pertanian dan perkebunan di hadapan raja.
“Aku bangga, rakyatku hidup makmur,” kata Raja Ongkoya kepada perdana menterinya.
Pada suatu hari, raja menyamar menjadi rakyat biasa. Di sebuah desa, ia melihat seorang anak perempuan sedang menimba air dengan susah payah. Ketika melihat raja lewat, anak itu berteriak memanggilnya.
“Oh, Tuan! Tolonglah saya! Ember ini terlalu berat,” teriak anak itu.
Bergegas raja menghampiri anak itu dan membantunya menimba air.
“Pekerjaan ini berbahaya untukmu,” tegur raja sambil mengambil tali ember itu dari tangan anak itu.
“Apakah di rumahmu tidak ada orang dewasa?” tanya raja sambil menuangkan air dalam ember ke dalam bak air.
“Semua orang dewasa di kampung kami pergi ke sawah dan ladang. Aku tinggal sendirian di rumah,” kata anak itu, sambil melihat ke bak air yang belum terisi penuh.
“Tuan, tolong isi bak air itu sampai penuh, ya. Aku perlu air untuk mencuci dan menyiram tanaman,” pinta anak itu.
“Oh ya, baiklah,” sahut raja sambil tersenyum.
“Penduduk di kampung kami harus bekerja keras setiap hari,” kata anak itu dengan suara lantang. “Tapi hasil sawah kami bukan untuk dimakan oleh kami sendiri. Semua dipersembahkan kepada raja dan para pejabat kerajaan.”
“Oh, ya?” raja melirik anak itu sekilas, lalu menimba air lagi.
“Ya!” sahut anak itu. “Raja mengira kehidupan rakyatnya sudah makmur dan sejahtera. Padahal rakyat hanya ingin menyenangkan hati raja.”
“Apa maksudmu?” tanya raja sambil terus mengisi bak air sampai penuh. “Hasil-hasil panen beras kami yang terbagus dikirim ke istana untuk raja. Kami terpaksa memakan sisanya. Kadang kami hanya makan singkong dan ubi sebagai gantinya. Raja tidak tahu, kalau hasil panen kami tidak selalu bagus. Tetapi kami harus tetap mengirim untuk raja juga.”
“Kenapa bisa sampai terjadi demikian?” tanya raja. Wajahnya memerah mendengar kata-kata anak itu.
“Raja kami terkenal baik dan bijaksana. Namun kebaikan raja malah membuat rakyat merasa malu. Semua berusaha menyenangkan hati raja. Begitu pula dengan kedua orang tuaku. Hasil pertanian kami tidak seberapa. Namun kami selalu memilih yang terbaik untuk dipersembahkan kepada raja.”
Setelah bak terisi penuh, raja duduk di sebelah anak perempuan itu.
“Siapakah namamu?” tanya raja.
“Sekar,” sahut gadis itu.
Setelah selesai menimba air, raja pun duduk di teras rumah bersama dengan Sekar. Sekar pun langsung masuk ke dalam rumah dan tidak lama kemudian, ia menyuguhkan secangkir teh hangat dan sepiring singkong rebus, serta beberapa buah gula merah.
“Oh, kau gadis kecil yang baik hati,” ujar raja terharu.
Raja lalu mengambil sepotong singkong dan gula merah lalu memakannya. “Singkong dan gula merah ini enak seklai!” kata raja tulus.
Keesokan harinya, raja mengumumkan bahwa mulai saat itu juga semua rakyat tidak boleh lagi memberikan atau mengirim apapun ke istana. Apapun hasil yang diperoleh rakyat, harus digunakan untuk kepentingan sendiri-sendiri. Rakyat menyambut keputusan raja dengan senang hati.
Seminggu berlalu. Sekar sedang duduk sendirian di teras rumahnya, ketika tiba-tiba pengawal istana datang.
“Apakah kau yang bernama Sekar?” tanya salah seorang pengawal tersebut.
“Ya,” sahut Sekar.
“Kami mengantarkan hadiah dari raja untukmu,” kata pengawal itu.
Mereka lalu memasukkan semua hadiah pemberian raja ke dalam rumah Sekar. Hadaihnya bermacam-macam. Sekar pun merasa sangat gembira.
“Tapi mengapa Raja memberikan semua hadiah ini untukku?” tanya Sekar heran. Kedua utusan istana itu hanya tersenyum.

Tamat


Posted by Health Care , Published at 1:49 PM and have 0 comments

Tidak ada komentar :