Senin, November 21, 2016

Bunda Teresa di Neraka

Iseng dengar ceramah radio, ada pertanyaan tentang bunda Teresa. “Apakah bunda Teresa masuk

surga?”
Dan dijawablah oleh si penceramah bahwa bunda Teresa tidak mungkin masuk surga dikarenakan ia kafir.
Saya jadi teringat sekian tahun lalu, ketika awal-awal dalam pencarian agama. Saya mengikuti pengajian yang -maaf- sangat membosankan. Berasa berat mata ini mendengar ceramah tingkat dewa, maksudnya yang bicara itu seorang dewa karena ia selalu membahas surga dan neraka.
Sampai ada satu pertanyaan dari seorang jamaah, “Apakah bunda Teresa masuk surga atau neraka?” Ah, pertanyaan yang menarik yang membuat mata saya melek sebelah.
Dan jawaban yang diberikan membuat mata saya terbuka dua-duanya. Bunda Teresa dihakimi masuk neraka karena seberapa besarpun amal perbuatannya, ia tetap kafir sehingga tidak layak masuk surga.
Sontak saya mengemasi barang-barang dan berdiri, yang membuat semua yang hadir disana langsung melihat ke arah saya. Si ustad lalu bertanya, “apa yang membuatmu buru-buru pulang?”
Dan entah keberanian darimana saya menjawab dengan ringkas.
“Selama ini setahu saya Tuhan itu Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Karena Ia Maha, maka tidak ada manusia yang sanggup mendekati kasih dan sayang-Nya, bahkan mendefinisi-kan bentuknya.
Saya selama ini selalu salah mengira bahwa Tuhan tidak sayang kepada saya karena banyak peristiwa buruk yang menimpa saya. Hingga akhirnya saya sadar bahwa semua itu sebenarnya cara Tuhan melindungi saya dari keburukan yang lebih besar.
Itulah bentuk kasih dan sayang Tuhan, yang baru saya mengerti di akhir dan saya salah pahami di awal, karena saya manusia yang picik..”

Sambil membereskan baju yang terlipat karena kelamaan duduk, saya melanjutkan, ”Setahu saya lagi, selain Maha Pengasih dan Maha Penyayang, Tuhan itu Maha adil. Karena ke-Maha-anNya, maka tidak ada manusia yang mampu menangkap detail keadilan Tuhan yang sangat presisi.
Semua akibat berasal dari sebuah sebab. Tidak ada akibat yang tidak dihukumi, semua ada hukumnya, baik itu hukum baik atau hukum buruk…”
Saya menuju pintu dan sambil memegang daunnya saya masih menyisipkan beberapa kata lagi. “Selagi kita duduk disini, bercerita tentang surga dan neraka, Bunda Teresa sudah banyak membantu orang disana dengan harta dan jiwanya. Dan kita disini semua masuk surga, sedangkan bunda Teresa masuk neraka.
Bagaimana Tuhan bisa begitu tidak adil?
Sedangkan saya belajar agama untuk mencari keadilan dan keadilan hanya bisa saya dapat dari Sang Maha Adil.
Jadi saya minta maaf, saya harus pergi mencari Tuhan yang adil. Disini Tuhannya tidak adil.. Bagaimana saya bisa meminta keadilan kepada Tuhan yang tidak adil?”.
Saya pun pergi dan tidak pernah kembali kesana. Mungkin saya pun dihakimi kafir oleh mereka. Saya lebih baik duduk dan melihat keadilan Tuhan dalam peristiwa-peristiwa sekitar melalui secangkir kopi.

Secangkir kopi yang tidak pernah bicara surga dan neraka, ia hanya berbicara tentang kenikmatan dan fungsinya kepadanya manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar