Dan dijawablah oleh si penceramah
bahwa bunda Teresa tidak mungkin masuk surga dikarenakan ia kafir.
Saya jadi teringat sekian tahun
lalu, ketika awal-awal dalam pencarian agama. Saya mengikuti pengajian yang
-maaf- sangat membosankan. Berasa berat mata ini mendengar ceramah tingkat
dewa, maksudnya yang bicara itu seorang dewa karena ia selalu membahas surga
dan neraka.
Sampai ada satu pertanyaan dari
seorang jamaah, “Apakah bunda Teresa masuk surga atau neraka?” Ah, pertanyaan
yang menarik yang membuat mata saya melek sebelah.
Dan jawaban yang diberikan
membuat mata saya terbuka dua-duanya. Bunda Teresa dihakimi masuk neraka
karena seberapa besarpun amal perbuatannya, ia tetap kafir sehingga tidak layak
masuk surga.
Sontak saya mengemasi barang-barang dan
berdiri, yang membuat semua yang hadir disana langsung melihat ke arah saya. Si
ustad lalu bertanya, “apa yang membuatmu buru-buru pulang?”
Dan entah keberanian darimana
saya menjawab dengan ringkas.
“Selama ini setahu saya Tuhan itu
Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Karena Ia Maha, maka tidak ada manusia yang
sanggup mendekati kasih dan sayang-Nya, bahkan mendefinisi-kan bentuknya.
Saya selama ini selalu salah mengira
bahwa Tuhan tidak sayang kepada saya karena banyak peristiwa buruk yang menimpa
saya. Hingga akhirnya saya sadar bahwa semua itu sebenarnya cara Tuhan
melindungi saya dari keburukan yang lebih besar.
Itulah bentuk kasih dan sayang
Tuhan, yang baru saya mengerti di akhir dan saya salah pahami di awal, karena
saya manusia yang picik..”
Sambil membereskan baju yang terlipat karena kelamaan duduk, saya melanjutkan, ”Setahu saya lagi, selain Maha Pengasih dan Maha Penyayang, Tuhan itu Maha adil. Karena ke-Maha-anNya, maka tidak ada manusia yang mampu menangkap detail keadilan Tuhan yang sangat presisi.
Semua akibat berasal dari sebuah
sebab. Tidak ada akibat yang tidak dihukumi, semua ada hukumnya, baik itu hukum
baik atau hukum buruk…”
Saya menuju pintu dan sambil
memegang daunnya saya masih menyisipkan beberapa kata lagi. “Selagi kita duduk disini,
bercerita tentang surga dan neraka, Bunda Teresa sudah banyak membantu orang
disana dengan harta dan jiwanya. Dan kita disini semua masuk surga, sedangkan
bunda Teresa masuk neraka.
Bagaimana Tuhan bisa begitu tidak
adil?
Sedangkan saya belajar agama
untuk mencari keadilan dan keadilan hanya bisa saya dapat dari Sang Maha Adil.
Jadi saya minta maaf, saya harus
pergi mencari Tuhan yang adil. Disini Tuhannya tidak adil.. Bagaimana saya bisa
meminta keadilan kepada Tuhan yang tidak adil?”.
Saya pun pergi dan tidak pernah
kembali kesana. Mungkin saya pun dihakimi kafir oleh mereka. Saya lebih baik
duduk dan melihat keadilan Tuhan dalam peristiwa-peristiwa sekitar melalui secangkir
kopi.
Secangkir kopi yang tidak pernah
bicara surga dan neraka, ia hanya berbicara tentang kenikmatan dan fungsinya
kepadanya manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar